Seorang pendekar muda bernama Panji Rawit menggegerkan dunia persilatan dengan kemunculannya. Dia langsung menjadi buronan para pendekar setelah membunuh salah seorang dedengkot dunia persilatan yang bernama Mpu Layang, pimpinan Padepokan Pandan Alas.
Perbuatan Panji Rawit ini sontak memicu terjadinya kemarahan para pendekar yang membuatnya menjadi buronan para pendekar baik dari golongan putih ataupun hitam. Sedangkan alasan Panji Rawit membunuh Mpu Layang adalah karena tokoh besar dunia persilatan itu telah menghabisi nyawa orang tua angkat nya yang memiliki sebilah keris pusaka. Ada rahasia besar di balik keris pusaka ini.
Dalam kejaran para pendekar golongan hitam maupun putih, Panji Rawit bertemu dengan beberapa wanita yang selanjutnya akan mengikuti nya. Berhasilkah Panji Rawit mengungkap rahasia keris pusaka itu? Dan apa sebenarnya tujuan para perempuan cantik itu bersedia mengikuti Panji Rawit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
Panji Rawit dan Pramodawardhani serta Pangkaja terus bergerak meninggalkan Perguruan Pedang Perak. Meskipun hanya dengan berjalan kaki, gerakan mereka bertiga seperti berlari di atas jalan berbatu. Dalam waktu singkat, mereka bertiga telah jauh meninggalkan tempat itu.
Di persimpangan jalan yang ada di tepi barat wilayah, Pangkaja menghentikan gerakan nya. Ini langsung membuat Panji Rawit dan Pramodawardhani ikut berhenti.
"Ada apa Kakang Pangkaja?", tanya Pramodawardhani sembari menatap heran pada kakak seperguruan nya itu.
" Sampai disini saja aku bersama mu, Pramodawardhani.. Aku tidak suka dengan hiruk pikuk dunia persilatan yang penuh dengan kekejaman dan tindakan sewenang-wenang. Aku akan pulang ke pertapaan, menemani guru mencapai kesempurnaan.
Jika ada waktu luang, tengoklah kami di pertapaan adik ku. Kakang pamit undur diri.. ", balas Pangkaja sambil tersenyum tipis.
" Kalau itu yang menjadi keinginan mu, aku tidak akan memaksa mu Kakang. Sampaikan salam hormat ku pada Guru Begawan Ciptaning. Kelak, saat aku sudah menemukan apa yang aku cari, aku pasti akan menengok kalian di Pertapaan Gunung Wilis.. ", Pramodawardhani menganggukkan kepalanya sebagai penghormatan pada Pangkaja. Mereka pun segera berpisah dengan mengambil jalan berbeda. Pangkaja ke arah selatan sedangkan Pramodawardhani dan Panji Rawit meneruskan niatnya untuk mendatangi Padepokan Pandan Alas.
Berita terbunuhnya Mpu Layang di tangan seorang pendekar muda yang bernama Panji Rawit langsung menyebar di kalangan para pendekar. Ini disebabkan karena Mpu Layang lebih terkenal sebagai dedengkot pendekar golongan putih yang punya nama baik di dunia persilatan. Kebanyakan dari para pendekar ini menjadi penasaran dengan seberapa tinggi kehebatan Panji Rawit. Tentu saja untuk menjajal kemampuan nya.
Sebagian kecil lainnya yang terdiri dari para sekutu maupun teman dekat Mpu Layang, ingin membalas dendam kepada Panji Rawit yang dianggap telah membunuh sekutu penting mereka.
Siang itu, di sebuah warung makan yang ada di tepi jalan raya dekat tapal batas wilayah Pakuwon Tanjungsari dan Pakuwon Gembol, beberapa orang sedang asyik bercakap-cakap sembari menikmati hidangan di bawah pohon beringin dekat warung kecil ini. Karena sangat ramai, para pengunjung terpaksa harus menikmati penganan mereka di luar warung.
"Seperti apa sebenarnya tampang Panji Rawit ini? Aku ingin sekali mencoba setinggi mana ilmu nya, apakah kulitnya begitu tebal dan mampu menahan tebasan golok ku ini? ", seorang lelaki berewok dengan mata tajam terus menggoyangkan bilah golok nya di depan kawan-kawan nya.
" Jangan sombong, Sudiro...
Kau saja bukan lawan sebanding untuk Mpu Layang. Sedangkan Mpu Layang saja tak mampu mengalahkan si Panji Rawit itu, jadi mana mungkin kau bisa mengalahkan nya? Hahahaha... ", ejek seorang laki-laki bertubuh gempal dengan kumis tebal mengenakan ikat kepala warna hitam di seberang tempat duduk lelaki yang bernama Sudiro, seorang pendekar yang berjuluk Si Golok Maut dari Lembah Trenggiling.
Bersama ketiga kawan nya, Sudiro adalah anggota kelompok pendekar yang menamakan dirinya sebagai Empat Berewok dari Lembah Trenggiling. Mereka menamakan dirinya sebagai pendekar golongan putih akan tetapi mereka sering menerima perintah dari orang untuk membunuh. Jadi bisa dikatakan bahwa mereka adalah sekelompok pendekar abu-abu.
" Aku mengakui bahwa Mpu Layang memang lebih jago dari ku. Tetapi kematiannya pasti bukan karena kehebatan si Panji Rawit itu.
Aku mendengar kabar bahwa Si Panji Rawit ini melemparkan bubuk racun ke arah Mpu Layang sesaat sebelum ia membunuhnya. Kabar ini konon katanya dari para murid Padepokan Pandan Alas yang melihat langsung pertarungan itu.. ", jawab Sudiro segera.
" Benarkah itu Golok Maut?
Kalau benar itu adanya, kita pasti bisa membunuh nya dengan mudah. Aku dengar Adipati Aji Wiraprabhu dari Lwaram menawarkan hadiah besar bagi siapapun yang bisa membunuh si Panji Rawit ini", sahut seorang lelaki gempal berewok dengan tahi lalat di pipinya yang meletakkan sepasang kapak di samping tempat duduknya. Dia adalah Bethak atau yang lebih dikenal dengan sebutan Si Pendekar Kapak Bintang.
"Mengapa orang orang Kadipaten Lwaram sampai mengeluarkan perintah pembunuhan ini, Bethak? Apa kau tahu sesuatu? ", seorang laki-laki paruh baya bertubuh sedikit ceking dengan jambang putih yang seperti nya merupakan orang paling tua dalam kelompok itu. Lelaki paruh baya itu adalah Ki Banjar Keting yang tergolong sebagai seorang pendekar dengan julukan Si Jenggot Kambing Putih.
"Apa kau tak tahu Kakang Banjar kalau selir kesayangan Adipati Aji Wiraprabhu yang bernama Dewi Surtikanti adalah adik bungsu dari Mpu Layang?
Sudah pasti perintah pembunuhan itu adalah ulah dari Selir Dewi Surtikanti ini dan Adipati Aji Wiraprabhu hanya bisa mengikuti keinginan wanita kesayangan nya", sahut si lelaki berewok yang tadi mengejek Sudiro. Dia merupakan anggota termuda dari kelompok ini yaitu Renggong atau dunia persilatan mengenalnya sebagai Si Berewok Pedang Neraka.
"Memangnya seberapa besar hadiah yang diberikan oleh Adipati Aji Wiraprabhu untuk kepala Si Panji Rawit itu, Kakang Bethak? ", Sudiro yang penasaran langsung ikut berbicara.
" Aku dengar, Adipati Aji Wiraprabhu menyiapkan 200 kepeng emas beserta sebidang tanah seluas 1000 tombak di kawasan tepi Kota Lwaram, Diro..
Bukankah hadiah ini sangat menggiurkan? Kita bisa menjadi orang kaya raya hanya dengan membawa kepala Si Panji Rawit itu hah?", ucapan penuh semangat dari Bethak langsung membakar nafsu serakah dari keempat lelaki berewok ini.
"Tunggu apalagi? Kita cari si Panji Rawit itu sampai ketemu, jangan sampai keduluan orang lain. Kalaupun ada yang bisa memenggalnya lebih dulu, lebih baik kita merebutnya. Hadiah besar itu harus jatuh ke tangan kita", jawab Bethak dengan semangat berapi-api.
Percakapan Empat Berewok dari Lembah Trenggiling ini tak luput dari perhatian seorang lelaki tua yang duduk di belakang mereka. Sejak awal, lelaki tua berpakaian seperti seorang pendeta ini terus menguping pembicaraan keempat orang itu.
Selain lelaki tua itu, ada juga orang lain yang turut mendengar pembicaraan Empat Berewok dari Lembah Trenggiling ini. Mereka adalah satu orang lelaki paruh baya dan sepasang muda-mudi. Jelas terlihat bahwa sepasang muda-mudi ini adalah murid dari lelaki paruh baya itu.
"Guru, apa guru tidak tertarik untuk ikut memburu Si Panji Rawit ini?
Hadiah nya sangat besar guru, kita bisa tinggal di kota. Tak perlu lagi tinggal di pinggiran hutan seperti selama ini", bujuk si lelaki muda yang duduk di sebelah lelaki paruh baya ini setengah berbisik.
"Iya guru, aku sependapat dengan Kakang Danu. Aku bosan tiap hari hanya melihat hutan dan gunung saja. Hidup di kota pasti akan lebih menyenangkan", timpal si murid perempuan segera.
Belum sempat lelaki paruh baya itu menanggapi rengekan kedua muridnya, dari arah selatan sepasang muda-mudi yang tak lain adalah Panji Rawit dan Pramodawardhani berjalan ke arah warung makan itu. Kedatangan mereka sontak menarik perhatian para pengunjung warung makan ini. Alasannya tak lain adalah karena paras mereka yang rupawan.
Bethak yang langsung terpesona dengan kecantikan Pramodawardhani, buru-buru bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Pramodawardhani dan Panji Rawit yang hendak memesan makanan.
"Gadis cantik, kau mau pesan apa? Sini biar kakang Bethak membelikan apa yang kau mau.. ", goda Bethak dengan suara lembut penuh rayuan. Tangan nya terjulur hendak menyentuh dagu Pramodawardhani akan tetapi belum sempat itu terjadi, tangan Panji Rawit langsung menangkap pergelangan tangan Bethak dan memelintir nya dengan cepat.
" Adudududuuu sakit sakit sakit...!!
Lepaskan tangan ku bajingan, cepat... ", teriak kencang Bethak meringis kesakitan.
" Kalau kau berani macam-macam, putus tangan mu, Orang Cabul!! ", Panji Rawit segera menyentakkan tangannya hingga membuat Bethak jatuh ke lantai warung makan. Keributan ini sontak memantik perhatian ketiga kawannya yang lain. Mereka bergegas mendekati tempat itu. Sudiro mendelik tajam sambil bertanya,
" Ada apa ini? "
eh lha kok justru nyawa mereka sendiri yang tercabut 😆
modyar dengan express dan success 😀
bisa membuat tanah terbelah...keren! 👍
Ajian Malih Butha tak ada gregetnya di hadapan Lokapala 😄
up teruus kang ebeezz..🤗🤗
tuh kan bnr iblis pencabut nyawa cmn skdr nama.
nyatanya nyawa mreka sndiri yg di cabut