Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Sudah lama sekali aku tidak kembali ke kota ini. Iya, hampir 17 tahun. Banyak yang berubah, termasuk taman ini.
Gita duduk di kursi taman dekat pohon. Dia mencatat tempat-tempat yang akan dijadikan lokasi syuting film.
Di tempat ini, Arnav dulu menyatakan cinta. Di tempat ini juga Arnav melamarku. Sudah lama sekali berlalu, tapi kenangan itu tidak bisa dia lupakan.
"Maaf, Bu. Saya tidak sengaja."
Gita mendengar suara itu. Dia menoleh ke sisi kanannya dan melihat seseorang yang sedang berjongkok sambil mengambil barang yang berjatuhan di bawah.
Seketika Gita berdiri dan bersembunyi di balik pohon.
Apa dia Arnav? Tidak banyak perubahan di wajahnya setelah 17 tahun berlalu. Ngapain dia ke sini?
Arnav duduk di bangku taman itu. Dia hanya berdiam diri sendirian untuk menikmati angin sore. Cukup lama, hingga ada panggilan masuk di ponselnya. "Iya, hallo. Iya, aku segera ke sana."
Kemudian Arnav berdiri dan meninggalkan tempat itu.
Gita keluar dari persembunyiannya dan melihat punggung Arnav yang kian menjauh. Dia melihat Arnav yang kini berhenti sambil menggoda anak kecil sekitar umur 3 tahun lalu menggendongnya. Ada wanita juga yang sedang mendorong stroller. Dia tertawa sambil berjalan di dekat Arnav.
Apa dia istri dan anak Arnav? Apa Arnav sudah menikah lagi?
Gita kembali duduk di bangku taman itu. Dan menghirup aroma parfum Arnav yang masih tertinggal.
Bahkan parfum Arnav masih sama seperti dulu, tapi keadaannya yang sudah berbeda.
Gita kembali membuka buku catatannya. Dia menulis titik lokasi syuting yang akan segera dilakukan dalam bulan ini.
Selain menjadi editor, Gita berhasil menjadi seorang penulis yang hebat. Salah satu novelnya yang mendapat penjualan tertinggi adalah novel dari kisah nyatanya sendiri. Kisahnya dengan Arnav yang dia mulai dari SMA dan akhirnya berpisah karena kesalahpahaman dan bagaimana perjuangannya membesarkan anak seorang diri tanpa diketahui Arnav sama sekali.
Dia juga tidak menyangka kisahnya dipinang oleh salah satu rumah produksi terbesar dan akan segera dilakukan syuting.
Aku tahu kamu tidak suka membaca novel apalagi melihat drama romantis, meskipun kisah kita menjadi best seller sekalipun, aku yakin kamu tidak akan pernah tahu.
Gita berada di taman itu hingga malam hari. Akhirnya dia menutup buku catatannya lalu memasukkannya ke dalam tas. Dia berdiri dan berjalan pelan sambil mendekap tubuhnya sendiri.
"Ada pertunjukkan apa di sana?" Gita berjalan mendekati kerumunan yang berada di pinggir taman. Dia melihat seorang pria muda yang memakai masker dan topi sedang bermain gitar listrik.
"Wow, skillnya keren sekali." Gita tersenyum mendengar music rock yang pria itu mainkan. Tidak hanya rock, pria itu juga bisa bermain musik pop dengan sangat indah, lalu berganti dengan musik dangdut yang membuat penonton ikut bernyanyi
"Siapa dia?" Gita melihat sound kecil yang bertuliskan Vale. Dia mendekat dan akan memberikan uang tapi pria itu menggelengkan kepalanya.
"It's free for everyone."
Gita mengenggam kembali uang itu. Dia tersenyum melihat pria muda yang mungkin masih bersekolah.
Sepertinya dia melakukan ini karena hobi. Mungkin saja dia dilarang sama orang tuanya dan memilih bermain di taman ini untuk menyalurkan hobinya.
Kemudian Gita membalikkan badannya dan berjalan menuju tempat parkir. Dia menaiki motornya lalu pulang ke rumahnya.
Rumah yang sekarang dia tinggali adalah rumah baru yang dia tinggali berdua dengan putrinya. Setelah sampai di rumah, Gita memasukkan motornya ke garasi. Dia juga melepas helmnya.
Setelah menutup garasi, dia masuk ke dalam rumahnya dan melihat putrinya yang masih melihat drama korea di ruang tengah.
"Vita, kamu sudah makan?" tanya Gita. Dia mengambil roti lalu dia makan di samping putrinya.
"Sudah, Ma," jawab Vita yang sekarang sudah berusia 16 tahun.
"Kamu cepat tidur, besok kan hari pertama kamu masuk sekolah SMA."
"Ma, Papa ada di kota ini kan? Kota kelahiran Mama," tanya Vita.
Pertanyaan itu membuat Gita resah. Dia tidak ingin putrinya mencari Arnav. Dia takut jika Arnav juga akan mengambil Vita darinya.
"Mama kenapa diam saja kalau aku tanya soal Papa. Bahkan Mama tidak pernah tunjukkan foto Papa. Papa sebenarnya masih ada atau sudan mati, Ma?"
Gita memeluk putrinya sambil mengusap rambutnya. "Vita, belum saatnya kamu tahu tentang Papa kamu."
"Terus kapan, Ma? Aku sudah 16 tahun, aku pasti bisa mengerti masalah apa yang terjadi antara Mama dan Papa di masa lalu. Aku sudah baca novel yang Mama tulis, itu kisah Mama dan Papa kan?"
Gita tak bisa menjawab pertanyaan putrinya. Dia memilih untuk diam.
"Sejak kecil aku sering diejek sama teman-teman kalau aku tidak punya Papa, bahkan ada yang bilang kalau aku anak haram. Itu sangat menyakitkan, Ma. Sampai tidak ada yang mau berteman denganku. Aku kesepian. Aku juga ingin merasakan kasih sayang seorang Papa. Mama menulis kisah Mama dan Papa begitu indah. Aku yakin Papa orang baik. Mungkin benar orang ketiga yang Mama maksud di dalam novel itu adalah Om Gibran yang akhirnya merusak rumah tangga Mama."
"Vita, Om Gibran sudah banyak membantu kita. Dia bukan orang ketiga."
"Iya, aku mengerti, Ma. Om Gibran memang sangat baik. Om Gibran juga menganggap aku seperti putrinya sendiri. Tapi apa Mama mengerti perasaan Papa waktu itu. Novel itu hanya diambil dari sudut pandang Mama yang menunjukkan bahwa Papa itu egois, tapi bagaimana kalau diambil dari sudut pandang Papa."
Gita menarik napas panjang dan membuangnya. Dia tidak menyangka putrinya akan tumbuh menjadi gadis yang pintar dan sangat kritis. "Itu hanya fiktif. Bukan kisah Mama. Kamu mengerti? Jangan terbawa perasaan dengan alur cerita novel itu."
Kemudian Gita mencium kening Vita. "Mama sayang sama kamu. Kamu segalanya buat Mama. Hanya kamu satu-satunya yang Mama punya. Berhenti memikirkan Papa kamu, Mama akan berusaha memberi yang terbaik buat kamu."
Vita tak menjawab lagi. Dia kini berdiri dan masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di dekat meja belajarnya dan membuka kembali buku novel yang cukup tebal itu. Novel yang berisi ratusan halaman itu sudah selesai Vita baca. Dia yakin tokoh utama di cerita itu adalah Mama dan Papanya.
"Bukan Cinta Abadi."
Vita mencoret judul novel itu dan menulis judul baru di bawahnya. "Cinta ini Abadi."
"Meskipun aku tidak tahu bagaimana wajah Papa. Aku akan mencari keberadaan Papa. Aku yakin Papa masih mencintai Mama, sama seperti Mama."
....
💗💗💗💗
Like dan komen ya...