Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.
Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecamuk batin Zafira
Terdengar suara deru mobil masuk ke pekarangan rumah. Masih berusaha menjadi istri yang baik, Zafira pun segera berdiri di depan pintu masuk untuk menyambut kepulangan sang suami. Zafira menyunggingkan senyum saat melihat suaminya turun dari dalam mobil. Sebisa mungkin, ia menutupi hatinya yang sebenarnya masih terluka. Ia tak masalah dirinya disakiti, tapi ia tak terima ketika anak-anaknya lah yang disakiti. Tapi Zafira tetap berusaha menutup lukanya dengan senyuman.
Namun, senyuman itu berubah menjadi kerutan di dahi saat melihat suaminya mengitari mobil dan membuka pintu samping. Setelahnya terlihat sebuah kaki terulur keluar dari dalamnya membuat hati Zafira berdebar. Lalu senyum merekah itu hilang seketika saat melihat siapa yang turun dari dalam mobil suaminya itu.
Zafira menatap nanar, apakah niat Liliana untuk menjodohkan suaminya dengan perempuan itu benar-benar akan direalisasikan oleh sang suami? Bila benar, maka apa lagi artinya dia di rumah itu?
Saat keduanya berjalan mendekat, Saskia tampak mengembangkan senyum ramah. Ia langsung menyapa Zafira dengan senyum semanis malaikat membuat suami yang tak pernah tersenyum padanya mengembangkan senyum. Hati Zafira kian teriris. Menutup luka, Zafira pun balas tersenyum. Ia takkan menunjukkan raut sedih apalagi kecewanya. Biar kecewanya ia simpan dalam hati. Namun bukan berarti ia akan terus-menerus menerima perlakuan itu. Rasa sabar pun ada masa kadaluarsanya, bila rasa sabar itu telah expired, maka artinya itulah saat ia untuk mengakhiri segalanya.
"Hai, Fira, apa kabar?" sapa Saskia ramah. Bibirnya menyunggingkan senyum manis, tapi dalam hati ia justru mencibir.
"Hai juga, mbak. Alhamdulillah, kabarku baik. Bagaimana kabar mbak Saskia? Oh ya, silahkan masuk!" jawab Zafira tak kalah ramah sambil mempersilahkan Saskia masuk, namun tangannya terulur untuk menyambut tas kerja Refano.
"Alhamdulillah, aku baik juga. Terima kasih," balasnya.
"Eh, ini kamu Sas? Wah, makin hari makin cantik aja kamu, Sas?" puji Liliana yang sengaja menyambut kedatangan Saskia dengan begitu ramah di hadapan Zafira. Ia pun mencium pipi kiri dan kanan Saskia bergantian membuat hati Zafira entah bagaimana bentuknya karena setiap hari disuguhkan sesuatu yang mengiris kalbu.
"Ah, Tante bisa aja. Tante juga kelihatan makin awet muda, makin cantik. Apa resepnya sih, Tan? Bagi-bagi dong? Kalo aja Saskia dilirik cowok, biar nggak jomblo melulu," ujar Saskia seraya tersipu membuat Liliana terkekeh.
"Masa' sih gadis secantik kamu masih jomblo? Atau jangan-jangan kamu masih menunggu seseorang, hm?" goda Liliana sambil mengerlingkan sebelah matanya. Saskia mengigit bibir dengan pipi merona.
"Ih, Tante, kok tahu sih! Jangan-jangan Tante cenayang ya!"
Liliana tergelak kemudian mempersilahkan Saskia duduk di ruang tamu.
"Ih, kamu ini udah cantik, gemesin, menyenangkan juga. Seharusnya yang jadi menantu Tante itu kamu, bukan dia," ujar Liliana tak acuh. Padahal ia tahu, ada Zafira yang baru saja turun dari lantai atas setelah meletakkan tas Refano di ruang kerjanya dan menyiapkan pakaian ganti.
'Sabar Fira! Ingat, orang sabar disayang Allah,' gumam Zafira mencoba menabahkan hati.
"Tante jangan begitu lah, kan nggak enak sama Fira, Tante," sergah Saskia seolah tak ingin Zafira tersakiti, padahal dalam hati ia sudah bersorak sebab secara tidak langsung ia telah mendapatkan lampu hijau dari ibu Refano.
Saskia yang melihat Zafira pun meminta agar Zafira tidak salah paham dengan kata-kata ibu mertuanya.
"Fira, maaf ya, Tante Liliana nggak bermaksud ngomong gitu kok. Beliau hanya bercanda, jangan diambil hati ya!" Saskia memasang wajah memelas.
"Tenang aja, aku nggak masalah kok," kilah Zafira. Bila Saskia bisa bermuka dua, ia pun bisa. Namun bukan bermuka dua untuk mencari perhatian, melainkan menutupi kekecewaan dan kesedihannya pada sikap mertuanya yang memang tak pernah mau mendukungnya.
"Fira, buatkan Saskia minuman!" titah Liliana seolah Zafira bukanlah menantunya, melainkan pembantu.
"Baik, ma," jawab Zafira lembut.
Tak lama kemudian Refano pun turun dengan kaos oblong berwarna putih dipadu celana jeans selutut berwarna biru membuat penampilannya kian menawan. Saskia sampai terperangah melihatnya.
Liliana terkekeh kemudian menjawil lengan Saskia yang masih belum mengatupkan mulutnya.
"Terpesona, hm?" goda Liliana membuat Saskia tersipu.
Kemudian mereka pun mulai berbincang. Namun saat sedang berbincang, Saskia menangkap sayup-sayup suara seseorang bernyanyi dengan begitu merdu.
"Fan, itu suara anak kamu?" tanya Saskia dengan ekspresi kagum.
Bukannya menjawab, Refano justru mengedikkan bahunya tak acuh.
"Suara anak kamu merdu banget ya? Dia pintar nyanyi lagu bahasa Inggris," kagum Saskia. Saskia dulu sempat bercita-cita menjadi seorang penyanyi, tetapi karena suaranya yang pas-pasan membuatnya harus mengubur cita-citanya.
"Untuk apa punya suara bagus, nggak guna. Memangnya mau jadi apa dengan suara bagus? Penyanyi? Penyanyi di lampu merah iya," cibir Liliana kejam membuat Saskia tersenyum dalam hati sebab disaat bersamaan Zafira tiba dengan nampan ditangannya.
Pura-pura tak mendengar, Zafira meletakkan minuman yang ia bawa ke meja.
Dalam hati Zafira mendesah, mengapa mertuanya bisa begitu tega menyepelekan cucunya sendiri. Kita tak pernah tahu masa depan seorang anak. Bisa saja memang kelak putrinya menjadi seorang penyanyi terkenal. Bukankah sebagai seorang orang tua, kita seharusnya mendukung asal itu baik. Bukannya menyepelekan apalagi mencemooh.
Zafira terus memupuk rasa kecewanya. Padahal di sofa seberangnya ada suaminya, ayah dari anak-anaknya, tetapi ia diam saja anaknya disepelekan. Apakah di hatinya tak ada sedikitpun rasa sayang untuk anak-anaknya? Zafira hanya bisa berdoa, semoga mereka kelak tidak menyesali apa yang telah mereka lakukan sebab bila mereka sampai menyesal artinya segalanya telah terlambat.
Enggan mendengarkan sesuatu yang berdampak buruk pada kesehatan batinnya, Zafira pun segera beranjak. Lebih baik ia menghabiskan waktu bersama anak-anaknya.
Di dalam kamar, ternyata Regina lah yang sedang berlatih bernyanyi. Ia akan turut mengisi acara di sekolahnya Senin nanti. Tentu ia ingin mempersembahkan yang terbaik. Berharap pada saat itu ayahnya tiba-tiba datang dan memberikan tepuk tangan sebagai ungkapan rasa bangganya. Tapi ... mungkinkah hal tersebut akan terjadi?
"Wah, suala kak Legi bagus banget!" seru Refina riang sambil bertepuk tangan.
"Iya ya, sayang. Mama sampai ngira, itu suara siapa sih, bagus banget. Eh taunya suara anak mama yang cantik," sambung Zafira sesaat setelah masuk ke dalam kamar.
"Beneran, ma? Tapi Regi tetap harus latihan kan, ma? Siapa tahu papa nanti datang, Regi nggak mau buat papa kecewa karena Regi yang tampil malu-maluin. Regi latihan lagi ya, ma?" Zafira pun mengangguk mengiyakan agar Regina tetap bersemangat. Zafira jadi bingung, ia belum memberitahukan kalau kemungkinan besar ayahnya tidak akan datang. Ia khawatir Regina tiba-tiba kehilangan semangat untuk latihan apalagi tampil di atas panggung acara bila ia memberitahukan fakta sebenarnya.
'Ya Tuhan, aku harus apa? Aku nggak mau membuat semangat Regi kandas dan berganti menjadi kekecewaan bila aku memberitahukannya bahwa ayahnya takkan mungkin datang ke acara itu,' batin Zafira berkecamuk.
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...
Wkwkkwkk....