Sahabatku Musuhku

Di suatu tempat yg jauh, ada sepasang pengantin baru yg sedang menikmati bulan madu. Keduanya pun nampak romantis saat tiba di negara tersebut. Apalagi sikap sang suami yg sangat manis dan hangat pada sang istri.

Semuanya pun nampak baik-baik saja dan sempurna di awal-awal. Namun, semua berubah saat Aini tak bisa mengikuti kemauan Boy di ranjang. Menurut dokter, mereka harus membatasi hubungan suami istri di trimester awal kehamilan. Tapi kondisi mereka yg tengah berbulan madu pun menjadikan Boy menuntut lebih pada Aini.

"Ayolah sayang.. kita ini sedang bulan madu.. " ucap Boy.

"Baiklah, tapi kau harus berhenti saat aku sudah tak sanggup." ucap Aini.

"Tentu saja, aku akan bermain perlahan. " balas Boy.

Aini pun mengikuti permainan Boy, hingga dirinya yg kewalahan setelah setengah jalan.

"Cukup hentikan.. aku tak sanggup lagi." ucap Aini.

"Sudah? biasanya tak begini?" tanya Boy.

"Aku tak tahu, perutku sakit Boy." ucap Aini.

"Benarkah?" tanya Boy panik.

Aini pun diminta beristirahat dan setelah agak baikan mereka akan mengunjungi rumah sakit terdekat. Dan Boy sedikit kecewa karena bulan madu yg harusnya menyenangkan, menjadi menegangkan dan dipenuhi rasa takut.

Setelah mereka mengunjungi salah satu rumah sakit, bahkan Aini diminta untuk bedrest karena perjalanan yg telah mereka tempuh. Hal itu membuat Boy sangat kecewa akan keadaan ini. Sepulang dari rumah sakit, Boy pun hanya banyak diam dan jarang berbicara.

Saat Aini bertanya pun Boy hanya menjawab sekedarnya kemudian meminta Aini jika sudah baikan untuk langsung kembali.

"Boy.. apa kau marah padaku?" tanya Aini.

"Aku sedang tidak ingin bicara.. " ucap Boy.

"Tapi Boy, kita sekarang sudah menikah.. kita harus berkomunikasi." ucap Aini.

"Ya.. lalu apa maumu?" tanya Boy kesal.

"Maafkan aku, karena kondisiku bulan madu kita jadi begini." ucap Aini.

"Ini pasti gara-gara kau yg telat minum pil itu kan? coba ingat-ingat lagi.. pasti gara-gara itu." ucap Boy kesal.

"Maafkan aku Boy." ucap Aini menangis.

"Sudahlah, percuma.. Bulan madu kita hancur berantakan.. pernikahan kita juga terjadi sangat cepat.." ucap Boy.

"Boy maafkan aku." ucap Aini.

"Lebih baik kau istirahat.. aku sedang tak ingin bicara makanya memintamu diam. Dan setelah kau baikan lebih baik kita pulang. Buat apa liburan jauh-jauh jika hanya berdiam di dalam hotel." ucap Boy kesal.

Sementara Aini pun menangisi perubahan sikap Boy padanya. Padahal Boy berjanji akan menjaganya dan calon anak mereka. Tapi pria itu berubah saat keinginannya tak terpenuhi. Beberapa hari itupun Aini habiskan dengan menangis karena kerap bertengkar dengan Boy. Bulan madu yg harusnya bahagia dan romantis pun berubah menjadi penuh dengan air mata.

.

.

Setelah kondisi Aini membaik, mereka pun kembali ke Indonesia. Dan Aini tinggal di rumah orangtua Boy. Aini mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dan mencoba untuk menjadi menantu yg baik.

Aini pun diterima oleh keluarga Boy dan diperlakukan dengan baik terlebih dirinya sedang mengandung anak Boy. Tapi sikap Boy berubah menjadi dingin padanya. Aini pun terus menangis setiap harinya karena pernikahannya justru tak bahagia.

Sementara Boy harus menahan diri dan berpuasa sampai Aini sanggup berhubungan dengannya. Dan karena harus menahan diri, membuat Boy jadi dingin dan kadang kesal pada Aini. Untuk itulah Boy lebih baik tak banyak bicara dengan Aini untuk mencegah keributan yg tak diperlukan. Apalagi Aini sedang mengandung anaknya.

.

.

.

Berbeda dengan Aini yg tengah bersedih karena pernikahannya, Arne justru tengah menikmati hidupnya sebagai dokter di rumah sakit. Kebebasannya karena tak lagi tinggal dengan ayah kandungnya, serta memiliki kedua teman yg bisa diandalkan.

Kenzi dan Nino pun terus menemani Arne karena takut akan Rafli yg mencoba mendekatinya. Arne pun sudah banyak menghindar dibantu oleh Anderson dan Sammy. Tapi ada juga saat dimana Arne tak bisa menghindar dan harus menghadapinya.

"Arne, bagaimana jika kau makan malam denganku malam ini?" tanya Rafli.

"Makan malam dengan siapa saja? satu departemen?" tanya Arne.

"Tidak, hanya kita berdua saja membahas masa residenmu." ucap Rafli.

"Maaf tuan, tapi masa residenku sudah jelas masih lama." ucap Arne.

"Kau bisa mempercepatnya, untuk itulah kita harus bicara." ucap Rafli.

"Maaf sekali lagi, tak ada yg namanya hal mudah di dunia ini." balas Arne.

"Arne kau harus memikirkannya." ucap Rafli.

"Aku punya dua mentor yg luar biasa.. mereka tahu aku harus melakukan apa agar bisa menyelesaikan residen ini.. permisi." ucap Arne.

Rafli pun kesal terus menerus ditolak oleh Arne. Dirinya sudah melakukan berbagai pendekatan tapi selalu gagal. Hadiah-hadiah yg ia kirimkan juga selalu dikembalikan.

Saat keluar ruangan Rafli, nampak Nino dan Kenzi pun menunggunya. Mereka juga khawatir pada Arne.

"Arne bagaimana?" tanya Nino.

"Tentu saja aku menolak dengan tegas." ucap Arne.

"Bagus, kau harus terus seperti itu." ucap Kenzi.

"Yasudah ayo pergi.. disini tidak aman." ucap Arne mengajak mereka pergi.

Arne pun menceritakan kejadian ini dengan Anderson. Anderson pun memintanya bersabar karena ia sedang mempersiapkan segala sesuatunya.

"Prof, aku harus bagaimana?" tanya Arne.

"Kau harus bersabar.. aku masih menyelidikinya." ucap Anderson.

"Baiklah.. aku jadi takut tiap kali ke ruangannya sekalipun membawa laporan." ucap Arne.

"Sabarlah.. aku akan meminta yg lain untuk mewaspadai gerak-gerik si bre**k itu." ucap Anderson.

Tiba-tiba, Sammy masuk.

"Maaf aku tak sengaja mendengar kalian.." ucap Sammy.

"Senior kau itu harusnya mengetuk pintu." ucap Anderson.

"Maaf Anderson.. Kasus Arne nampaknya serius, aku juga akan membantunya." ucap Sammy.

"Ck.. baiklah, mohon bantuannya.. selama aku tak ada tolong jaga dia." ucap Anderson.

"Aku akan berusaha karena dia putri kenalanku." ucap Sammy.

"Arne, dia tidak berbohong?" tanya Anderson.

"Tidak prof.." ucap Arne.

"Kau tidak menyukai Arne kan?" tanya Anderson.

"Ck.. memangnya aku ini pria tak tahu diri menyukai anak temanku." ucap Sammy.

"Atau jangan-jangan kau yg cemburu.??" ucap Sammy.

"Ck aku hanya ditugaskan kakeknya menjaganya." ucap Anderson

"Baiklah." ucap Sammy lalu pergi.

"Sudahlah prof, dia nampaknya menganggapku seperti keponakannya karena dia teman ibuku." ucap Arne.

"Yasudah, ingat kau harus hati-hati pada apa yg kau terima." ucap Anderson.

"Siap.. " balas Arne.

Sementara Sammy, dirinya mulai mengetahui sedikit demi sedikit masalah yg ada di rumah sakit ini. Pemimpin buruk yg akan menjatuhkan reputasi rumah sakit ini. Belum lagi targetnya anak dari Jeny wanita yg ia cintai. Pastilah Sammy takkan tinggal diam melihat Arne yg ia anggap sebagai keponakannya menjadi target kejahatan atasannya.

.

.

Sementara itu, Nino pun sedang bergerak mencari korban lainnya. Nino juga mengenal beberapa orang dan mencoba mencarinya dengan bantuan orang yg ia bayar untuk melacak mereka.

Nino melakukan semuanya dalam diam, dan dirinya juga mengawasi Rafli dalam diam. Tanpa memberitahu kedua temannya, dirinya bergerak sendiri karena suatu dendam yg membuatnya tak bisa melihat Rafli duduk diatas singgasananya.

"Mari kita lihat sampai berapa lama kau akan bertahan disana." gumam Nino dalam hati.