SIANIDA (Siap Nikah Sama Duda)
"Huft... akhirnya beres juga." Lisa menghela napas lega karena semua barang miliknya sudah beres di bungkus. Sekarang ia tinggal menunggu jemputan sang Kakak.
Hari ini Lisa memang akan kembali ke kampung halaman karena sudah berhasil menyelesaikan kuliahnya. Dan sudah mengantongi gelar sarjana. Sebenarnya bisa saja kemarin itu Lisa ikut pulang dengan keluarga besarnya yang datang untuk menghadiri acara wisuda. Hanya saja terlalu banyak barang miliknya di kos yang tidak mungkin ditinggal. Mau di jual juga rasanya sayang. Karena benda-benda itu sangat berarti untuknya.
"Ah... akhirnya aku bisa meninggalkan kota penuh kenangan ini dan kembali ke kampung halaman. Senangnya." Gumam gadis itu tersenyum lebar. Ia sudah tidak sabar untuk menghirup udara segar di tempat kelahirannya.
Lima belas menit kemudian, jemputan pun tak kunjung datang. "Aduh, lama banget si Aa... kemana sih? Jangan bilang dia pacaran dulu sama Teh Devi. Ngeselin banget sih."
Karena kesal menunggu, Lisa pun terus mondar-mandir di depan kosnya. Menunggu jemputan yang tak kunjung datang itu. Syukurnya tidak lama dari itu mobil jemputan pun datang.
"Ini dia orangnya baru nongol." Lisa pun mengacak pinggang sambil menunggu si supir turun dari mobil.
"Maaf, Neng. Tadi bannya bocor." Aa Asep pun turun dari mobil tua milik Abahnya dengan senyuman lebar. Tidak lama Teh Devi, kekasihnya pun ikut turun.
"Alah, bilang aja kalian pacaran dulu kan?" Semprot Lisa memberikan tatapan sengit.
"Hehe... ya gitulah. Kapan lagi cobak bisa pacaran di kota."
"Eleh... palingan juga makannya di warung pecel lele."
"Tau aja si Eneng. Udah mana barangnya? Si Mamah udah nunggu dari tadi."
"Bawain lah di dalam semua barangnya. Tar aku aduin sama Mamah, kalau Aa sama Teh Devi pacaran dulu sampai aku jamuran di sini kelamaan nunggu."
Teh Devi yang mendengar itu pun tertawa lucu. "Hayuk, teteh bantu juga bawa barangnya."
"Ya udah atuh hayuk."
Satu jam berlalu, kini semua barang milik Lisa pun sudah berpidah ke mobil.
"Edan si Eneng mah, kuliah atau pindahan sih?"
"Maklumin aja, soalnya banyak barang hadiah. Itu lemari, di kasih sama si Bella, anaknya pak bupati. Terus itu ada sepeda, di kasih sama Neng Desi, anak pengusaha besar. Terus itu ada lagi springbad, di kasih sama Mona, ponakan sultan Andara."
"Wih, hadiah wisuda udah kayak seserahan kawin aja. Aneh bener nya teman-teman si Eneng mah." Celetuk Aa Asep yang disambut tawa oleh Teh Devi.
"Katanya sengaja biar buat kenang-kenangan. Udah ah, ayok kita berangkat. Gak sabar mau meluk Mamah."
"Idih, baru juga ketemu kemarin lusa."
"Namanya juga udah setahun gak pulang. Rindu kali, A."
"Ya udah atuh hayuk. Gak ada yang tinggal lagi kan?"
"Ada, kenangan yang gak mungkin bisa dibawa."
"Aduh, gini nih kalau punya adek lebay."
"Huh, tapi sayang kan?"
"Iya sih, hehe."
"Dasar."
Mereka bertiga pun langsung naik ke mobil, kemudian meninggalkan kos-kosan sederhana itu dengan perasaan senang. Dan perjalannan pun berlangsung empat jam lamanya.
****
"Mamah!" Lisa berteriak histeris saat mobil yang ditumpanginya sampai di depan rumah. Gadis itu pun melompat dari mobil dan langsung berlari menghampiri Mamahnya yang sedang memberi makan ikan di kolam. Lalu berhambur memeluk wanita paruh baya itu seerat mungkin.
"Aduh, peluknya jangan kenceng-kenceng. Kalau masuk kolam gimana?"
"Tinggal berenang aja, Mah. Kangen tahu gak sih?"
"Ck, kemarin itu kan udah ketemu. Malah kamu tidur sama Mamah sampe Mamah sesak napas karena kamu peluk terus."
Lisa cengengesan mendengar itu. "Kangen masakan Mamah."
"Ck, bilang aja kamu lapar."
"Tau aja sih Mamah aku ini, hehehe."
"Udah sana makan, Mamah udah buatin sambel terasi plus lalap, sama itu si peda goreng kesukaan kamu."
"Sayur asemnya gak ketinggalan kan, Mah?"
"Enggak dong."
"Wah... beneran Mah? Asik... makan dulu ah, love you Mamahku yang paling cantik." Setelah mengatakan itu Lisa pun langsung melesat cepat menuju dapur.
Matanya langsung berbinar saat melihat beberapa ikan asin peda tertidur pulas di atas piring, juga satu cobek sambel terasi plus lalap kesukaannya. Di tambah lagi satu baskom sayur asem yang bikin ngiler. Beh... seketika air liur Lisa meleleh melihat makanan super lezat itu. KFC sama Pizza mah kalah kalau sama yang satu ini. Kalah jauh pokoknya mah.
Tidak ingin membuang waktu, Lisa pun langsung mengambil piring dan mencicipi semua hidangan yang ada di meja makan.
"Mah, makanan buat si Abah udah di pisahin kan?" Teriak Lisa.
"Udah, Neng."
Lisa pun tersenyum lebar, dan tanpa ragu lagi ia melahap makanan favoritnya itu.
Setelah perutnya kenyang, Lisa pun membantu si Aa mengangkat barang.
"A... bantu atuh ini berat banget." Seru Lisa seraya mengangkat koper miliknya. Lalu dengan sigap A' Asep pun membantunya.
"Lagian isinya apa sih? Bom lain sih?"
"Ih... mana punya Eneng yang kayak gituan. Ini itu isinya barang berhaga Eneng semua."
"Hih, paling juga kolor butut."
"Enak aja, emang Aa, kolornya udah sobek-sobek juga masih dipake."
"Hehe... habis enak dipakeknya kalau yang bolong-bolong."
"Ih... kayak gak pernah dibeliin yang baru aja sama Mamah. Padahal tiap minggu juga dibeliin. Yang ada kolor baru pun dibolongin, kebiasaan. Aneh banget punya Aa padahal cuma satu."
"Namanya juga limited edition."
"Serah ah. Kenapa gak sampe-sampe ke kamar sih? Keasikan ngobrol sih. Padahal mah bahasnya cuma kolor."
"Lah, situ yang duluan."
Lisa menyebikkan bibirnya. Lalu keduanya pun memasukkan koper berukuran jumbo itu ke kamar Lisa.
Setelah semua barang itu berhasil di bawa ke kamar. Lisa menghampiri Mamahnya yang sedang nyabut rumput di depan gerbang rumah.
"Loh, ngapain di luar pagar pake di bersihin segala, Mah?" Tanya Lisa merasa heran.
"Ck, kamu mah gak tau kalau desa kita lagi ngadain lomba rumah paling bersih. Makanya Mamah mau bantai semua rumput yang ada di sini. Kebetulan ada Devi yang bantu."
Yang disebut namanya pun cuma tersenyum sambil mencabut rumput tetangga. Eh... maksudnya rumput membandel.
"Eh... sini atuh bantuin, jangan cuma nonton aja."
"Ih... Mamahnya gak tau aja Eneng teh masih bengek habis angkat barang berat."
"Itu kan barang kamu sendiri. Udah sini jongkok."
"Iya deh iya." Mau tidak mau Lisa pun ikut cabut rumput meski bibirnya maju beberapa inci.
"Nenek!" Teriak anak kecil yang berhasil menyita perhatian ketiga wanita itu.
Lisa mengerut bingung saat melihat anak laki-laki berpakain rapi mendatangi Mamahnya.
Anak siapa itu? Ganteng banget. Pasti Mamah sama Abahnya pasangan cucok. Lisa tersenyum sendiri membuat imajinasi tentang kedua orang tua anak itu.
"Eh... ada si kasep. Mau kemana udah ganteng?" Tanya Mamah terlihat akrab.
"Hari ini Papah mau ajak aku jalan-jalan, Nek. Nenek mau ikut tidak?"
"Engak usah ah nenek mah, lagi nyabut rumput soalnya."
"Yah... padahal Ray pengen banget Nenek ikut."
"Lain kali deh nenek ikut ya?"
"Beneran? Promise?"
"Eh.. iya pro...promis pokoknya mah." Balas Mamah bingung karena tidak bisa bahasa inggris.
"Psttt... siapa sih?" Bisik Lisa pada Teh Devi. Lalu gadis manis itu pun menoleh.
"Anak tetangga baru di depan." Teh Devi pun menunjuk rumah besar tepat di depan mereka.
"Eh! Kok aku baru sadar rumahnya udah bersih dan cantik. Setaun yang lalu perasaan rumahnya masih angker ya?"
Teh Devi tersenyum mendengarnya. "Namanya setahun gak pulang, pasti pangling."
"Iya sih." Lisa pun terus memandangi anak kecil tampan itu.
Aduh... kalau aku nikah sama cowok ganteng. Kira-kira anak aku kayak gitu gak ya? Ganteng banget si dedek. Jadi pengen nyubit.
Saat sedang asik menghayal. Suara bariton milik seseorang pun berhasil membuyarkan semuanya.
"Assalamualaikum."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
🐬
hhh
2022-12-10
0
🐬
ggh
2022-12-09
0
Bzaa
waalaikumsalam... jodoh orang😊😄
2022-10-13
1