Jodoh Yang Tertunda

Tita pun mengompres perut suaminya.

"Tahan ya Mas."

"Au...shh."

"Kenapa nggak bilang dari tadi kalau perutnya lebam Mas?"

"Tadi nggak kelihatan Sayang."

"Istirahatlah Mas, kamu tidak boleh banyak bergerak!"

Cukup lama Tita mengompresnya. Hingga Ricky ketiduran. Tita pun menyudahi kegiatannya. Sebelum berbaring, ia memandang wajah teduh suaminya.

"Kamu jauh lebih baik dari yang aku kira Mas. Bahkan kamu rela sakit hanya untuk melindungi orang lain." Batin Tita.

Entah angin apa yang membawanya, hingga ia terdorong untuk mencium pipi suaminya.

cup

"I love you Sayang." Lirihnya. Dan kemudian ia pun tidur juga menyusul suaminya.

Di pertengahan malam, Ricky terbangun. Ia merasa tidurnya terlalu lama. Ricky bangun dan masuk ke kamar mandi untuk membuat air kecil. Ia pun tidak menyia-nyiakan bangunnya. Ricky mengambil wudhu' dan melakukan shalat malam sendirian. Ia tidak membangunkan istrinya karena kasihan.

Ricky pun membaca do'a setelah shalat dan menambahkan do'a yang lainnya.

"Ya Allah terima kasih atas nikmat yang engkau berikan kepada Hamba dan keluarga hamba. Semoga rumah tangga hamba dijadikan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Jadikan hamba pemimpin yang baik dan adil terhadap istri hamba. Semoga buah hati kami segera hadir dalam rahim istri hamba. Amin..."

Setelah selesai berdo'a, Ricky hendak tidur kembali. Namun ia melihat piama Tita tersingkap. Dan perut putih mulus istrinya terlihat. Ricky mengurungkan niat untuk mematikan lampu. Ia justru naik ke tempat tidur dan meraba perut mulus istrinya. Dan hanya dengan hal itu, senjatanya sudah mulai menegang. Tangannya terus menelusup ke atas mencari benda kenyal yang masih terbungkus.

"Hidupmu nyenyak sekali Sayang." Lirih Ricky.

Mulut Tita sedikit terbuka. Melihat bibir basah istrinya, Ricky tidak tahan untuk memagutnya. Mengecap rasa mint yang masih tersisa. Tangannya tak tinggal diam membuka kancing piama istrinya. Kemudian ia juga membuka pengait bra yang dipakai istrinya sehingga terpampang pemandangan indah itu. Tangannya bermain main di sana. Sampai akhirnya Tita pun merasa terusik karena ia merasakan sesak nafas. Saat membuka mata, ternyata wajah suaminya sudah menempel dengan wajahnya. Ia pun meraba tubuh atasnya yang sudah tidak memakai sehelai kain pun.

Ricky pun melepas pagutannya. Posisinya masih menindih tubuh Tita.

"Hah hah..." Nafas Tita tersenggal.

"Mas, kenapa kamu menyerang secara mendadak?"

"Memangnya aku musuh? Kamu ini ada-ada saja haha..."

"Mulutku bau jigong Mas!"

"Nggak kok, masih wangi."

"Mas perutmu masih sakit, jangan banyak gerak!" Ujar Tita. Jemarinya tergerak untuk menyentuh dada Ricky dan melakukan gerakan abstrak di sana. Ia tidak sadar jika yang dilakukannya membuat senjata suaminya semakin menegak.

"Ada yang menusuk, tapi bukan jarum." Batin Tita.

Tanpa aba-aba Ricky mencium tengkuk istrinya. Memberi tanda merah di sana. Kemudian ia pindah ke area dada. Sampai akhirnya turun ke perut. Tita tidak kuasa menahan hasratnya. Ia melenguh berkali-kali. Hal itu membuat Ricky semakin gila. Ia bermain di area bawah. Dan selanjutnya terjadilah penyatuan mereka.

-

Keesokan harinya.

Tita memasak menu sederhana untuk suaminya. Karena ia belum bisa masak yang ribet. Melihat istrinya memakai daster pendek selutut dengan tanpa lengan membuat Ricky menelan salivanya sendiri. Baginya pagi ini istrinya terlihat sexi di matanya.Tiba-tiba Ricky datang dan memeluknya dari belakang.

"Masak apa Sayang?"

"Mas, kamu ngagetin saja!"

Ricky mempererat pelukannya.Dan menyandarkan kepalanya ke baju Tita dan mencium tengkuk leher Tita yang jenjang.

"Kalau begini, gimana aku bisa masak dong Mas?"

"Kamu masak apa sih Yang? Rajin banget!"

"Ini cuma ayam goreng sama sambel tomat. Mas hari ini kuliah kan?"

"Iya, habis kuliah sku izin mau ke rumah Bang Aqil nggak pa-pa ya?"

"Iya nggak pa-pa, tapi kalau perlu kamu ajak Ibra deh! Aku takut Bang Aqil-nya nekat lagi mukulin kamu."

"Iya, kamu tenang saja."

"Au.. ih Mas kok digigit sih?" Tita menjerit karena tiba-tiba Ricky menggigit lehernya.

"Habis gregetan sih! Pingin makan kamu."

Tita mematikan kompor dan mengangkat ayam dari penggorengan.

"Ayamnya sudah matang, tinggal sambelnya. Mas lepaskan dulu! Aku mau ambil cabai di kulkas!"

Ricky tidak menghiraukan istrinya. Ia justru menggendong Tita di bahunya seperti membawa karung beras.

"Mas...Mas.... turunin nanti jatuh!"

Ricky mendudukkan Tita di atas meja makan.

"Izinkan aku menyantap sarapan pembuka di hadapanku ini sebelum aku makan nasi." Ucap Ricky dengan suara paraunya. Ia sudah tidak bisa menahan hasratnya.

Deg

Tita ketar-ketir. Ia tidak bisa membayangkan jika suaminya akan menyerangnya saat itu juga.

Ricky menyingkap daster Tita. Meraba paha mulus istrinya seraya memagut lembut bibir Tita yang basah. Tita tidak mungkin menolaknya. Sentuhan itu membuatnya terlena. Ricky menggendong Tita kembali dan membawanya ke sofa ruang tamu. Di sanalah ia menyantap sarapan pembukanya pagi ini.

Setelah usai bercinta, keduanya mandi bersama.

"Mas, ayamnya jadi dingin kan? Pasti nggak enak." Ujar Tita dengan memanyunkan bibirnya.

"Kalau bibir manyun gitu biasanya minta dicium." Goda Ricky.

"Ish, apaan sih Mas!"

Ricky mengambil satu potong ayam dan memakanannya.

"Tetap enak kok! Apa lagi yang masak istri sendiri. Bikin sambal kecap saja sayang, biar nggak ribet. Aku nggak pilih-pilih kalau soal makanan."

"Iya Mas."

Mereka pun sarapan bersama.

Ricky berangkat kuliah dan meninggalkan istrinya sendirian di apartemen. Ia berpesan kepada Tita agar tidak keluar sebelum dirinya datang. Dan jangan membukakan pintu untuk siapa pun. Karena Ricky tidak ada janji dengan siapa pun di apartemennya. Orang yang biasanya membersihkan apartemen pun sudah izin tidak bisa datang hari ini.

Tita mengantar suaminya sampai di pintu apartemen. Ia mencium punggung tangan suaminya. Dan Ricky pun mengecup keningnya.

"Aku berangkat, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Tita mengunci pintu kemudian ia mencuci perabotan balasnya memasak dan piring balasnya makan. Setelah itu, Tita shalat Dhuha.

Ricky menjemput Ibra ke kontrakannya untuk berangkat kuliah bersamanya.

"Widih, pengantin baru seger banget! Surabaya beda dengan dahulu kala." Ujar Ibra.

"Sorry bro, lama ya nunggunya?"

"Lumayan, sampai kering ini minyak rambutku. Haha..

"Maklum bro, aku takut mubazir."

"Huh... dasar! Bilang saja memang doyan! Pasti ngecas dulu kan?Ya salam... kau membuat jiwa jombloku meronta-ronta bro."

Tidak lama kemudian, keduanya sampai di universitas. Setelah memarkirkan mobilnya, Ricky dan Ibra masuk ke kelas untuk mengikuti perkuliahan.

Pulang kuliah, Ricky akan membawa Ibra ke rumah Aqil.

"Bro, sepertinya ini bukan jalan pulang. Kita mau ke mana?"

"Ke rumah Abangnya Aisyah."

"Apa? Untuk apa?"

"Ada urusan. Kamu cukup diam dan menemaniku saja!"

"Apa Tita tahu?"

"Iya, tentu. Aku sudah izin kepadanya."

Setelah beberapa menit kemudian, mereka pun sampai.

Bersambung..

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tolong diloloskan ya min, nggak hot amat kok😘

Aku tambahin satu part lagi untuk readersku tersayang🤗