Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Claudya menangis dihadapan Zidan dan tuan Ibnu Abbas, tak Claudya sangka kalau ternyata Mamanya tidak merindukannya sama sekali, baru kali ini Claudya merasa menyesal menampakkan dirinya dihadapan Mamanya.
"Sudahlah, Clau. Aku yakin Mama kamu pasti sangat merindukan kamu juga," ucap Zidan berusaha meyakinkan Claudya agar berhenti bersedih.
"Aku tidak masalah kalau Mama tidak mau bertemu aku tapi tadi saat aku mendekat pada Mama aku berharap kalau Mama mau mengakui Agnia sebagai cucunya, aku tidak masalah kalau dia tidak memelukku tapi aku merasa sedih saat Mama tidak sama sekali melihat Agnia." Tangisan Claudya membuat Zidan dan Ibnu Abbas merasa iba pada kehidupan Claudya.
Claudya mengusap air matanya yang sejak tadi membasahi pipinya, Claudya menatap pada Agnia yang saat ini hanya menatap Claudya dengan tatapan aneh karena baru kali ini Agnia melihat Mamanya itu menangis.
Claudya langsung membawa Agnia kedalam pelukannya, sebagai seorang Ibu. Claudya merasa sakit saat anaknya diabaikan oleh keluarganya, padahal keinginan Claudya adalah Agnia mendapatkan kasih sayang dari nenek dan kakeknya seperti seorang cucu pada umumnya.
Ibnu Abbas mengusap lembut kepala Claudya. "Clau, kamu harus kuat. Kalau bukan kamu yang membahagiakan Agnia maka siapa lagi? Kamu tidak boleh goyah hanya karena sikap Mama kamu, anggap saja keluarga kami sebagai keluarga kamu juga. Kami sangat sayang sama kamu sama Agnia, jadi jangan perduli kan Mama kamu." Ibnu Abbas membujuk Claudya agar kuat kembali, padahal selama lima tahun terakhir Claudya sangat kuat tanpa sosok kedua orangtuanya tapi kenapa sekarang Claudya menjadi serapuh ini?.
"Ya, Papa benar Clau," ucap Zidan.
Claudya masih tetap menangis sambil memeluk Agnia yang bahkan tidak tau sedang dalam kondisi apa sekarang.
Yang membuat Claudya miris adalah Bela tidak mau mengakui Agnia.
"Ma, aku berjanji hari ini atau suatu hari nanti aku tidak akan ikut adil dalam senang maupun duka keluarga Mama," batin Claudya.
Sedangkan saat ini Bella pulang dari Bandung menuju ke kota tempat tinggalnya, apa yang Bela takutnya terjadi juga. Dia bertemu dengan Claudya saat dirinya tengah bersama dengan teman-teman arisannya.
Bela memaksa untuk pulang lebih dahulu karena dia sudah tidak mau berurusan dengan Claudya dan anak itu.
Awalnya Bella menolak untuk liburan ke sana tapi teman-temannya terus memaksa hingga mau tidak mau Bella terpaksa ikut, rasanya Bella ingin sekali marah pada Claudya yang saat ini malah menampakan wajah dihadapan Bella dan teman-temannya.
Brak!
Bella membanting koper yang sejak tadi dia bawa, Bela tidak sadar kalau saat ini suaminya baru saja keluar dari kamar Rima yang ada di lantai bawah rumahnya, karena amarahnya Bela tidak melihat kejadian itu. Ferdi langsung mendekat pada Bela yang terlihat sangat kesal, hebat sekali drama yang Ferdi mainkan sampai-sampai Bela tidak akan menyadari skandal yang tengah dia buat.
"Mama, ada apa? Kenapa pulang? Bukannya liburannya masih lama?" tanya Ferdi yang langsung memeluk istrinya yang saat ini tengah duduk di sofa.
"Papa, kamu tau gak? Di sana aku ketemu sama Claudya!" geram Bela menatap pada suaminya.
Ferdi mengerutkan keningnya karena dia merasa tidak mungkin kalau Bela akan bertemu dengan Claudya, apa lagi yang Ferdi tau kalau Bela jalan-jalan ke Bandung.
"Masa sih, Ma. Kan Bandung itu luas masa masih ketemu sama Claudya?" tanya Ferdi.
"Justru itu, Pa. Mama gak tau! Yang lebih parahnya lagi Mama liat anak ha ram itu, dan yang paling anehnya lagi saat ini Claudya bersama dengan tuan Ibnu Abbas." Bela menyilang kan kedua tangannya di dada.
"Beneran Ma?" tanya Ferdi yang seolah melihat peluang besar karena pabrik yang sedang dia kelola juga menjadi salah satu pemasok ke perusahaan Ibnu Abbas.
Ferdi mempunyai pabrik yang bergerak di bidang teh, sedangkan Ibnu Abbas mempunyai tempat untuk mengedarkan teh yang sudah siap konsumsi dari pabrik Ferdi. Jika mereka bisa kenal dengan tuan Ibnu Abbas maka Ferdi bisa meminjam dana pada Ibnu Abbas untuk memperbanyak cabang yang sudah lama Ferdi inginkan.
Ferdi tersenyum penuh arti. "Ma, kita ke Bandung, bagaimana?" Ferdi memohon pada Bela tapi sayangnya Bela menolak karena alasan Bela sudah tidak mau berurusan dengan Claudya atau pun anak yang Claudya kandung.
"Ma, ayolah kita ke sana temui Claudya dan kita bisa mendekati Tuan Ibnu Abbas supaya usaha kita semakin lancar, kamu mau kan kalau penjualan lancar seperti dahulu?" tanya Ferdi beralasan.
Padahal selama ini pabriknya berjalan dengan lancar dan makin berkembang, tapi sayangnya Ferdi mengambil banyak uang untuk membiayai Rima, tanpa sepengetahuan Bela.
Kemarin Rima meminta pada Ferdi untuk liburan ke Bali dan uang yang Ferdi kasih sangat banyak, belum lagi kebutuhan Rima yang lainnya karena hal itu Ferdi memberikan uang sedikit pada Bela dengan alasan kalau pabrik sedang tidak baik-baik saja.
Bela berpikir sejenak. "Tapi Pa, aku tidak mau bertemu dengan Claudya. Aku malu mengakui kalau Claudya punya anak sebelum nikah." Bela masih menolak dengan tatapan yang tajam yang menyiratkan amarah yang sangat mendalam.
"Ayolah, Ma. Kapan lagi kita seperti ini? Ini kesempatan yang baik," bujuk Ferdi.
**
Claudya turun dari taksi karena saat ini Claudya ditunggu oleh William yang katanya ada urusan penting dan memintanya datang, malam ini Claudya langsung berangkat dari rumahnya walaupun hujan deras tapi tidak membuat Claudya enggan untuk bertemu dengan William.
Saat ini Claudya langsung masuk ke hotel yang William tempati, Claudya tau dimana kamar William jadi Claudya sudah tidak perlu bertanya lagi.
Claudya langsung mengetuk pintu kamar William tanpa berlama-lama William langsung membukakan pintu untuk Claudya.
"Masuklah," pinta William.
Claudya masuk, tanpa melihat William terlebih dahulu. Claudya langsung membuka jaket tebal yang dia kenakan karena basah, Claudya juga membawa tas yang sangat besar karena banyak sekali berkas pekerjaan yang Claudya bawa.
"Tuan, maaf aku terlambat barusan Agnia nangis minta ikut," ucap Claudya tersenyum tapi sayangnya William hanya terdiam sambil menatap pada Claudya.
"Tuan, ada apa?" tanya Claudya yang tidak tau ada apa dengan William.
William langsung mendekat pada Claudya, tanpa lama-lama William memeluk Claudya dengan sangat erat. Hal itu membuat Claudya replek saja mendorong William karena takut William akan berbuat ja hat padanya mengingat mereka disana hanya berdua saja.
"Tuan, apa yang anda lakukan?" tanya Claudya.
"Malam itu, kamu ingat kalau aku yang menghamili mu?" tanya William.
Claudya langsung mengerutkan keningnya.
"Apa yang anda katakan, tuan?" tanya Claudya heran.
"Agnia, dia putriku!"