Karena suami dan anaknya ditembak mati oleh pemburu, Anjani. Seekor serigala betina melakukan transformasi jiwa terhadap keluarga si pemburu suami dan anaknya.
Dia ingin merampas jiwa sekaligus nyawa si pelaku, akan tetapi rencananya mengalami kendala. Sebab dia salah masuk ke dalam raga seseorang yang tidak pernah dihargai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon L-viie Ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GARIS WAJAH
Meskipun sebenarnya, sudah lama dia mengagumi sosok Lesmana Pramudito. Wajah pria tampan itu selalu ia lihat dalam siaran televisi dan majalah.
Malah di dalam dinding kamarnya ada satu poster foto Lesmana Pramudito. Tidak pernah ia bayangkan, jika tindakan heroik sang Ayah yang menghilangkan nyawanya justru mengantarkan Dara menikah dengan pria idamannya.
Awalnya, Dara sangat bahagia. Namun setelah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari Dito dan juga Ibunya, Dara jadi ketakutan.
" Cepat pergi !!! Masih diem aja disitu !! Kedatangan kamu sama sekali tidak diharapkan disini ! Paham!!" Gertak Sintia mulai dongkol melihat Dara membatu.
Donita mendengus, ia sungguh tidak rela berada di satu tempat dengan gadis yang membawa kesialan bagi putranya itu.
" Ih!!"
Sintia mulai lepas kontrol, dia mendorong tubuh Dara lebih kuat sehingga membuat tubuh Dara terjengkang ke lantai.
Dara meringis kesakitan, tulang ekornya berdenyut ngilu.
Bersamaan dengan itu, tanpa disadari oleh siapapun. Secercah sinar kecil masuk ke dalam tubuh Dara, bola mata Dara seketika melebar.
Sintia mencibir sengit, ia berbalik untuk mengajak Donita masuk ke dalam kamar Dito dan meninggalkan Dara disana.
Dara mematung untuk sekian detik, pupil matanya berubah menjadi hitam pekat. Sebelum akhirnya normal kembali.
Dara yang sudah dirasuki oleh jiwa Anjani, memandang ke sekeliling. Anjani yang berada di dalam tubuh Dara sedikit kebingungan. Dia sama sekali tidak mengenali tempat itu.
Namun indra penciumannya yang tajam sebagai seekor serigala, menangkap jejak kawanannya. Ia segera bangkit lalu mengendus dinding. Bau jejak itu tercium kuat dari balik dinding itu. Anjani langsung melangkah mantap masuk ke dalam kamar Dito dirawat.
Dito, Sintia dan juga Donita cukup kaget dengan kehadiran Dara. Apalagi gadis itu memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. Biasanya Dara akan menundukkan kepalanya dalam-dalam, tapi kali ini justru menatap tajam.
" Berani kau masuk kesini !!" Seru Sintia, Pupil mata Dara bergerak menangkap wajah Sintia. Menelisik setiap garis di wajah mulus nya.
" Dasar perempuan licik, bagaimana bisa dia berada di sini ? Sedangkan hatinya memikirkan pria lain " Suara Anjani menggema dalam sanubari Dara.
Dito terkejut, tanpa ia sengaja telinganya mendengar suara itu. Ia menatap heran ke arah Dara, lalu beralih ke wajah Sintia. Kemudian menatap Ibunya yang terlihat santai saja.
Apakah tidak ada yang mendengar suara Dara barusan ? Dito kebingungan.
Sintia bergerak cepat mendekati Dara, sekali lagi dia mendorong tubuh Dara keluar dari kamar Dito. Tapi ia terkesiap kaget, karena tubuh Dara sangat keras. Seperti terpacak kuat di atas lantai.
" Jangan sentuh aku "
Dara menepis tangan Sintia, gerakan nya santai namun mampu membuat Sintia terdorong ke belakang hingga punggung nya terhempas ke dinding.
AW!!
Jeritan Sintia menggema, Donita tercengang begitu pula dengan Dito. Mereka tidak pernah mengira jika Dara berani melawan.
Sadar jika diperhatikan, Sintia menjadikan rasa sakitnya untuk membalas Dara. Ia meringis berlebihan.
" Ah.. Sakit " rintihnya.
" Sintia " Donita gegas menghampiri, ia merangkul pundak Sintia.
" Sakit banget Tante"
Sintia melirik Dito yg terlihat tidak terpengaruh oleh keadaan nya, pria itu justru bengong saja menatap dia dan Dara bergantian.
" Dara!! Kau apakan Sintia sampai kesakitan seperti ini ?!!" Teriak Donita.
Bola mata Dara membingkai wajah Donita lekat, membaca garis di wajah yang begitu kencang meskipun sudah tidak muda lagi.
" Hemmm perempuan serakah, hanya karena ingin menguasai harta warisan ia tega mencelakai saudara kembarnya "
Sekali lagi Dito mendengar Dara berbicara aneh. Tenggorokan nya tercekat mengering.
" Apa maksud mu?" Serunya, akhirnya Dito bersuara.
Donita dan Sintia menoleh hampir bersamaan.
" Dito? Ada apa sayang ?" Donita bingung, Dito bicara dengan siapa ?
" Hey! Perempuan !!!" Seru Dito tidak menghiraukan pertanyaan Ibunya. Dia tersulut emosi oleh suara Dara yang didengar nya.
Dara menoleh, sorot matanya sama sekali tidak terintimidasi oleh jelingan tajam mata elang milik Dito.
" Kau memanggilku ?" Dara menunjuk batang hidungnya sendiri.
" Lantas??" Dito berbalik tanya, intonasi suara nya tetap saja meremehkan sang istri.
" Ada apa?" Tentu Anjani yang ada dalam tubuh Dara merasa tercabar, ia melipat kedua tangannya dengan begitu angkuh.
" Apa maksud dengan kalimat mu barusan ?"
Dara mengernyitkan dahi, ia tidak mengerti pertanyaan Dito bermaksud seperti apa?
" Tidak usah sok bingung seperti itu ? Aku mendengar dengan jelas, kau mengatakan perempuan serakah !! Siapa yang kamu maksud perempuan serakah ?" Gertak Dito tegas.
Donita dan Sintia keheranan, mereka saling berpandangan satu sama lain. Karena mereka sama sekali tidak mendengar kalimat yang ditanyakan oleh Dito.
Dara diam tak menjawab, membuat Dito semakin geram.
" Jawab !!" Gertak Dito dengan suara lebih tinggi.
Belum sempat diantara mereka mengeluarkan suara, tiba-tiba ada seseorang membuka pintu.
Rupanya pengawal pribadi Tuan Lesmana tengah membukakan pintu untuk Tuan Lesmana masuk.
" Ada apa ribut-ribut ?" Suara pria yang sudah mulai beruban dan terdengar berat seperti mengintimidasi semua orang.
Dito gelagapan, mustahil dia mengaku jika sudah bersuara tinggi terhadap Dara. Cucu menantu kesayangan Kakeknya.
Apalagi Donita ? Dia langsung kincep tak berani mengangkat wajahnya.
Tuan Lesmana duduk di kursi yang disiapkan oleh asistennya, Pak Aji.
" Dara... Duduk lah"
Tuan Lesmana menunjuk satu kursi di samping nya, Dara tersenyum lalu melakukan permintaan Tuan Lesmana.
" Aku dengar suara Dito berteriak, apakah dia menindas mu?" Lanjut Tuan Lesmana, Dara melirik Dito yg sudah memucat. Begitu pula dengan Donita dan Sintia. Mereka nampak gelisah.
Tapi tidak mungkin Dara menjawab jujur, karena hal ini seperti membenarkan kecurigaan Dito. Tidak ada yang boleh menyadari jika Dara yang sudah dirasuki oleh Anjani bisa membaca nasib seseorang dari garis wajahnya.
" Jawab lah nak, tidak perlu takut. Ada Kakek disini yang akan melindungi mu" Pujuk Tuan Lesmana lebih lembut.
Dara tersenyum manis, ia menggelengkan kepalanya.
Kecewa tidak bisa membuat Dara jujur, Tuan Lesmana menghela nafas berat. Ia berpaling menatap cucu nya.
" Ku harap kau masih ingat pesan Kakek kepada mu Dito"
" I- iya Kek, Dito pasti akan selalu mengingat nya" Jawab Dito gugup, telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin.
Tuan Lesmana manggut-manggut.
" Kakek sudah membayar orang untuk membantai seluruh kawanan Serigala yang berada di dalam hutan itu"
Sontak Anjani terkejut, dia baru menyadari jika saat ini dirinya tengah berada dalam keluarga orang yang sudah membinasakan keluarga nya.
Api kemarahan langsung tersulut, bola matanya berubah kemerahan.
" Kek, Apa itu tidak terlalu berlebihan ?" Gumam Dito.
" Tidak ada yang boleh melukai keluarga ku" Tegas Tuan Lesmana semakin mengobarkan api kemarahan dalam diri Anjani.
Dia bersiap untuk menyerang Tuan Lesmana, pasti dalam satu gebrakan. Pria tua itu akan mati terkapar.
Tapi???
Anjani kaget, karena dia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuh Dara.
" Ada apa ini?" Suara Anjani membatin, Dito langsung mendengar nya. Yah , hanya Dito yg bisa mendengar suara Anjani.
" Kau kenapa ?" Seru Dito.
Semua mata tertuju kepada Dara, Tuan Lesmana mengernyit heran.
" Dara?? Kenapa wajah mu pucat ?"
km baik sintia semoga mndptkan laki² yg baik juga
Semoga Dito tak gegabah utk mempercayai semua foto yg di kirimkan wanita duplikat itu. selidikilah dulu .. jngn main usir Dara