Kirana tak pernah menyangka, bujukan sang suami pulang ke kampung halaman orang tuanya ternyata adalah misi terselubung untuk bisa menikahi wanita lain.
Sepuluh tahun Kirana menjadi istri, menemani dan menjadi pelengkap kekurangan suaminya.
Kirana tersakiti tetapi tidak lemah. Kirana dikhianati tetapi tetap bertahan.
Namun semuanya berubah saat dia dipertemukan dengan seorang pria yang menjadi tetangga sekaligus bosnya.
Aska Kendrick Rusady, pria yang diam-diam menyukai Kirana semenjak pertemuan pertama.
Dia pikir Kirana adalah wanita lajang, ternyata kenyataan buruknya adalah wanita itu adalah istri orang dengan dua anak.
Keadaan yang membuat mereka terus berdekatan membuat benih-benih itu timbul. Membakar jiwa mereka, melebur dalam sebuah hubungan terlarang yang begitu nikmat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan!
Senin pagi hari yang lumayan padat, membuat Kirana berangkat lebih pagi dari biasanya. Dua hari kemarin, Zidan memilih menghabiskan waktu di rumah menemani kedua anaknya. Beberapa kali pula pria itu bertanya di mana dia bekerja, tetapi sama sekali tak memberikan jawaban yang memuaskan.
“Selamat pagi, Pak Willy,” sapaan ramah dan sopan diberikan pada pria yang selama beberapa hari ini bekerja dengannya.
“Aku ada dalam ruangan, kalau perlu sambungkan telepon aja ya, nggak perlu masuk ke dalam. Aku nggak mau diganggu hari ini,” pesannya sebelum masuk ruangan.
Dalam hatinya Kirana bertanya-tanya, tetapi tak mengucapkan bantahan selain anggukan kepala yang diberikan.
Beberapa kali Kirana melamun dan tak menyadari bahwa ada sesosok pria yang sedang mengamati melalui CCTV.
Karena tak ingin menumpuk pekerjaan, dia segera memeriksa setumpuk dokumen yang tersusun rapi.
Tanpa terasa jarum jam terus berputar dengan cepat, hingga tanpa disadari waktu sudah beranjak sore, tetapi Willy belum kembali setelah tiga puluh menit yang lalu keluar dari ruangan.
Setelah menimbang beberapa kali, akhirnya dia memutuskan meletakkan dokumen yang sudah diperiksa ke dalam ruangan, barangkali nanti saat dia pulang pria itu akan kembali.
Setelah membawa setidaknya delapan dokumen, dia masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk. Seketika matanya terbelalak lebar melihat siapa yang saat ini berdiri menghadap ke belakang.
“Pak Ken,” gumamnya lirih.
Pria itu menoleh dan melemparkan senyum lebar. “Merindukanku, Kirana?” tanyanya, sorot matanya berkilat penuh.
“Bagaimana bisa Anda di sini? Kapan tiba?” tanya Kirana dengan suara bergetar.
“Aku sampai semalam.” Kendrick berjalan mendekat, membuat wanita itu mundur dengan tubuh yang gemetar karena terkejut.
“Jangan menghindar lagi!”
Kendrick sudah berdiri di depan wanita itu dengan tatapan penuh kerinduan. Beberapa waktu yang lalu dia hanya bisa menatap wanita bersuami tersebut dari tiap potret yang dikirimkan Willy.
Dari jarak sedekat ini Kirana bisa mencium harum parfum pria tersebut. Sial, umpatnya dalam hati saat tubuhnya berkhianat, bukannya memilih menghindar justru dia ingin memeluk pria ini.
“Aku merindukanmu, Kirana. Peluk aku.” Seperti terhipnotis, dia melakukannya. Dengan mata terpejam dia menubruk pria tersebut. Menyembunyikan wajahnya di dada bidang yang sangat nyaman sebagai sandaran.
Kendrick membalas pelukan tersebut dengan erat. Mengusap punggung wanita yang saat ini ada dalam dekapan, seulas senyum terbit di bibirnya.
Sesaat setelah pelukan kerinduan terlepas, Kirana belum berani mendongak untuk menatap wajah pria yang beberapa waktu mengganggu pikirannya.
“Katakan bahwa apa yang kupikirkan benar.”
“Saya bahkan tak tahu apa yang ada dalam pikiran Anda,” sahut Kirana lirih.
“Berhenti bersikap formal. Panggil aku Kendrick.”
Kirana langsung menggeleng penuh penolakan. “Ini kantor,” sahutnya.
“Siapa bosnya?”
“Anda.”
“Kamu sudah tahu jawabannya. Aku bosnya, jadi turuti saja ucapanku. Ini perintah!”
Kendrick menuntun Kirana menuju sofa. Mereka duduk di sana, akan tetapi pelukan pria tersebut tak terlepas dari pinggangnya.
“Saya kemarin bertemu dengan Pak Hanin dan Bu Dia.” Ada keterkejutan di wajah pria tersebut. “Kebetulan saat itu saya ada di teras rumah,” sambungnya.
Sebenarnya Kendrick tahu apa maksud dari pemberitahuan tersebut. Wanita di depannya ini seolah memberikan tanya atas alasan ke Jerman menemui keluarga, tetapi justru kedua orang tuanya muncul di rumah.
“Kamu cemburu?” goda pria tersebut dengan senyum tipis.
“Enggak, cuma kasih tahu aja. Siapa tau bapak penasaran,” jawab Kirana.
“Saya bukan bapak kamu!” sahut pria itu terlihat jengkel.
“Maaf, belum terbiasa, Ken.” Entah mengapa saat wanita itu memanggil namanya saja, Kendrick merasakan dadanya bergemuruh. Kupu-kupu baru saja melayang dari perutnya.
“Katakan lagi!”
“Apa?” Kirana menatap bingung.
“Panggil namaku.”
“Tuan Aska Kendrick Rusady yang terhormat.”
Dan tanpa aba-aba pria itu langsung membungkam bibirnya dengan sebuah kecupan lembut. Kecupan penuh kerinduan dan penyatuan dua insan dewasa yang tengah merasakan gejolak luar biasa.
“Kau milikku.”
Kirana mengangguk tanpa keraguan. “Ya,” sahutnya.
Tatapan keduanya bertemu. Semakin intens, semakin dalam dan begitu mendamba.
Kembali bibir keduanya bertemu. Kendrick mendaratkan kecupan, bibirnya mengulas senyum tipis, tangan kekar merengkuh pinggang Kirana dengan erat hingga rasanya wanita itu ingin merosot karena lemah.
Pun dengan Kirana, wanita itu bahkan menyambut ciuman tersebut dengan sukarela. Bibirnya terbuka, membiarkan lidah nakal pria tersebut mengekspos rongga mulutnya.
Perlahan tangan Kendrick turun, mengusap leher dan terus ke bawah hingga berada di atas dua gundukan kenyal yang lumayan membuatnya menelan saliva. Ukuran yang lumayan besar membuatnya berpikir sebesar apa isinya. Dan pikiran tersebut membuat ******* halus lolos dari bibirnya.
“Katakan bahwa kau menginginkanku, Kirana.”
Tiba-tiba tubuh wanita itu menegang, menyadari apa yang baru saja dilakukan. Menyadari bahwa tangan pria tersebut kini sudah berada di dalam pakaiannya. Napasnya terdengar berat, sekuat tenaga dia menolak dan menyatakan bahwa ini salah akan tetapi tubuhnya berkhianat. Dia ingin lebih!
Kirana masih diam, selama kepergian pria tersebut dia merenung dan memikirkannya. Entah ini rasa yang sama atau sebatas gairah saja. Namun yang pasti dia menginginkannya.
Kendrick menyentuh dagunya, memaksa kepalanya mendongak. “Katakan!”
Ini memang gila, tiba-tiba kepalanya mengangguk dengan bibir yang mendes@h ketika tangan pria tersebut memilin puncak gunung kembarnya.
“I am yours, Ken ....”
To Be Continue ....