MARAHNYA ISTERI YANG TAK DIHARGAI

   Setelah beberapa hari,Bela akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah oleh Dokter. Dan semenjak mengetahui bahwa golongan darah putrinya berbeda dari dirinya dan sang istri,Alex tak lagi perhatian. Sania yang menyadari hal itu merasa sedih dan terancam. Wanita itu terlihat tak nyaman karena memikirkan banyak kemungkinan yang mungkin saja terjadi setelah putrinya pulang ke rumah.

   Sedangkan Alex,sesuai dengan apa yang ditakutkan oleh Sania,ia pun mulai merasa curiga dan ragu dengan putrinya sendiri. Alex mulai teringat akan perkataan istri pertamanya Dania.

   "Apa mungkin inilah yang dimaksudkan dengan perkataan Dania sebelum ia pergi dari rumah ?" Tanya Alex dalam hati. Perlahan-lahan pria itu mulai mengingat semua perkataan yang dilontarkan oleh istri pertamanya.

   "Kalau sampai ini semua memang benar sesuai dengan perkataan Dania... maka aku benar-benar dibohongi oleh Sania. Tidak! Aku harus mencari tahu kebenarannya sebelum mengambil keputusan. Apalagi saat ini aku sudah sangat menyayangi Bela. Ya Tuhan ....semoga saja apa yang aku pikirkan tidak terjadi." Pikir Alex sambil mengusap kasar wajahnya dengan telapak tangan. Ia begitu takut jika kecurigaannya bahwa Bela bukanlah anak kandungnya benar-benar akan terjadi.

   "Lex,ayok berangkat."Ajak Bu Linda membuyarkan lamunan sang putra. Seperti biasa hari ini ia dan anaknya kembali bekerja setelah dua hari absen.

   Alex hanya terdiam dan melajukan mobilnya menuju restorant di mana mereka bekerja. Bu Linda yang menyadari putranya berubah semenjak di rumah sakit akhirnya membuka suara karena ingin membuat sang anak tak hanyut dalam pikiran yang belum pasti.

   "Apa kamu berpikir bahwa Bela bukan putrimu karena golongan darahnya tak sama dengan dirimu atau Sania ?" Tanya Bu Linda sambil memandang wajah putranya yang sedang fokus menyetir.

   Untuk beberapa saat,Alex terdiam tak langsung menjawab. Hatinya ragu untuk berbagi cerita dengan sang ibu yang menurutnya terkadang semakin memperkeruh keadaan rumah tangganya. Tapi ia pun harus jujur karena ibunyalah satu-satunya tempat bercerita saat ini.

   "Iya Bu,aku rasa hal itu patut dicurigai. Apalagi saat dengan ku,Sania sudah tak suci lagi." Akhirnya dengan sangat terpaksa Alex berkata jujur.

   Mendengar hal itu dari mulut putranya,Bu Linda sangat terkejut. Wanita itu langsung terdiam dan tak lagi berkata-kata. Selama ini ia merasa bahwa hanya putranyalah yang telah menyentuh menantu kesayangannya itu. Kini ia pun merasa kecewa. Awalnya ia berpikir bahwa hanya suatu kebetulan jika sang cucu memiliki golongan darah yang tak sama dari kedua orang tuanya.

   Melihat sang ibu yang juga terdiam,Alex hanya bisa menghela nafas panjang. Tanpa dijawab oleh sang ibu,Alex pun tahu bahwa wanita yang sangat disayanginya itu juga merasa ragu dan curiga sama seperti dirinya.

   "Bu,aku ingin melakukan tes DNA."

   "Lakukan saja,ibu mendukungmu." Di luar dugaan,Bu Linda mendukung sang putra untuk melakukan tes DNA. Ia sudah menyiapkan hatinya jika setelah ini Bela bukanlah cucunya. Apalagi melihat karakter Sania yang setiap hari sangat malas dan tak ingin melakukan apapun,hingga membuat Bu Linda semakin hari tak menyukai menantunya itu.

   "Sebenarnya aku sudah melakukan test DNA semenjak mengetahui bahwa golongan darah Bela berbeda. Tinggal menunggu hasilnya keluar seminggu ke depan." Ujar Alex. Kini mereka telah tiba di parkiran restoran. Ya,tanpa sepengetahuan ibunya dan istrinya Sania,pada waktu itu Alex sempat mengambil beberapa helai rambut anaknya Bela. Ia kemudian berpamitan ingin pulang ke rumah karena ingin mengganti baju. Di saat itulah Alex menggunakan waktunya untuk memberikan helai rambutnya beserta helai rambut milik Bela pada seorang Dokter untuk dilakukan test kecocokan DNA.

   Bu Linda menatap lekat wajah putranya. Ada rasa sedih bercampur marah semenjak mengetahui sang cucu yang sangat disayanginya memiliki golongan darah berbeda,yang menurutnya bisa saja anak itu bukanlah cucunya.

   "Saran ibu,siapkan hatimu jika hasilnya membuatmu kecewa." Nasihat Bu Linda.

   "Tentu saja. Ibu tak perlu kuatir. Aku sudah siap dengan hasil yang akan aku terima." Ujar Alex dan melangkah beriringan bersama Bu Linda menuju ruangan mereka untuk bekerja.Beberapa karyawan terlihat menunduk hormat ketika melihat Bu Linda sebagai istri pemilik restoran,berjalan bersama anaknya.

                       **************

   "Pak Alex,untuk hasil testnya sudah keluar. Jadi hari ini sudah bisa Bapak ambil." Begitulah bunyi sebuah pesan yang diterima Alex pada aplikasi WhatsApp yang dimilikinya. Beruntungnya informasi yang ia dapat itu dikirim melalui sebuah chat sehingga Sania yang berada di samping Alex sama sekali tak mengetahui.

   "Mau ke mana lagi Mas ?" Tanya Sania ketika melihat suaminya menggunakan jaket dan mengambil kunci mobil.

   "keluar sebentar ingin mengambil berkas yang ketinggalan di kantor." jawab Alex sekenanya. Saat ini ia sudah tak sabar ingin mengetahui hasil dari test yang sudah ia lakukan.

   Sania tak banyak protes melihat suaminya keluar dengan tergesa-gesa. Apalagi ia tipe wanita yang cuek sehingga tak mau banyak bertanya.

   Alex tiba dengan cepat di rumah sakit. Setelah mendapatkan berkas dari Dokter,ia pun langsung pulang dan masuk ke dalam mobil. Dipandanginya amplop coklat yang baru saja ia dapatkan dengan hati yang deg-degan. Rasa ingin tahunya semakin tak terbendung. Dengan tangan gemetar ia membuka amplop tersebut dan mengeluarkan kertas putih dari dalam.

Hingga akhirnya setelah beberapa saat....

"Degh!" Hati Alex rasanya ingin meledak dalam rongga dadanya. Bagaimana tidak,dengan sangat jelas ia membaca sebuah kalimat yang menyimpulkan bahwa Alex Dwindara bukanlah ayah Biologis dari Bela Anandita.

Tanpa terasa air mata Alex tumpah begitu saja dari pelupuk matanya. Sungguh tak disangka,anak yang selama ini sudah disayanginya begitu dalam bukanlah putri kandungnya. Ditambah lagi dirinya yang dengan sangat mudahnya dibohongi oleh Sania.

"Sania,aku tak menyangka kau akan membohongi ku hingga sejauh ini." Gumam Alex dengan tubuh gemetar. Hatinya begitu sakit menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapannya. Ternyata kebahagiaannya selama ini adalah semu. Anak yang selama ini begitu dimanjakannya dengan sepenuh hati bukanlah anak kandungnya. Tapi bukankah saat pertama kali bertemu Sania sangat tegas mengatakan bahwa Bela adalah putri kandungku ?Tapi kenyataannya sekarang sangat berbeda. Lantas siapa ayah dari Bela ? Dalam keadaan hati yang sakit,Alex terus mencoba memungkiri dan berharap apa yang kini ia rasakan hanyalah sebuah mimpi. Hatinya yang sudah terlanjur sayang pada Bela,merasa tak rela untuk mengakui bahwa Bela bukanlah putrinya kandungnya.

"Aku harus bertanya langsung pada Sania. Dialah yang harus bertanggung jawab untuk semua ini. Wanita itu.....sudah menciptakan masalah besar pada hidup ku. Dirinya harus bertanggung jawab untuk ini semua." Pandangan Alex yang awalnya terlihat sedih,kini berganti menjadi sebuah kemarahan yang siap untuk meledak. Dengan segera,pria itu memacu mobilnya pulang ke rumah.