Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Zio punya mommy
"Itu artinya Zio tidak akan pernah punya mommy dong. Hiks..hiks..hiks.." Zio mulai menangis. Emma yang mendengarnya langsung memeluk Zio. Ia tidak bermaksud membuat Zio menangis seperti ini. Tapi permintaan Zio sangat sulit untuk diturutinya.
"Sebenarnya Nyonya sudah meninggal saat usia tuan muda masih 6 bulan nak. Sejak saat itu, anak-anak tidak pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Mengenai perkataan tuan muda, tidak usah terlalu dipikirkan nak. Nanti juga dia akan melupakannya," ucap Camala.
"Sa..saya tidak tau jika mommy Zio sudah meninggal Bibi. Kasihan sekali anak-anak yang ditinggalkan diusia mereka yang masih kecil pada saat itu," ujar Emma merasa kasihan.
"Zio..lihat kakak dong.., jangan nangis ya. Nanti ketampanannya berkurang kalau Zio menangis terus" ujar Emma menghapus air mata Zio. Anak itu menggelengkan kepalanya.
"Apa kakak marah dengan Zio sekarang? Apa kakak tidak akan mau bertemu dengan Zio lagi?" ujar Zio takut Emma tidak akan mau bertemu dengannya lagi.
"Hei....kakak tidak marah kok, jangan menangis lagi ya," ucap Emma menoel hidung mancung Zio.
"Itu artinya Zio bisa panggil kakak mommy?" tanya Zio lagi. Emma kira Zio tidak akan meminta hal itu lagi. Tapi sudahlah, biarkan saja anak itu memanggilnya mommy. Asalkan Zio senang.
Emma kemudian menganggukkan kepalanya. Zio langsung berdiri dan melompat-lompat ditempatnya karena senang.
"Hore...Zio punya mommy, Zio akan bilang sama teman-teman Zio disekolah besok," ucapnya gembira.
"Bibi Camala senangkan Zio punya mommy," ujarnya pada Camala.
"Tentu saja nak, Bibi senang," balas Camala.
"Zio sayang mommy.." ucap Zio mengecup pipi Emma lalu memeluknya dengan erat seakan tidak ingin Emma pergi.
"Mommy juga sayang Zio..." balas Emma merasa sedikit aneh menyebut kata mommy.
Waktu semakin sore, mereka akhirnya memilih untuk kembali kerumah. Karena arah jalan untuk pulang ke rumah mereka sama, Emma ikut menumpang dengan Zio.
"Mommy duluan ya sayang...hati-hati dijalan, besok harus semangat di sekolah" ucap Emma mencium kepala Zio.
"Ok mom," balas Zio mencium pipi Emma.
"Bibi, paman..kalau begitu Emma turun duluan," ucap Emma pamit.
"Iya nak.., terimakasih untuk hari ini," balas Camala.
Malam ini Javier pulang lebih lama dari kantor karena pekerjaannya akhir-akhir ini cukup banyak. Suasana di dalam rumahnya terlihat sepi. Javier melangkahkan kakinya menuju lift rumahnya. Setibanya di depan kamarnya, Javier menghentikan langkah kakinya. Javier berjalan menuju kamar putra bungsunya. Entah kenapa ia ingin melihat anaknya itu. Javier sangat jarang berkomunikasi dengan anak-anaknya setelah kematian istrinya.
"Ceklekkkk..." pintu kamar terbuka. Javier berjalan mendekati Fazio yang sudah tertidur di atas ranjangnya. Javier menaruh tas kerjanya diatas nakas kemudian duduk tepat di samping Fazio. Menatap wajah pulas putranya. Tak lama kemudian ia merapikan selimut Fazio dan mengambil ponsel yang ada ditangannya. Anak itu tidur dan lupa menyimpan ponselnya. Javier tampak mengernyitkan kedua alisnya tatkala melihat foto yang ada di ponsel Fazio. Ada beberapa foto wanita yang sama di ponselnya.
"Kenapa Aku merasa pernah melihat wanita ini," batin Javier melihat foto wanita yang sedang tersenyum bersama Fazio. Anak itu terlihat bahagia di dalam foto tersebut.
"Dan kenapa anak ini terlihat begitu dekat dengan wanita ini. Apa yang terjadi sebenarnya?" batinnya.