Punya tetangga tukang gosip sih sudah biasa bagi semua orang. Terus gimana ceritanya kalau punya tetangga duda ganteng mana tajir melintir lagi. Bukan cuma itu, duda yang satu ini punya seorang anak yang lucu dan gak kalah ganteng dari Bapaknya. Siapa sih yang gak merasa beruntung bisa bertetanggaan dengan duda yang satu ini?
Dan orang beruntung itu tak lain adalah Lisa. Anak kepala desa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota. Pas pulang ke rumah, eh malah ketemu duda ganteng yang teryata tetangga barunya di desa. Tentu saja jiwa kewanitaannya meronta untuk bisa memiliki si tampan.
Penasaran gak sih apa yang bakal Lisa lakuin buat narik perhatian si duda tampan? Kalau penasaran, yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya Cemburu, Pak
Erkan terkejut mendengar perintah calon istrinya itu.
Karena Erkan tak kunjung membuka baju, Lisa geram sendiri dan langsung membuka kemeja Erkan dengan kasar. Tentu saja Erkan kaget di buatnya. Apa lagi tatapan Lisa yang tidak selow. "Bau parfum nenek sihir masih lengket. Buang aja bajunya, pasti baju Bapak banyak kan?"
"Sa...."
"Bapak jangan protes, saya itu kecewa. Kenapa Bapak gak nolak pas nenek sihir itu meluk Bapak? Atau jangan-jangan teh Bapak suka ya dipeluk-peluk kayak gitu?" Sembur Lisa memasang wajah sedih.
Erkan tersenyum melihat itu. "Tadi kan dia yang meluk, Sa. Saya diam aja."
"Sama aja atuh, Bapak. Kan Bapak teh bisa menghindar. Tadi kalau gak saya tarik pasti Bapak terus aja pelukan sama nenek sihir tadi kan?" Lisa memasukkan kemeja Erkan ke dalam tong sampah. Ia benar-benar kesal saat ini.
"Namanya Zia, Sa."
"Saya gak mau tahu nama dia. Gak penting." Ketus Lisa kembali berdiri di depan Erkan. "Kenapa senyum-senyum?"
"Kamu lucu kalau lagi kesel."
"Ck, saya cemburu, Pak. Masak iya dia peluk-peluk Bapak kayak tadi. Saya aja belum pernah peluk."
"Tinggal peluk aja kok susah sih. Sini peluk saya."
"Ih... gak mau belum muhrim. Pokoknya Bapak teh harus nolak kalau ada yang meluk kayak tadi." Protes Lisa dengan bibir manyun.
Gimana saya mau nolak kalau kamu yang meluk, Lisa.
"Zia cuma megang tangan saya aja tadi, gak meluk."
"Sama aja, Bapak kan punya saya. Mana boleh dipegang-pegang sama cewek lain. Pokoknya Bapak teh gak boleh lirik-lirik sama deketin cewek lain. Kecuali Mamah, Tante sama Vio."
Aduh. Belum jadi istri aja udah posesif gini, gimana kalau udah jadi istri? Makin gemesin aja.
Erkan tersenyum senang. "Iya, saya janji gak akan ulangi lagi. Beneran gak mau peluk saya nih?"
Pengen atuh, Bapak. Tapi kan saya malu. Teriak Lisa dalam hati.
"Sa?"
"Gak mau, masih ada bekas tante jelek tadi. Mending Bapak mandi aja sana, biar baunya ilang. Kalau bisa di samak."
"Ya Allah, Sa. Kayak pegang najis aja."
"Udah sana mandi, jangan banyak protes." Lisa mendorong Erkan asal. "Saya tunggu di sini pokonya mah."
"Gak mau ikut mandi?"
"Bapak!"
Erkan tertawa puas dan langsung masuk ke kamar mandi. "Bener-bener bikin gemes kamu, Sa. Liat aja kalau udah nikah, saya gak akan biarin mulut kamu diam."
Lisa duduk di tepi ranjang dengan napas memburu. Hatinya masih panas karena nenek sihir itu berani nyentuh calon suaminya.
"Kayaknya ada yang aneh, kenapa nenek sihir manja gitu ya sama Mas Erkan? Apa jangan-jangan dia suka lagi? Tapi kan dia udah punya suami, mana suaminya Abang kandung Mas Erkan lagi. Duh... Eneng teh jadi pusing, Kang. Susah amat punya pacar kasep teh. Diparebutkuen bae." Kesal Lisa. Lalu duduk di atas pembaringan sambil sesekali menguap.
Karena kesal menunggu Erkan yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Akhrinya Lisa pun ketiduran karena sejak awal memang sudah mengantuk.
Tidak berapa lama Erkan keluar dari kamar mandi hanya dengan lilitan handuk sebatas pinggang. Ia tersenyum geli saat melihat Lisa tertidur sambil memeluk guling. "Cantik."
Erkan berjalan menuju ruang ganti, dan tidak perlu lama ia sudah kembali dengan pakaian santai. Lelaki itu bergerak mendekati ranjang, kemudian duduk di sisi Lisa yang tertidur pulas. Dan menghadiahi sebuah kecupan di kening Lisa. "Saya senang kamu cemburu seperti ini. Saya cinta sama kamu, Sa."
Lisa mengerang kecil dan bergerak dari tidurnya. Membuat Erkan kaget setengah mati. "Awas jangan deket-deket. Mas Erkan punya saya." Rancau Lisa. Sepertinya gadis itu tidak benar-benar bangun dan cuma ngelindur.
Erkan tertawa kecil. "Ya ampun, sampe kebawa mimpi sangking takut saya di ambil orang ya? Gemesin banget sih."
Tanpa di duga Lisa berbabik. "Jangan jauh-jauh." Rancaunya lagi sambil memeluk pinggang Erkan. "Punya saya."
"Iya, saya punya kamu, Sa." Erkan kembali menghadiahi kecupan di kening Lisa. Kemudian ia pun ikut berbaring dan memeluk Lisa erat. Dan dirinya pun ikut terlelap ke alam mimpi.
****
Lisa menggeliat kecil saat terbangun dari tudurnya. "Nghhh... kayaknya aku nyenyak banget tidurnya."
Lisa hendak bangun, tetapi ia lebih dulu dikejutkan dengan sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Sontak ia pun langsung menoleh ke samping.
Deg!
Jantung Lisa berdetak tak karuan saat melihat wajah tampan Erkan yang hanya berjarak beberapa senti darinya. Bahkan hembusan napas tenang lelaki itu menerpa wajahnya. Wajah damai itu membuat Lisa enggan berpaling. Ia terhipnotis.
Ya Allah, saya teh masih mimpi?
Lisa menepuk pipinya agak keras, seketika ia meringis kesakitan. "Ternyata gak lagi mimpi. Aku teh beneran tidur sama Pak Erkan? Duh... mimpi apa tadi malam?" Gumamnya. Lisa juga menggigit ujung bibirnya karena gugup.
Duh... ganteng banget sih. Jadi gak tahan pengen cium. Mana bibirnya pink banget lagi. Boleh icip gak ya dikit?
Tanpa sadar tangan Lisa bergerak menyentuh bibir Erkan.
Cup!
Lisa terkejut karena tiba-tiba Erkan mengecup jarinya. Bahkan lelaki itu kini sudah membuka mata. "Kenapa sama bibir saya? Kamu pengen?"
Lisa yang masih kaget pun langsung menggeleng. "Cuma penasaran aja."
Erkan tersenyum. "Penasaran gimana?"
"Rasanya." Jawab Lisa dengan polosnya. Namun, sejurus kemudian ia langsung memekik kaget. "Aaa... bukan gitu maksudnya." Pipinya pun merah padam sangking malunya.
Erkan tertawa renyah. "Kalau penasaran sama rasanya tinggal di coba aja, Sa."
"Emang boleh?" Tanya Lisa kembali memasang wajah polosnya.
"Boleh, pake banget malah."
"Ck, enggak ah. Saya takut, gak pernah soalnya."
Erkan tersenyum penuh arti, kemudian mendaratkan bibirnya di bibir tipis Lisa. Seketika Lisa pun terbelalak dan tubuhnya seolah membeku. Sedangkan Erkan malah memberikan sapuan lembut. Membuat Lisa berdesir hebat.
"Manis." Bisik Erkan. "Lagi ya?"
Bukannya menjawab, Lisa justru menutup wajahnya karena malu.
"Jangan di tutup, sayang."
Duh... malah manggil sayang lagi. Gak tahu apa jantung aku tuh udah gak sehat.
"Malu, Bapak."
"Mas, Sa. Jangan Bapak terus, telinga saya sakit."
Lisa menjauhkan tangannya dari wajah. Kemudian menatap wajah Erkan lamat-lamat. "Lepasin saya, saya mau bangun."
"Bentar lagi, saya lanjut yang tadi ya?"
Lisa menggeleng. "Saya malu."
"Kenapa malu, hitung-hitung latihan."
Mendengar itu pipi Lisa semakin merona. Dan itu membuat Erkan semakin geram sendiri.
"Gak tahan." Tanpa menunggu persetujuan, Erkan langsung melahap bibir Lisa dengan rakus. Sontak Lisa pun kewalahan karena ia belum berpengalaman. Namun, pelan tapi pasti Lisa mulai terbuai dan mengikuti alur. Emang bener ya, kalau berduaan pasti yang ketiganya setan.
Napas keduanya memburu. Erkan tersenyum bahagia apa lagi melihat Lisa yang ngos-ngosan karena ulahnya. "Capek?"
"Sesek, Pak."
"Jangan ditahan napasnya."
"Tapi kan saya teh gugup."
Erkan tersenyum. "Gimana rasanya?"
Lisa tidak langsung menjawab. "Agak aneh. Tapi ada manis-manisnya gitu."
Sontak Erkan tertawa lucu. "Udah kayak iklan air mineral aja ada manis-manisnya. Pengen lagi gak?"
"Enggak ah, nanti aja. Jantung saya masih geter terus." Jawab Lisa terlalu jujur.
"Duh... jujur banget punya calon istri."
Lisa tersenyum malu. "Eh, bukanya kita teh mau jalan-jalan lagi ya?"
"Nanti malam aja, biar lebih dapet feelnya. Kamu juga masih capek kan?"
"Iya sih."
"Makasih." Ucap Erkan tulus.
"Buat?" Tanya Lisa bingung.
"Buat yang tadi, walaupun kamu agak kaku sih. Tapi gak papa lah, lumayan buat pemula. Tar juga kalau udah jadi istri pasti jago sendiri."
"Ck, bibir saya udah gak perawan sekarang. Awas aja kalau gak tanggung jawab."
Erkan tertawa lagi. "Iya, nanti saya kasih tanggung jawab pas udah nikah."
"Bisa aja Bapak mah." Lisa pun membenamkan wajahnya di dada Erkan. Menghirup aroma maskulin lelaki itu sepuasnya. Entah keberanian dari mana ia melakukan itu.
"Kita tidur lagi aja, saya juga masih ngantuk." Erkan mengecup pucuk kepala Lisa. Kemudian mengeratkan pelukannya hingga tidak ada lagi jarak di atara mereka.
Ya ampun, jadi gini ya rasanya pacaran? Bahagianya gak bisa diungkapin sama kata-kata. Duh... gimana nanti kalau udah nikah ya? Kok aku jadi takut ya?