Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Ingat jadilah anak yang baik, dan —"
"Jangan nakal pada teman," sahut Ivy sambil tersenyum.
Arneta yang gemas mencubit pipi putrinya yang terdapat lesung yang semakin mempercantik wajah Ivy. Lesung pipi yang juga dimiliki oleh pria itu. Bahkan wajah putrinya itu jika dilihat dengan intens sama persis seperti pria yang menanamkan benih di perutnya. Ivy seperti duplikat pria tersebut namun dalam wajah seorang perempuan.
"Bye Mommy..."
Ucapan Ivy menyadarkan Arneta dari lamunannya tentang pria yang menjadi bagian masa kelamnya. Ia menatap putri kecilnya yang berjalan masuk ke dalam kelas bersama seorang guru tanpa rasa takut sama sekali. Bahkan di saat anak kecil seusianya masih menangis dan tak mau masuk ke dalam kelas, Ivy justru tampak bersemangat.
Ya, gadis kecilnya itu memang terlihat lebih dewasa dari usianya. Mungkin karena didikan Arneta yang begitu keras, juga karena tahu bahwa Mommynya harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kehidupan mereka. Menjadikan Ivy sebagai sosok yang berani dan tidak manja.
Setelah memastikan putrinya dapat beradaptasi dengan baik di sekolah. Arneta pun kembali melanjutkan perjalanannya ke kantor. Meskipun sedikit telat tapi tak mengapa karena ia sudah ijin pada Pak Candra sebelumnya untuk mengantar Ivy terlebih dahulu di hari pertamanya sekolah.
Setelah sampai di tempat kerjanya. Arneta yang baru keluar dari dalam lift, di panggil oleh sosok yang tak lain teman baiknya. Perlu digaris bawahi satu-satunya teman baik Arneta, karena yang lain seperti memusuhinya.
"Neta tadi Pak Candra menitipkan pesan, jika kau datang langsung ke ruangannya," ucap Nadine.
"Loh, Pak Candra ada di ruangannya?" tanya Arneta dengan bingung.
Karena satu jam lagi Candra akan berangkat ke Bali untuk menghadiri pertemuan dengan para pemegang saham di sana bersama asisten pribadi pria tersebut. Ya, Arneta sangat jarang untuk ikut bertugas menemani Candra keluar kota, karena pria itu lebih sering membawa asisten pribadinya.
"Ya, cepatlah masuk. Jangan membuatnya menunggu terlalu lama, karena menunggu itu berat," goda Nadine dengan tersenyum jail.
Arneta hanya menanggapi candaan teman baiknya itu dengan menggelengkan kepala, lalu masuk ke dalam ruangan Candra setelah mengambil buku catatan yang ia gunakan untuk mencatat semua perintah dari atasannya tersebut.
Tok.. Tok.
"Boleh aku masuk?" tanya Arneta setelah mengetuk pintu ruangan.
"Masuklah!"
Arneta pun membuka pintu ruangan tersebut. Di mana terlihat Candra tengah duduk dengan seorang asisten pribadi yang berdiri di samping pria itu.
"Anda memanggilku?" tanya Arneta dengan gugup saat melihat tatapan dalam yang di perlihatkan atasannya.
"Duduklah!" Candra mempersilahkan sekretarisnya itu untuk duduk sebelum ia menyampaikan apa yang ingin dibicarakannya. "Dua Minggu ke depan aku akan ditarik oleh pemilik perusahaan ini untuk menempati anak cabang lainnya yang ada di Paris."
Deg.
Arneta mengerjapkan kedua matanya karena terkejut dengan apa yang diucapkan Candra. Jika pria itu akan dipindahkan ke Paris maka otomatis Candra tidak lagi menjadi atasannya.
"Maksudnya Bapak tidak akan bekerja di kantor ini lagi?"
Candra menganggukkan kepalanya. "Pemilik perusahaan akan mengambil alih jabatanku di sini."
Arneta yang masih terkejut hanya diam saja tak tahu harus berkomentar apa.
"Aku memanggilmu kemari karena ingin bertanya sesuatu."
Arneta yang diam kini menatap Candra dengan penuh tanya.
"Apa kau ingin tetap bekerja di sini, atau ikut denganku ke Paris?"
Tanpa berpikir dua kali Arneta langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan mau dan tak akan pernah kembali menginjakkan kakinya di tempat yang dipenuhi masa lalunya. Tempat di mana ia kehilangan pria yang sangat dicintainya, sekaligus tempat di mana ia melakukan banyak sekali kesalahan hingga dihamili oleh pria yang sangat membencinya.