NovelToon NovelToon
Beginning And End : Dynasty Han.

Beginning And End : Dynasty Han.

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Time Travel / Mengubah Takdir / Perperangan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

cerita sampingan "Beginning and End", cerita dimulai dengan Kei dan Reina, pasangan berusia 19 tahun, yang menghabiskan waktu bersama di taman Grenery. Taman ini dipenuhi dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah, menciptakan suasana yang tenang namun penuh harapan. Momen ini sangat berarti bagi Kei, karena Reina baru saja menerima kabar bahwa dia akan pindah ke Osaka, jauh dari tempat mereka tinggal.

Saat mereka duduk di bangku taman, menikmati keindahan alam dan mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka bagi, suasana tiba-tiba berubah. Pandangan mereka menjadi gelap, dan mereka dikelilingi oleh cahaya misterius berwarna ungu dan emas. Cahaya ini tampak hidup dan berbicara, membawa pesan yang tidak hanya akan mengubah hidup Kei dan Reina, tetapi juga menguji ikatan persahabatan mereka.

Pesan dari cahaya tersebut mungkin berkisar pada tema perubahan, perpisahan, dan harapan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 : Kepanikan Dong Zhuo.

Angin malam berdesir membawa aroma anyir darah dan mesiu yang menyengat hidung. Kobaran api dari gudang senjata yang hancur menerangi langit, menciptakan pemandangan apokaliptik yang dramatis. Embusan angin dingin membawa aroma jelaga dan kematian, bercampur dengan aroma tanah basah yang khas setelah hujan rintik-rintik beberapa jam sebelumnya. Di tengah kekacauan itu, ahli strategi Dong Zhuo, wajahnya pucat pasi, mencengkeram gulungan surat palsu yang dikirim oleh para ninja Reina. Informasi palsu itu, yang menggambarkan perpecahan dan kepanikan di dalam pasukannya sendiri, telah menghantamnya seperti palu godam. Keputusannya, lahir dari kepanikan dan ketakutan, akan mengubah jalannya pertempuran.

"Ini... ini tidak mungkin!" teriaknya, suaranya bergetar karena ketakutan dan amarah. "Pasukan kita... mereka... mereka akan hancur!" Ia menunjuk ke arah gulungan surat itu, matanya melotot. "Mereka... mereka berencana untuk mengkhianatiku!"

"Tenanglah, Tuan," kata seorang penasihat, mencoba menenangkannya. "Mungkin ini hanya rumor yang disebar oleh musuh untuk melemahkan semangat kita."

"Tidak!" teriak Dong Zhuo, mengabaikan nasihat penasihatnya. "Aku tahu mereka akan mengkhianatiku! Mereka semua menginginkan kekuasaan! Mereka semua ingin menyingkirkan aku!" Ia mencengkeram rambutnya, wajahnya dipenuhi amarah dan keputusasaan. "Aku harus melakukan sesuatu! Aku harus menghentikan mereka!"

Dengan tangan gemetar, ia memerintahkan Lu Bu, Zhang Liao, dan Chen Gong untuk melancarkan serangan habis-habisan ke depan Gerbang Hulao. "Serang! Hancurkan mereka semua! Jangan biarkan satu pun lolos!" raungnya, suaranya bergetar karena ketakutan dan amarah. Lu Bu, dengan tatapan mata yang dingin dan haus darah, mengangguk. "Baiklah, Tuan. Kami akan menghancurkan mereka semua." Zhang Liao dan Chen Gong, meskipun ragu-ragu, tetap menjalankan perintah sang panglima. Mereka tahu bahwa kegagalan berarti kematian.

Di Gerbang Hulao, pertempuran mencapai puncaknya. Cao Cao dan Sun Jian, yang telah berjuang mati-matian menahan serangan sebelumnya, kini menghadapi gelombang serangan baru yang lebih dahsyat. Lu Bu, bagaikan badai yang tak terbendung, menerjang ke depan, tombaknya menebas musuh dengan keganasan yang mengerikan. "Halah! Kalian semua hanyalah sampah!" teriaknya, suaranya menggelegar, membuat pasukan musuh gemetar ketakutan. Zhang Liao dan Chen Gong, dengan kemampuan taktis mereka yang handal, mendukung Lu Bu, menciptakan serangan yang terkoordinasi dan mematikan. "Serang! Hancurkan mereka semua!" teriak Zhang Liao, suaranya bergema di medan perang. "Kita akan memenangkan pertempuran ini!" Chen Gong, dengan tenang, memberikan instruksi kepada pasukannya, mengarahkan serangan mereka dengan presisi dan efisiensi yang mematikan. "Serang! Serang! Serang!" teriak para prajurit Dong Zhuo, menerjang ke depan dengan semangat juang yang membara.

Cao Cao dan Sun Jian tampak kewalahan, pertahanan mereka mulai runtuh di bawah tekanan serangan yang tak henti-hentinya. "Kita harus bertahan! Kita harus bertahan!" teriak Cao Cao, suaranya bergema di tengah hiruk-pikuk pertempuran. "Jangan biarkan mereka menerobos!" Sun Jian, dengan pedangnya yang berkilauan, berjuang mati-matian, mengarahkan pasukannya untuk menahan serangan musuh. "Kita tidak boleh kalah! Kita harus bertahan!" teriaknya, suaranya bergema di tengah gemuruh pertempuran. Namun, tekanan serangan musuh semakin kuat. Lu Bu, dengan kekuatan dan keganasannya yang luar biasa, berhasil menerobos pertahanan mereka, membelah pasukan mereka menjadi dua bagian. "Halah! Kalian semua lemah!" teriak Lu Bu, suaranya menggelegar, membuat pasukan musuh semakin panik. Zhang Liao dan Chen Gong, dengan cepat memanfaatkan kesempatan ini, memimpin pasukan mereka untuk menyerang pasukan Cao Cao dan Sun Jian yang terpecah, membuat mereka semakin kewalahan. Teriakan kesakitan dan desingan senjata beradu menciptakan simfoni kematian yang mengerikan. Mereka membutuhkan bantuan, dan itu dibutuhkan segera.

Sementara itu, Kei dan Reina, berdiri di atas bukit yang strategis, menyaksikan kehancuran yang telah mereka ciptakan. Kei, dengan wajah dingin dan tanpa ekspresi, mengamati medan perang dengan mata tajamnya. Reina, di sampingnya, tersenyum puas, cahaya emas dari katananya berkilauan di bawah cahaya api yang berkobar. "Mereka membutuhkan bantuan kita," kata Kei, suaranya datar dan tanpa emosi. "Liu Bei, Zhang Fei, pergilah ke Gerbang Hulao. Mereka membutuhkan bantuan kita. Perkuat pertahanan mereka dan manfaatkan kesempatan untuk memecah pasukan Dong Zhuo."

"Baiklah, Tuan Kei," jawab Liu Bei, dengan tenang. "Kami akan segera berangkat."

"Jangan khawatir, Tuan Kei! Kami akan membuat mereka menyesal telah meremehkan kita!" teriak Zhang Fei, dengan semangat juangnya yang membara.

Kei kemudian menoleh kepada Guan Yu. "Guan Yu, kau akan menghadapi Xu Rong. Kalahkan dia dan hentikan serangannya dari sisi timur."

"Baiklah, Tuan Kei. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat," jawab Guan Yu, dengan tenang.

Kei menunggangi kuda hitam besar dan kekar yang dihiasi baja emas hitam, dengan tanduk iblis yang tampak mengerikan. Kuda itu tampak kuat dan perkasa, mencerminkan kekuatan dan keganasan Kei. Reina, dengan keceriaannya yang tak pernah padam, menaiki kuda putih bidadari yang anggun, dengan pelana putih yang besar dan berkilauan. Kuda itu tampak lembut dan anggun, mencerminkan kecantikan dan kelincahan Reina. Mereka berdua, seperti dua dewa perang yang menjelma, memimpin pasukan mereka menuju medan pertempuran.

Di Gerbang Hulao, Liu Bei dan Zhang Fei bergabung dengan Cao Cao dan Sun Jian. Liu Bei, dengan strategi dan kepemimpinannya yang brilian, berhasil memecah pasukan musuh. "Kita harus bertahan! Kita harus bertahan!" teriaknya, suaranya bergema di tengah hiruk-pikuk pertempuran. "Jangan biarkan mereka menerobos!" Zhang Fei, dengan keberanian dan kekuatannya yang luar biasa, menerjang musuh dengan keganasan yang tak kenal ampun. "Aarrgh! Untuk Kei dan Reina! Hancurkan mereka semua! Jangan tinggalkan satu pun!" teriaknya, suaranya menggelegar, membangkitkan semangat pasukan sekutu. Mereka berdua berhasil menghentikan laju serangan musuh dan memperkuat pertahanan Cao Cao dan Sun Jian.

Di sisi lain, Guan Yu, dengan pedangnya yang berkilauan, menghadapi Xu Rong dalam duel yang menegangkan. Pedang mereka beradu menciptakan percikan api yang menyilaukan, sementara teriakan dan desingan senjata memenuhi udara. Guan Yu, dengan gerakan yang cepat dan tepat, membelah udara dengan pedangnya, menciptakan kilatan cahaya yang menakutkan. Xu Rong, dengan tombaknya yang besar dan berat, berusaha menangkis serangan Guan Yu, namun gerakan Guan Yu terlalu cepat dan lincah. "Kau tidak akan bisa mengalahkanku!" teriak Guan Yu, suaranya penuh keyakinan. "Aku akan mengalahkanmu!" Guan Yu, dengan keahlian dan keberaniannya yang luar biasa, berhasil mengalahkan Xu Rong dengan satu tebasan mematikan. Tombak Xu Rong terjatuh dari tangannya, tubuhnya terhuyung ke belakang, dan akhirnya jatuh ke tanah dengan terengah-engah. Guan Yu, dengan pedangnya yang masih terhunus, berdiri tegak di atas tubuh Xu Rong yang tak berdaya. Ia menatap ke arah pasukan Xu Rong yang tersisa, matanya memancarkan aura yang dingin dan mematikan. "Siapa selanjutnya?" tanyanya, suaranya bergema di medan perang. Pasukan Xu Rong, yang melihat pemimpin mereka kalah, langsung menjadi panik dan mundur. Guan Yu, dengan kemenangan yang gemilang, telah berhasil menghentikan serangan dari sisi timur.

1
MomoCancer🦀
awal yang bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!