karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja
Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.
Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
alam ghoib 1000 gravitasi
Siang hari pun tiba. Saat ini, Galang sedang membeli makanan untuk dirinya dan ibunya.
"Lang, tamu kamu yang kemarin udah pulang?" tanya Jihan, teman Yuni.
"Sudah, Bu. Emangnya kenapa, Bu?" tanya Galang.
"Ga papa, Lang. Pengin tahu aja," jawab Jihan.
"Ini jadinya berapa, Bu?" tanya penjual.
"Rp12.000 aja, Lang. Makasih, Yah!" jawab penjual.
"Iya, sama-sama," balas Galang.
Kemudian, seorang bapak-bapak yang sedang ngopi bersama teman-temannya berkata, "Kalian udah pada lihat yang ada di ujung Jalan Kemuning? Banyak polisi yang menangkap orang."
"Emangnya ditangkap kenapa, Pak?" tanya temannya
"Katanya sih mereka itu komplotan begal," jawab bapak itu.
Galang mendengar pembicaraan itu hanya diam saja dan langsung pulang ke rumah.
Galang dan Bu Sari makan bersama.
"Kamu bisa main HP itu, Lang?" tanya Bu Sari.
"Bisa, Bu. Gampang ko," jawab Galang.
"Ya udah, kamu pakai HP itu buat belajar, jangan hanya main buat game," pesan Bu Sari.
"Iya, Ibu. Tenang aja."
"Ngmong-ngmong, kamu tadi pagi ketemu Ibu di mana, Lang? Kok bisa Ibu ga ingat?" tanya Bu Sari.
"Tadi Galang ketemu Ibu pingsan di jalan," jawab Galang.
Singokolo berbicara dalam hati Galang, "Waktu itu, Aku menggunakan ilmu sirep, Tuan, supaya Ibu Tuan tidak ingat apapun."
Mereka pun selesai makan. Saat ini Galang sedang bermain handphone di teras rumahnya. Dia mengklik aplikasi hijau dan benar saja, ada pesan dari Tanty.
"Aku udah sampe rumah, Lang. Kamu ga usah khawatir, Yah!" isi pesan Tanty.
Galang tidak menjawab pesan itu karena bingung menjawab apa.
Galang pun membuka aplikasi Google untuk melihat berita di Jalan Kemuning.
"Tertangkapnya gerombolan begal yang sangat meresahkan warga. Tetapi ketua dari gerombolan begal tersebut berhasil lepas dari kejaran polisi dan saat ini menjadi buron," baca Galang.
"Apa Jonathan berhasil lepas? Seharusnya tadi gw tunggu di sana," gumam Galang dalam hati.
"Bagaimana pun, Jonathan bukan orang biasa. Dia pasti bakal balas dendam sama gw. Bodo amat lah!"
Galang berhenti memainkan HP-nya dan melihat cincin mustika biru.
"Kalau ga salah, Kakek Prabu bilang, dalam cincin ini ada alam ghoib," kata Galang.
Singokolo menjawab, "Tentu saja, Tuan. Fungsi cincin itu selain menghilangkan aura yang kuat, juga di dalam cincin itu ada alam ghoib yang sering dijadikan tempat berlatih oleh pendekar-pendekar zaman dahulu."
"Kenapa kamu bisa tahu fungsi dan alam ghoib di cincin ini?" tanya Galang.
"Aku ini siluman yang sudah hidup ratusan tahun, Tuan. Cincin mustika biru juga sangat terkenal pada zaman dahulu, dan sekarang sudah sangat langka. Mungkin hanya ini saja yang tersisa," jawab Singokolo.
"Apa ada di alam ghoib cincin ini?" tanya Galang.
"Aku tidak tahu, Tuan. Aku tidak pernah masuk ke alam itu," jawab Singokolo.
"Bagaimana caranya masuk ke alam ghoib ini?" tanya Galang.
"Teteskan darah Tuan ke mustika biru itu, lalu akan muncul portal ghoib yang membawa Tuan ke alam ghoib itu," jawab Singokolo.
"Ya, sudah! Ayo, Galang, berjalan ke Hutan Demit, tempat kekuasaan Singokolo," kata Galang kepada dirinya sendiri.
Siluman yang melihat Galang langsung membungkukan badannya. Galang masuk ke Hutan Demit.
Galang bingung, bagaimana cara mengeluarkan darahnya, sedangkan dia tidak mempan dengan senjata tajam.
"Bagaimana cara aku buat mengeluarkan darah?" tanya Galang pada Singokolo.
"Salurkan saja energi pusaka Tuan pada benda tajam," jawab Singokolo.
"Benar juga. Sekarang, kamu cari benda tajam yang bisa digunakan."
Singokolo mengambil pisau di kerajaannya. "Ini, Tuan," ucap Singokolo.
Galang mengambil pisau itu dan mengaliri pisau itu dengan energi dari pusakanya, lalu menggoreskan di jempolnya. Seketika, darah keluar dari jempol Galang dan langsung diteteskan ke cincin mustika birunya. Sedetik setelah Galang meneteskan darahnya...
Portal berwarna biru terang terlihat dengan jelas. Tanpa lama-lama lagi, Galang masuk, tetapi Singokolo terpental saat mencoba masuk.
"Sepertinya portal itu hanya bisa dimasuki oleh pemilik cincin itu, Tuan," kata Singokolo.
"Baiklah, kau tunggu saja di sini," ucap Galang.
Galang masuk ke portal tersebut. Sedetik setelah Galang masuk, portal itu langsung hilang.
Galang melihat sekeliling alam ghoib ini. Hanya ada tanah lapang dan batuan, tetapi gerakannya sangat berat saat Galang berjalan di alam ghoib ini.
"Kenapa badanku sangat berat gini?" tanya Galang dalam hati. "Apa karena gravitasi? Sekarang aku paham kenapa tempat ini sering digunakan pendekar zaman dulu untuk berlatih. Gravitasi di sini benar-benar berbeda dari bumi," gumam Galang dalam hati.
Galang melirik ke sana dan ke sini, tetapi tidak melihat sama sekali adanya manusia ataupun siluman. Hanya ada Galang dan batu.
"Waktu itu, leluhurku bilang untuk berlatih di sini. Gw coba latihan di sini deh," ucap Galang dalam hati.
Galang mencoba melesat seperti biasa saat dia melawan begal, tetapi di sini gerakan Galang benar-benar sangat lambat.
"Ko gw kaya orang biasa di sini," tanya Galang.
Galang kembali berlatih. Kali ini, dia berlatih memukul, menendang, dan banyak gerakan lainnya. Hingga tak terasa, sudah sangat lama Galang berlatih. Baru kali ini, peluh memenuhi tubuh Galang.
"Hah! Hah! Hah! Galang berhenti dengan nafas ngos-ngosan. Jam berapa lagi ini? Mending gw balik sebelum Ibu khawatir," kata Galang.
Galang kembali mengeluarkan pisau milik Singokolo dan meneteskan kembali darahnya pada cincin mustika biru. Seketika, portal kembali terbuka dan menampakan Galang yang penuh dengan keringat.
Galang membelalakan matanya begitu dia bergerak. Dia merasakan tubuhnya sangat ringan, bahkan lebih ringan saat dia belum masuk ke alam ghoib itu.
"Pantas saja alam ghoib itu buat tempat berlatih pendekar zaman dulu. Ternyata bisa membuat gerakan meningkat dengan sangat cepat," gumam Galang dalam hati.
"Tuan sudah sampai. Bagaimana isi dari alam ghoib itu, Tuan? Aku benar-benar penasaran," tanya Singokolo.
"Isi alam ghoib itu cuma tanah lapang dan batu, tetapi yang membuat berbeda, gravitasi di sana sangat berat. Pantas saja leluhur Tuan gerakannya sangat cepat. Mungkin beliau sering berlatih di alam itu," ucap Singokolo.
"Emangnya sekuat apa leluhurku?" tanya Galang.
"Aku pernah bertarung sekali melawan leluhur Tuan. Waktu itu, aku dan pasukanku membuat keonaran di ibu kota. Sampai ada datanglah leluhur Tuan ke desa Mergosari karena dia tahu kerajaan ku ada di Hutan Demit. Leluhur Tuan mengalahkanku dan membunuh banyak pasukanku dengan pusaka Trisula yang mengeluarkan ratusan petir," jawab Singokolo.
"Trisula? Pusaka apa itu?" tanya Galang.
"Trisula bentuknya seperti tombak, tetapi memiliki tiga ujung yang lancip, Tuan," jawab Singokolo.
"Lalu, apa kamu tahu Trisula itu ada di mana?" tanya Galang.
"Aku tidak tahu, Tuan. Mungkin saja Trisula itu juga diwariskan oleh saudara-saudara Tuan," jawab Singokolo.
"Lupakan soal Trisula itu. Tadi kamu bilang leluhurku datang ke desa Mergosari, berarti dia bukan warga asli desa ini?" tanya Galang.
"Bukan, Tuan. Leluhur Tuan datang ke sini hanya ingin membuat perjanjian denganku," jawab Singokolo.
"Jadi begitu, tetapi kenapa leluhurku bisa punya keturunan di desa Mergosari?" tanya Galang.
"Aku tidak tahu, Tuan. Karena setelah perjanjian dengan leluhur Tuan, aku dan pasukanku dilarang keluar dari hutan, begitu pun manusia dilarang masuk terlalu dalam ke hutan, hanya boleh di pinggiran saja," jawab Singokolo.
"Kayanya gw harus nyari tahu sendiri siapa sebenernya identitas leluhur gw," ucap Galang dalam hati.
"Udah lah, mending gw pulang aja, pasti Ibu nyariin. Mana udah sore gini lagi," ucap Galang dalam hati.
Galang berlari menuju rumahnya. Dia bisa merasakan perubahan fisiknya setelah berjam-jam berlatih di alam ghoib itu.
"Makin cepet aja lari gw," ucap Galang dalam hati.
Galang pun sampai di rumah Bu Sari.
"Kemana aja kamu, Lang? Udah sore gini baru pulang?" tanya Bu Sari.
"Tadi cuman main bola aja, Bu, sama Fatur," bohong Galang.
"Ya sudah, sana kamu mandi bersih-bersih. Badan kamu udah bau keringet," kata Bu Sari.
"Iya, Bu."
Malam pun tiba. Saat ini Galang sedang makan bersama ibunya.
"Apa Ibu inget nama-nama leluhur kita, Bu?" tanya Galang.
"Ibu ngga inget, Lang. Ibu cuman inget nama Kakek Buyut kita," jawab Bu Sari.
"Kenapa kamu tanya gitu, Lang?" tanya Bu Sari.
"Galang cuman penasaran aja, ko Bu," jawab Galang.
"Oh, yah! Besok kamu mulai berangkat sekolah, kan?" tanya Bu Sari.
"Iya, Bu. Kamu yang rajin, jangan bolos sekolahnya terus. Jauhi aja anak yang namanya Aditya itu," ucap Bu Sari.
"Iya, Bu. Ibu tenang aja," jawab Galang.
"Justru gw yang bakal mukulin lo, Aditya!" ucap Galang dalam hati sambil tersenyum smirk.
Bu Sari yang melihat anaknya tiba-tiba tersenyum, lalu bertanya, "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Lang? Apa kamu kerasukan?"
"Ga papa, ko Bu. Seneng aja bisa masuk sekolah lagi, apa lagi besok Fatur ikut berangkat, walaupun Fatur masih kelas 10," jawab Galang.