Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Setelah sarapan bersama, Shinta dan Satria bersama menuju kota lain untuk suatu keperluan.
Berubah menjadi cahaya, keduanya melayang dan melesat selama satu menit hingga sampai di kota lain, meskipun berubah menjadi cahaya, kecepatannya bukanlah kecepatan cahaya pada umumnya,karena keterbatasan energi dan hambatan tubuh fisik.
"Ini adalah kota Pasir Besi,kota ini memiliki portal alam rahasia tingkat S yang selalu terbuka,aku tidak ingin mengajakmu memasuki alam rahasia,hanya ingin membeli senjata tingkat S." ucap Shinta.
"Kenapa kamu tidak bilang sejak awal,aku bisa memberimu armor kelas S dan senjatanya juga." Balas Satria seraya mengeluarkan armor dan sebuah pedang kelas S.
Shinta membelalakkan matanya karena terkejut. "Darimana kamu mendapatkan senjata dan armor itu?."
"Aku menirunya saat melawan seseorang berjubah putih dan bertopeng,ini adalah pecahan armor dan pedangnya,tapi sudah aku sempurnakan dan modifikasi,jadi tidak sama lagi," jelas Satria.
Shinta menghela nafas lega. "Kamu memang sekuat itu,aku terima pemberiannya,tapi aku masih ingin membelinya,karena elemen dari senjata itu sama dengan milikku."
"Lagi-lagi kamu tidak memperhatikan,armor dan senjata itu berelemen cahaya,aku membuatnya untukmu, meskipun contohnya meniru dari milik orang," Kata Satria sambil geleng-geleng kepala.
Shinta terkekeh. "Maaf,aku terlalu senang sampai tidak memperhatikan."
Shinta mengeluarkan lagi sebilah pedang pemberian Satria,setelah benar-benar memperhatikan. "Ternyata benar,tapi sudahlah,kita sudah sampai di sini,jadi kita jalan-jalan saja."
"Kamu masih ceroboh seperti biasanya,tapi karena sudah terlanjur,ayo jalan-jalan,kembali juga membutuhkan energi yang besar,aku belum bisa mentransfer energi untukmu,masih belum bisa memecahnya," keluh Satria.
Shinta menundukkan kepalanya, seperti gadis kecil yang sedang dimarahi. "Senang sekali kamu pasti,bisa membalas memarahi aku."
"Kapan lagi bisa memarahi kamu,tapi memang benar kata orang-orang,setiap wanita pasti sedikit manja pada kekasihnya,jadi tidak heran juga kamu begitu." balas Satria.
Shinta memutar matanya, "Keadaan berbalik begitu cepat, sungguh tidak terduga,tapi tak apalah,aku sudah terlanjur cinta." Ucap Shinta sambil menarik tangan Satria.
Mereka berdua berjalan bersama di sekitaran kota Pasir Besi, kota besar lainnya yang menjaga kerusakan dari makhluk-makhluk yang keluar dari alam rahasia.
"Shinta, sepertinya ada yang menarik di sana,banyak orang sedang berkumpul." Kata Satria sambil menunjuk arah kerumunan.
"Paling-paling ada orang yang berdagang di sana,jika seseorang mendapatkan material dari monster,ada juga yang menjualnya di depan umum,karena ingin mendapatkan harga yang lebih tinggi dari guild petualang yang mengelola," jelas Shinta.
"Kalau begitu tidak jadi,kita cari tempat yang bagus saja," balas Satria.
Saat mereka berdua hendak pergi, tiba-tiba keributan terjadi di antara kerumunan, seseorang pria muda tampak memaksa membeli material dengan harga murah.
"Saya adalah Klinting,putra dari pemimpin penjaga kota,jika kau tidak menerima tawaranku,kau akan mendapat masalah besar!." Teriaknya di kerumunan.
"Maafkan saya tuan muda,saya akan menyerahkannya jika tawaran anda sama dengan guild petualang." Balas pedagang tersebut dengan sedikit memohon.
"Pedang tingkat C harga jual ke guild adalah sembilan ratus ribu koin aliansi,saya menawar 800 sudah lebih dari cukup," kata Klinting.
Satria hanya menonton pertunjukan dengan antusias. "Anak-anak orang kaya menawar harga lebih rendah dari pasaran, sepertinya kebanyakan seperti itu."
"Itu hanya sebagian saja,aku juga kan anak orang kaya,tapi sering memberikan lebih dari harga pasar." Balas Shinta sambil tersenyum main-main.
Satria terkekeh. "Iya,aku melupakan kalau kamu putri tuan kota, pastinya kaya raya,asik juga tidak perlu repot-repot berburu,punya banyak koin aliansi cuma-cuma."
"Tidak begitu juga,koin aliansi yang diberikan juga tidak terlalu banyak,hanya cukup untuk uang jajan saja,karena peralatan tempur diberikan langsung,tapi dulu, sekarang aku harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu." kata Shinta.
Keributan masih belum selesai, pemilik pedang tingkat C masih kekeh dengan pendiriannya, sementara putra pemimpin penjaga kota tidak mau menambah lagi harganya.
"Satria,apa kamu tidak ingin bermain menjadi pahlawan,tolong pedagang itu dan hajar orang yang mengaku sebagai putra dari pemimpin penjaga kota," ucap Shinta.
"Males banget,aku bukan pahlawan, lagipula aku tidak tahu cara adu mulut yang benar,kalau langsung hajar rasanya kurang ajar." balas Satria.
Ketika Satria dan Shinta hendak pergi, pemuda yang bernama Klinting itu melihat ke arah Shinta dan langsung menghampirinya.
"Hai cantik, bagaimana kalau aku menawar kamu saja,900 ribu koin aliansi untuk semalam." ucap Klinting.
Bommm!!!! pukulan dilancarkan oleh Satria,setelah Klinting terpental jauh, Satria mendatanginya dan memukul dada,perut dan wajah Klinting hingga babak belur. Satria masih belum berhenti sampai Shinta datang dan memintanya berhenti.
"Berhenti, siapapun yang bertarung di wilayah kota akan dihukum." teriak seorang penjaga kota.
Satria menoleh ke arah suara, "Kita sudah berhenti,anda terlambat memperingatkan."
"Siapa anda dan siapa yang anda lawan, beritahu saya untuk membuat laporan kepada petugas keamanan." ucap anggota penjaga kota.
"Saya Nunu dan yang saya lawan adalah Alko,kami bertarung karena salah paham,bisakah saya pergi?," balas Satria.
"Pergilah dan jangan ulangi lagi,ini peringatan pertama untuk Anda." Kata penjaga kota sambil mencatat nama asal-asalan yang dibuat Satria.
Satria menarik tangan Shinta dan membawanya menjauh dari kerumunan. "Bikin kesal saja,untung aku tidak langsung menebasnya menjadi 99."
"Apa kamu cemburu, lagipula tawarannya terlalu murah,kalau menjadi penguasa alam semesta mungkin aku sedikit memikirkannya," gurau Shinta.
Satria terkekeh geli. "Paling tidak permisi dulu sama kekasihnya sebelum menawar."
Shinta tertawa terbahak-bahak, "Paling langsung kamu pisahkan menjadi seratus bagian kalau ada yang berani."
"Sepertinya terlalu keterlaluan kalau menjadi seratus bagian,jadi debu lebih aman." Balas Satria kemudian membawa Shinta berteleportasi menuju tempat lain.
"Kenapa kamu tidak mengatakan nama Klinting saja, lagipula penjaga kota itu akan tahu setelah Klinting pulih dari lukanya," tanya Shinta.
"Biarkan saja,paling penjaga kota akan mencari Nunu di seluruh kota ini,lagian tidak dapat dikenali juga, daripada menambah masalah lebih baik menundanya sebentar," jelas Satria.
"Terserah kamu,tapi kenapa kamu membawaku ke sungai,kamu tidak akan menghanyutkan aku ke sungai kan?," gurau Shinta.
"Aku ingin memancing ikan untuk makan siang." Jawab Satria sambil mengeluarkan dua joran pancing.
"Kebiasaan kamu memancing masih belum hilang,aku sampai bosan karena setiap hari kamu membawa ikan dari danau kala itu." ucap Shinta sambil menerima satu joran pancing.
"Ikan di sini berbeda dengan yang ada di danau desa Kiwa, rasanya lebih enak,juga bisa memulihkan energi kamu lebih cepat." ujar Satria.
"Darimana kamu tahu,kamu kan belum pernah ke sungai ini," tanya Shinta.
"Aku melihatnya dengan jelas,ikan yang berenang sambil menunggu di pancing," jawab Satria.
Shinta hanya tertawa kecil,kemudian keduanya mulai memancing ikan dengan tenang.
Hingga tengah hari,Satria sudah memperoleh banyak ikan,setelah itu Satria membakarnya. Aroma ikan bakar membuat Shinta meneteskan air liur.
"Sepertinya enak,bumbu apa yang kamu campurkan?," tanya Shinta.
"Seperti biasanya,hanya ada satu tambahan yang istimewa,yaitu rasa cinta." Jawab Satria sembari menyerahkan ikan bakar.
"Kamu pandai merayu, aku sangat menyukainya." Balas Shinta sambil menerimanya dengan senang hati.
Setelah makan siang ikan bakar, Satria berbaring di atas batu besar sambil mendengarkan aliran sungai yang mengalir. Kicauan burung menambah keindahan suasana.
"Semuanya,cari orang itu sampai dapat,jangan sampai melarikan diri!." Terdengar suara seseorang dari kejauhan.
"Sepertinya kamu menjadi buronan." Ucap Shinta sambil mengelus rambut Satria.
"Yang jadi buronan itu Nunu bukan aku,jadi biarkan saja mereka terus mencari," balas Satria.
"Kalau mereka kesini bagaimana,apa kamu akan melawan orang-orang itu?," tanya Shinta.
"Tidak perlu menghabisi nyawa orang yang tidak bersalah,mereka juga tidak bisa menemukan tempat ini,kita terlindungi oleh batu besar dibawah kita." Jawab Satria.
"Tidak perlu membuat banyak alasan,aku tau kemampuanmu untuk bersembunyi,jika kamu menginginkan,aku bahkan tidak bisa menemukanmu." balas Shinta.
Para anggota penjaga kota Pasir Besi mencari di sekitar sungai, sementara Satria masih bersantai sambil berbaring di pangkuan Shinta.