Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode sebelas.
Garren mengernyitkan keningnya saat melihat sinyal mobil Septy mengarah ke suatu tempat yang cukup jauh dari perkotaan.
Garren semakin penasaran dan terus mengikuti arah titik merah, sehingga titik merah itu berhenti.
Garren memperbesar lokasi titik merah tersebut. Sekali lagi ia dibuat bingung. Karena ia tidak pernah tahu dengan tempat itu.
Garren melajukan mobilnya agar segera tiba ditempat itu. Garren menghentikan mobilnya saat melihat mobil Septy terparkir dipinggir jalan.
Garren keluar dari mobil, dan berjalan menyelusuri jalan setapak. Garren bisa melihat dari kejauhan jika Septy membagikan buah serta makanan ringan lainnya pada anak-anak yang ada disitu.
"Kenapa aku tidak pernah tahu tempat ini? Ternyata ada panti asuhan disini," gumam Garren.
Hati Garren terenyuh saat melihat anak-anak menyambut kedatangan Septy. Bahkan mereka tersenyum senang dapat oleh-oleh dari Septy yang sempat ia beli tadi di minimarket.
"Bagi yang adil ya, biar semua kebagian," ucap Septy.
"Terima kasih kak," ucap mereka serentak.
"Nak Septy apa kabar?" tanya seorang wanita paruh baya pengurus panti ini.
"Baik Bu Sum, Bu Sum sendiri apa kabar?"
"Seperti yang kamu lihat, ibu harus tetap sehat demi anak-anak."
Septy kemudian mencium tangan Bu Sum, lalu memeluknya. Septy menangis seolah mengadukan keluh kesahnya.
"Sabar, hidup memang penuh ujian. Bila kita lulus dengan ujian Allah, surga jaminan nya."
"Iya Bu, oya Bu, ini ada uang untuk biaya bulanan. Ini uang dari suami ku Bu, Alhamdulillah suamiku sangat baik dan pengertian."
"Syukurlah Nak, ibu terima ya, semoga kehidupan rumah tangga kalian dilimpahkan kebahagiaan."
Kemudian Septy mengaminkan ucapan Bu Sum, Bu Sum pun mengusap airmata nya karena ia juga terharu.
"Berbakti pada suami, dan jangan sia-siakan suami yang baik," ucap Bu Sum. Septy mengangguk pelan.
Tidak mungkin ia menceritakan suaminya, ia harus menjaga aib suaminya dan mengatakan yang baik-baik saja.
Dan semua itu didengar oleh Garren yang mengintip tidak jauh dari tempat itu. Ia tidak menyangka, akan melihat pemandangan seperti ini.
"Penilaian Carla dan Carlos memang tidak salah, dan mama. Pantas saja mama memaksa aku menikah dengannya. Kini aku alasannya," batin Garren.
Kemudian Garren pun segera pergi dari tempat itu. Ia tidak mau Septy tahu jika ia mengikuti Septy hingga kemari.
Dan Garren berjanji dalam hati akan memperbaiki panti ini dan akan menjadi donatur tetap di panti ini.
"Semulia itu hatimu, Septy. Mengapa aku baru menyadarinya," gumam Garren.
Kemudian ia melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Sementara di panti asuhan. Septy menemui anak-anak yang ada disitu.
Ada sekitar 20 orang, anak-anak dan hanya diurus oleh tiga orang saja. Yaitu Bu Sum, dan dua orang gadis seumuran Septy.
Setelah cukup bersama anak-anak, Septy pun pamit. Karena hari sudah hampir malam. Septy pun bersalaman pada mereka semua.
Anak-anak mengantar Septy hingga ke mobil. Mereka kagum dengan mobil Septy yang sangat mewah.
Bu Sum tersenyum, tapi airmata nya tetap mengalir. Anak yang ia asuh dulu, sekarang sudah membantunya.
Ya, Septy tinggal di panti asuhan ini setelah kedua orang tuanya meninggal. Dari umur 10 tahun ia tinggal di panti.
Namun saat kuliah, Septy pun keluar dari panti karena tidak ingin membebani Bu Sum.
Septy kuliah dengan beasiswa full, dan untuk makan sehari-hari ia bekerja paruh waktu. Apa saja ia kerjakan yang penting halal dan dapat duit.
"Suami Septy pasti orang kaya ya, Bu. Mobilnya saja mewah begitu." ucap Sri.
"Itu mobil perusahaan," ujar Bu Sum.
Setelah Septy tidak terlihat lagi, merekapun masuk kedalam rumah. Rumah tempat mereka berteduh meskipun sudah usang.
Sementara Septy melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal, karena ia akan segera tiba di rumah.
Saat tiba di rumah, ia melihat mobil suaminya terparkir didepan rumah bukan di garasi. Septy tidak curiga sama sekali.
Septy juga tidak tahu jika mobil yang ia pakai dilengkapi pelacak. Bahkan mobilnya pun anti peluru.
"Assalamualaikum," ucap Septy.
"Wa'allaikum sallam," jawab suara berat dari ruang tamu.
Septy pun masuk, dilihatnya suaminya sedang bermain ponsel di sofa. Septy meletakkan tas nya di meja. Kemudian ia hendak ke dapur untuk memasak.
"Mau kemana?"
"Masak, Mas pasti belum makan, kan?"
"Hmmm, tidak perlu masak, kita makan di restoran kak Aleta saja."
"Kalau begitu aku sholat dulu, Mas sudah sholat?"
Garren menggeleng, Septy pun mengajaknya sholat. Kebetulan sudah masuk waktu magrib.
Setelah selesai sholat, Septy pun bersiap-siap untuk pergi makan dengan suaminya. Pertama kalinya Garren mengajak Septy makan malam.
"Mengapa pakaian seperti itu?" protes Garren.
Karena Garren sudah siap dengan pakaian formal. Sementara Septy hanya baju kaus dan celana jeans.
"Gak salah kok," jawab Septy.
Garren masuk kedalam kamar Septy, kemudian membuka lemari pakaian. Dan memilih dress yang belum pernah Septy pakai.
Kemudian Garren memberikan alat makeup yang di minta dari Qirani. Septy pun memoles wajahnya dengan make-up.
"Kalau begitu 'kan cantik." tanpa sadar Garren memuji Septy cantik. Pada dasarnya memang sudah cantik. Cuma Garren gengsi mau mengatakan nya.
Septy tersipu saat Garren memujinya, ya meskipun Garren tidak sengaja mengatakan nya.
Kini mereka sudah berada didalam mobil, Garren sesekali menoleh ke Septy. Kemudian fokus pada kemudi.
"Dari mana kamu tadi?" tanya Garren. Sebenarnya sejak tadi ia ingin bertanya. Garren ingin melihat, apa Septy jujur atau tidak?
"Sebelumnya aku minta maaf ya Mas, karena tidak jujur sama Mas. Sebenarnya aku berasal dari panti, setelah kedua orangtuaku meninggal," jawab Septy sambil menangis.
Jujur, ia tidak kuat menahan airmata nya. Garren pun menepikan mobilnya dipinggir jalan, ia merangkul istrinya kedalam pelukannya.
"Sudah, tidak usah diteruskan. Nanti aku akan menjadi donatur tetap untuk panti yang kamu kunjungi."
Septy mendongak menatap wajah suaminya, ia berpikir, darimana suaminya tahu jika dia mengunjungi panti.
"Kenapa? Aku tahu aku tampan."
"Narsis!" Septy memukul dada Garren pelan. Kemudian ia melepaskan diri dari pelukan Garren.
Garren menghapus airmata Septy dengan ibu jarinya. Septy merasa tersentuh diperlakukan seperti itu.
"Aku bisa sendiri," ucapnya. Lalu mengambil tisu untuk menghapus airmata nya.
Garren melanjutkan perjalanan nya menuju restoran milik Aleta. Tadi saat diperjalanan pulang, Garren memesan tempat untuknya makan malam.
Akhirnya merekapun tiba di restoran tersebut. Garren menggandeng tangan Septy dan membawanya ke rooftop.
"Ini ...?"
"Iya, aku pesan khusus untuk kita dinner." potong Garren.
"Apa ini disebut kencan?"
Garren tidak menjawab, ia hanya mengedikan bahunya. Kemudian ia meminta pelayan untuk menghidangkan makanan yang sudah di pesan sejak tadi.
Septy melihat sekeliling, terdapat lampu-lampu kecil dan lilin diatas meja. Kemudian mereka duduk saling berhadapan.
berjuta indah ny.. 😀😀😀