Gadis kutu buku tiba-tiba mendapatkan sistem play store yang menyatakan jika update bumi akan segera terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raid
Pillager telah lama mengamati desa dari outpost mereka, seperti predator yang mengintai mangsanya. Mereka menunggu hingga desa berkembang dan menjadi makmur, lalu melancarkan serangan untuk menjarah hasil kerja keras para penduduk.
Akhirnya, saat yang dinanti tiba. Sebanyak dua belas pillager keluar dari hutan, berlari menuju desa. Jalan menuju desa dipenuhi ladang luas yang tumbuh subur dengan tanaman siap panen. Pemandangan ini semakin membakar semangat mereka untuk menjarah.
Namun, ketika mereka mendekati ladang, tiba-tiba sesuatu menghantam kepala salah satu pillager.
"Huaga!"
Teriakan kesakitan terdengar saat salah satu dari mereka tumbang. Serangan tersebut membuat semua pillager waspada. Serangan demi serangan terus meluncur ke arah mereka.
Benda hijau sebesar bola tenis terbang dengan cepat, menabrak tubuh pillager. Pelaku serangan itu adalah tanaman aneh dengan mata hitam dan mulut besar yang muncul di balik pagar.
Enam Peashooter berdiri di ladang, menembakkan biji kacang polong tanpa henti.
Para pillager mulai kehilangan keseimbangan setelah menerima delapan tembakan berturut-turut. Tubuh mereka satu per satu tumbang sebelum dapat melakukan serangan balik.
Melihat kondisi ini, empat pillager lainnya segera mencari perlindungan di balik pepohonan.
"Hua huhu hahu!" Salah satu pillager dengan crossbow mulai merencanakan strategi.
"Hohe?" Pillager dengan pedang hanya bisa pasrah mengetahui posisi mereka dalam rencana tersebut.
Setelah menyusun rencana, mereka kembali menyerang. Pillager bersenjatakan pedang bergerak di depan sebagai perisai hidup, sementara yang memegang crossbow bersembunyi di belakang, siap melancarkan tembakan.
Serangan ini lebih terorganisir, tetapi para *Peashooter* tetap siaga. Pillager di barisan depan akhirnya terkapar setelah menahan rentetan serangan.
Rekannya dengan crossbow melompat melewatinya dan segera melepaskan anak panah ke arah tanaman aneh itu.
Namun, tepat sebelum panah mengenai sasarannya, sebuah batu besar muncul di depan Peashooter, melindunginya dari serangan.
Pillager dengan crossbow hanya bisa menatap dengan putus asa saat tubuhnya dihujani tembakan kacang polong hingga akhirnya jatuh.
Ding!
[Anda berhasil menyelesaikan gelombang pertama.]
[Gelombang kedua akan dimulai dalam 3 menit]
Sekar tersenyum puas mendengar notifikasi sistem. Dari atas menara tempat ia menanam Sun Shroom dan Sunflower, ia mengamati jalannya pertempuran.
Tanaman PVZ sepenuhnya ia andalkan untuk menghadapi gelombang pertama serangan pillager. Dengan layar hologram yang memperlihatkan seluruh area ladang menyerupai tangkapan kamera drone, Sekar dapat melihat posisi musuh dan menempatkan tanamannya di posisi strategis.
Dari pertempuran itu, Sekar menyadari bahwa Peashooter memiliki jarak serangan maksimum sekitar 30 meter, sedangkan pillager crosbow hanya bisa menyerang saat memasuki jarak 20 meter dari targetnya.
"Ini benar-benar mengasyikkan," katanya dengan semangat. Ia sudah tidak sabar menunggu dimulainya gelombang kedua.
***
Sekar menggunakan Sun Energi yang terkumpul untuk menambah jumlah Sunflower agar dia dapat mengerahkan lebih banyak pasukan tanaman.
Ding!
(Waktu persiapan sudah berakhir. Gelombang kedua segera dimulai.)
Dari kejauhan, di balik rimbunnya pepohonan, Sekar dapat melihat pasukan Pillager yang mulai bergerak ke arahnya.
Setelah memasuki jarak 50 meter dari ladang, Sekar dapat melihat jumlah Pillager yang datang kali ini.
"Itu dua kali lipat dari gelombang pertama," gumam Sekar sambil merasakan tingkat tantangan yang semakin tinggi.
Sekar segera menyusun rencana, tetapi dia terdiam saat melihat lebih banyak pasukan lain yang mulai berdatangan.
"Apa mereka pasukan tambahan?" batin Sekar. Namun, setelah melihat dengan saksama, Sekar sadar bahwa itu bukanlah pasukan Pillager, melainkan zombie.
"Zombie dengan baju kantoran!" pekiknya. Sekar sangat terkejut saat melihat zombie dari PVZ bergabung dalam gelombang kedua. "Sial, sistem PVZ sudah menyatu dengan dunia Minecraft."
Sekar harus memutar otaknya untuk menghadapi serangan dari Pillager dan zombie sekaligus.
Peashooter mulai menembaki musuh yang mendekat. Para zombie yang berada di depan langsung dihujani tembakan kacang polong.
Sementara itu, Pillager memanfaatkan para zombie sebagai tameng. Mereka terus bergerak maju hingga mencapai jarak yang pas untuk menyerang.
Belasan anak panah ditembakkan dari crossbow, menghujani Wallnut yang melindungi Peashooter. Kedua belah pihak saling memberikan serangan.
Zombie mulai berjatuhan, tetapi masih banyak yang mendekati ladang. Wallnut mulai rusak akibat serangan bertubi-tubi dari Pillager. Keadaan akan buruk untuk pihak Sekar jika tidak segera melakukan sesuatu.
Saat melihat peta pertempuran, Sekar melihat sebuah celah. Semua penyerang baik pillager maupun zombie terus fokus pada satu arah, mengabaikan pertahanan bagian belakang.
Sekar menanam sepuluh Peashooter pada jarak 30 meter di belakang pasukan Pillager. Tanaman hijau itu mulai menembak, membuat Pillager crossbow berjatuhan.
Menyadari serangan dari belakang, Pillager warrior segera maju. Mereka berlari menyerang, tetapi tembok Wallnut menghentikan mereka.
Serangan dari kedua sisi berhasil menghancurkan formasi Pillager dan zombie. Dalam waktu sepuluh menit, gelombang kedua berhasil diatasi dengan sempurna.
[Anda berhasil melewati gelombang kedua.]
[Gelombang ketiga akan dimulai dalam 3 menit.]
"Fiuh, itu cukup menantang," ujar Sekar sambil mengusap keringat di dahinya. Ia mulai mempersiapkan formasi tanaman untuk menghadapi gelombang ketiga.
***
Dua puluh Peashooter berdiri tegap dalam dua barisan rapi, melindungi ladang dengan dukungan tiga lapis Wallnut yang kokoh di depan mereka. Tembok itu siap menjadi pertahanan utama melawan serangan.
"Kalau saja ada tanaman lain yang bisa digunakan, pasti permainan ini akan jadi lebih menarik," gumam Sekar, sedikit kecewa karena sebagian besar tanaman lainnya masih terkunci dalam sistem.
Ding!
(Waktu persiapan telah berakhir. Gelombang ketiga dimulai!)
Tiba-tiba, suara terompet bergema dari dalam hutan, diikuti kepakan sayap burung-burung yang terbang panik. Tanah mulai bergetar hebat. Sekar menyaksikan dengan mata berbinar saat pasukan besar Pillager dan Zombie mulai bergerak ke arah ladangnya.
"Wow! Ini sudah seperti perang sungguhan!" seru Sekar dengan nada penuh semangat.
Di barisan depan, ada sekitar 30 Zombie, beberapa di antaranya mengenakan ember di kepala sebagai perlindungan tambahan.
Di belakang mereka, 50 Pillager bergerak dalam formasi rapi, dipimpin oleh seorang Evoker yang menunggangi makhluk besar mirip banteng, yaitu Ravager.
Sebuah bendera hitam dengan lambang Pillager berkibar gagah di atas kepala pasukan itu.
Dengan satu ayunan tongkat sihirnya, Evoker memanggil makhluk-makhluk kecil bersayap gelap, yaitu Vex, yang langsung terbang di atas ladang menuju tanaman-tanaman Sekar.
Melihat Vex yang melayang rendah, Sekar mulai panik. "Sial, monster terbang!" teriaknya. Dia tahu betul bahwa kelemahan fatal Peashooter adalah ketidakmampuan mereka menargetkan musuh yang bisa terbang.
Saat Vex berhasil melewati garis tembakan Peashooter, para tanaman hijau itu hanya berdiri diam, tak bereaksi sama sekali.
Evoker tersenyum puas, merasa kemenangannya sudah di depan mata. Namun, senyum itu segera memudar saat rentetan panah dari atas menembak jatuh beberapa Vex di udara.
"Kau pikir aku akan membiarkan kalian menyentuh tanamanku begitu saja?" suara lantang Sekar menggema dari atas menara, panah di tangannya masih terarah ke target.
Evoker menoleh ke arah gadis itu, terkejut mendapati musuh yang jauh lebih serius dari yang ia duga.
Meski merasa sedikit terintimidasi, ia tetap percaya diri bahwa pasukannya akan menang. Dengan ayunan tongkat sihir, ia memberi perintah untuk menyerang.
Zombie di barisan depan melaju lebih dulu, diikuti oleh para Pillager yang bersenjata. Evoker, sambil menunggangi Ravager, memimpin dengan penuh keyakinan.
Hujan tembakan dari Peashooter segera menyambut para zombie, menjatuhkan mereka satu per satu. Namun, panah-panah yang dilepaskan Pillager mulai mengenai Wallnut, merusak tembok pelindung itu perlahan.
Ketika akhirnya Ravager tiba di depan, makhluk besar itu langsung menghantamkan kepalanya ke arah Wallnut, menghancurkan dua lapisan sekaligus dengan mudah.
Namun, ketika Ravager menyerang lapisan terakhir, tubuh besarnya terhenti mendadak, kehilangan keseimbangan, dan terjatuh. Para Peashooter mengarahkan tembakan ke Ravager karena merupakan musuh dengan jarak paling dekat.
Sayangnya karena mengalihkan target ke arah Ravager, pasukan zombie dan Pillager yang terabaikan mengambil kesempatan untuk mendekat ke ladang.
Para Wallnut hampir hancur total, dan situasi menjadi semakin berbahaya. Sekar mulai merasa tegang, menyadari bahwa gelombang ketiga ini jauh lebih sulit daripada yang ia perkirakan.