"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEPULUH
Tiga puluh menit kemudian, bu Ratih, Arini dan Nena datang menjenguk pak Hardiman. Mereka membawakan makanan kesukaan pak Hardiman, salah satunya adalah krecek teri. Semua masakan yang dibawa hari itu adalah masakan Arini, karena menurut bu Ratih, dulu pak Hardiman sangat menyukai krecek teri buatan Arini.
"Terima kasih Arini." Ucap pak Hardiman.
"Sama-sama pak." Balas Arini.
"Sekarang kamu makan, mumpung masih hangat." Saran bu Ratih pada suaminya itu.
"Nanti saja. Aku belum lapar." Jawab pak Hardiman seperti tidak terlalu bersemangat.
Melihat gestur dan mimik muka pak Hardiman yang terlihat berbeda, Arini dan Nena memutuskan meninggalkan pak Hardiman berdua dengan bu Ratih, karena mereka pikir mungkin saja pak Hardiman ingin mengobrol berdua saja dengan istrinya itu.
"Ada apa?. Kenapa kamu terlihat tegang begitu?. Apa yang kamu pikirkan?."
"Pak Wirya tadi dari sini." Jawab pak Hardiman.
"Apa?. Lalu apa yang dia katakan?. Apa dia akan mencabut laporannya?. Atau..."
"Tidak...maksudnya iya, tapi dengan satu syarat."
"Syarat apa??" Tanya bu Ratih
Pak Hardiman lalu mengatakan tawaran pak Wirya yang ingin menikahkan anak keduanya dengan anak mereka, yaitu Alfian. Dia Pun nampak terkejut.
"Apa?. Kenapa dia memberikan tawaran seperti itu?." Tanya bu Ratih.
Pak Hardiman pun mengatakan alasannya, kalau anak kedua pak Wirya yang sudah menjanda, telah dihamili dan ditinggalkan oleh kekasihnya yang sekarang. Oleh karena itu, pak Wirya ingin Alfian menikahi anaknya, karena tak mau anaknya hamil tanpa suami.
"Lalu kamu jawab apa?." Tanya bu Ratih lagi.
"Aku belum memberikan jawaban apapun. Aku memang ingin keluar dari sini, tapi masa iya kita harus menuruti syarat dari pak Wirya. Kalaupun aku menyetujui syarat itu, aku tidak yakin Alfian setuju. Pak Wirya hanya memberi kita waktu satu minggu." jelas pak Hardiman.
"Biar aku yang bicara padanya. Alfian anak yang penurut, aku yakin dia pasti akan menuruti keinginan kita."
"Tapi bagaimana dengan Arini?." Tanya pak Hardiman.
"Kalau Arini, kita pikirkan nanti. Yang penting kamu bisa keluar dari sini secepatnya. Aku tidak mau orang-orang berpikir buruk tentang kita, kalau kamu terus berada disini." Kata bu Ratih. Lalu pergi dari sana.
Di jalan, bu Ratih menitip pesan pada Arini untuk Alfian, meminta Alfian datang ke rumahnya, setelah pulang kerja nanti.
"Baik bu. Nanti saya sampaikan." Jawab Arini.
Namun, hari itu Alfian tidak datang, karena pulang malam dan kecapean. Dia baru mendatangi rumah bu Ratih, pagi harinya sebelum berangkat kerja.
"Ada apa bu?. Apa ada hal penting yang ingin ibu bicarakan?." Tanya Alfian.
"Iya..Alfian. Memang ada hal yang penting yang ingin ibu bicarakan, tentang bapak kamu."
"Hal penting apa bu?." Tanya Alfian.
"Kamu mau bapak kamu bebas kan?." Tanya bu Ratih.
"Tentu saja." Jawab Alfian.
"Ibu mohon sama kamu tolong bebaskan bapak kamu dari penjara. Bapak kamu tidak bersalah."
"Tanpa diminta pun Aku dan Tedi pasti akan mengeluarkan bapak, tapi ibu tahu sendiri usaha kami belum membuahkan hasil."
"Iya, ibu tahu. Kamu memang anak yang baik, makannya ibu mau minta tolong sama kamu, karena hanya kamu yang bisa mengeluarkan bapak kamu."
"Maksud ibu?." Tanya Alfian tak mengerti.
Lalu bu Ratih pun mengatakan permintaan pak Wirya, pada Alfian. Dia sangat terkejut mendengarnya.
"Apa?. Mana mungkin aku melakukannya. Aku sudah menikah bu, mana mungkin aku menikahi anak pak Wirya." Jawab Alfian dengan nada sedikit meninggi.
"Alfian....dengerin ibu dulu. Pak Wirya hanya ingin kamu menikahi anaknya, agar mereka tidak menanggung malu karena anaknya hamil tanpa suami. Kamu hanya menikahi anak pak Wirya hanya sampai dia melahirkan, setelah itu kalian bisa bercerai. kalau kamu mau melakukannya, kamu sudah melakukan dua kebaikan sekaligus, membebaskan bapak kamu dari penjara, juga menutup aib keluarga pak Wirya."
"Apa?.Apa ibu sadar dengan apa yang ibu katakan?. Apa ibu mau aku mempermainkan sebuah pernikahan?. Enggak bu. Lagipula aku nggak mau menyakiti Arini."
"Tapi Alfian, hanya itu jalan satu-satunya untuk membebaskan bapak kamu. Apa kamu tega membiarkan bapak kamu di penjara, padahal kamu tahu dia tidak bersalah?. Kamu harus ingat Alfian, bagaimanapun juga darah lebih kental daripada air. Arini memang istri kamu, tapi dia tetap saja orang lain. Sedangkan bapakmu, dia tetap bapakmu, darahnya mengalir di dalam tubuh kamu. Kamu tidak akan ada di dunia ini, kalau tidak ada ibu dan bapak kamu." Ujar bu Ratih berusaha mempengaruhi Alfian. "Kamu jangan jadi anak durhaka Alfian. Tunjukan baktimu pada orang tua." Ucap bu Ratih.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.
Bersambung🌻
follow me ya thx all