~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Kanjeng Mami
Pagi itu, matahari baru saja menyembul dari gumpalan awan, namun suasana hati Anastasia sudah mendung. Nada dering telepon–yang disetting khusus sebagai penanda–dari Kanjeng Mami menggema di ruangan. Ia baru saja menyesap kopi pertamanya ketika suara tegas dari seberang langsung menyerbu telinganya tanpa basa-basi.
"Anastasia Eliana Mangkudibyo!”
Suara teriakan Kanjeng Mami dari seberang sana nyaris membuat gendang telinga Anastasia meledak rasanya. Ia mengerutkan kening, menjauhkan ponselnya menghindari tragedi telinga berdenging.
“I-iya Mi … udah sarapan belum?” Tanya basa basi Anastasia yang sia-sia.
“Nggak usah tanya Mami udah sarapan apa belum! Mami ini kecewa Ana, Mami malu! Kamu itu kan janji sama Mami buat selesaikan masalah hantu-hantu itu nggak pake woro-woro kemana-mana! Lha ini, kok yo relasi Mami semua tahu sih?! Mereka wapri Mami, DM Mami bahkan v-call Mami karena nggak percaya Mami ada di Djekardah!”
“Jakarta Mi ..,”
“Diem! Nggak usah koreksi Mami! Kalau begini caranya kamu bulan depan harus kawin sama Adam!”
“Lho … lho, ini apa hubungannya Mamiiii! Kenapa juga dikaitkan sama pernikahan Ana sama Adam sih?”
“Kamu lupa janji kamu sama Adam waktu di bandara? Kalian bakal selesain masalah ini by silent, no media, no biang gosip! Kamu sama Adam sudah janjikan hal itu ke Mami.”
“Ya tapi kan ini belum satu bulan Mii! Masa langsung kena pinalti?!”
“Oh nggak bisa! Pokoknya Mami nggak mau tahu kamu harus selesaikan itu berita gosip dan juga masalah hantu-hantuan! Masa hal sepele gitu aja kamu nggak bisa handle sih An?! Malu sama leluhur kita yang paham masalah beginian?”
“Ya kenapa nggak Mami aja yang turun tangan biar tahu gimana rumitnya masalah hotel kita?!” Anastasia meninggikan nadanya, kesal karena dipojokkan terus menerus.
“Heh, Mami itu sudah pensiun masalah beginian. Dan Mami juga sudah janji sama Kanjeng Romo nggak bakal sentuh-sentuh lagi dunia astral!”
Anastasia mengerutkan kening, tebakannya benar. Kanjeng Mami memang sebenarnya paham hal ini, tapi entah karena alasan apa Kanjeng Mami tidak lagi mau ikut terlibat.
“Ya tapi kan Mi, setidaknya itu …,”
“Cukup! Mami nggak mau dengar pembelaan kamu, Ana.” Kanjeng Mami terdengar menarik nafas panjang dan terdiam sejenak.
“Mami, baru aja dapat telepon dari Bu Diah, yang mau booking kamar. Katanya ada tamu yang cerita kalau mereka mendengar suara aneh di malam hari, bahkan lihat penampakan di lorong!" Kanjeng Mami menurunkan sedikit tensi emosinya.
“Astaga, Mami … tenang aja. Hotel kan besar, ada ratusan tamu setiap hari. Mungkin ada yang halusinasi atau hanya cerita iseng." Anastasia membela dirinya, meski tak dipungkiri hal itu benar adanya.
"Iseng? Kamu pikir nama baik keluarga ini bisa dipertaruhkan gara-gara hal iseng? Anastasia, Mami nggak mau dengar alasan. Segera selidiki dan pastikan nggak ada lagi tamu yang cerita macam-macam! Kalau perlu, panggil paranormal atau apalah itu. Ngerti?"
“Satu lagi! Masalah Maya sama dukun gableg sialan itu! Suruh si Broto urus Maya supaya berita nggak semakin merajalela, ngerti kamu?”
“Lho tapi Mi, bukannya nanti malah kita yang bakal dimanfaatin sama Maya? Diancam dan sebagainya?”
Kanjeng mami terdengar menarik nafas panjang. “Serahkan semua sama Broto,”
"Ya ya okelah, tapi Mami tahu kan kalau Maya …,” Anastasia kembali mencegah.
Deheman keras Kanjeng Mami membungkam mulut Anastasia. “Itu tanggung jawab Broto karena sudah bikin ulah. Kamu urus saja hotel dan ingat, nama keluarga kita dipertaruhkan!”
Anastasia menghela napas panjang setelah telepon itu berakhir. Kopinya kini terasa lebih pahit daripada sebelumnya. Pagi yang ia bayangkan santai berubah menjadi misi dadakan. Ia segera menghubungi Adam untuk menjemputnya.
“Memang Mami bisa tahu darimana kejadian kemarin?” Adam bertanya sesaat setelah keluar dari halaman rumah.
“Bu Diah, temen arisan pejabat-nya Mami.” Sahut kecut Anastasia. “Ditambah pak Broto, siapa lagi yang bakal lapor ke Mami. Dasar tua bangka gila, harusnya nggak perlu juga curhat tentang Maya sama Mami.” Sambungnya dengan decak kesal.
Adam tersenyum geli memahami situasi rumit Anastasia. Ia mempercepat laju mobil untuk segera mengetahui hasil penerawangan Rama.
Anastasia ditemani Adam mengetuk pintu kamar 310 dengan sedikit ragu. Setelah beberapa saat, pintu terbuka, dan Rama menyambutnya dengan senyuman tenang. Ia baru saja selesai menyalakan dupa yang aromanya samar-samar memenuhi ruangan. Hawa dingin yang aneh masih teringat jelas Anastasia saat dirinya bertemu dengan hantu Anna di kamar itu.
"Hai Ram, gimana perkembangan pembersihannya. Apa ada kemajuan?"
Rama tersenyum ramah menyambut Adam dan Anastasia. “Saya menemukan hal penting terkait penghuni kamar ini.”
Anastasia mengerutkan kening. "Mas sudah ketemu penghuni kamar ini?”
Rama mengangguk pelan. "Benar, dia muncul tadi malam, dan energi yang dia bawa sangat kuat. Kematiannya cukup tragis dan poin pentingnya adalah arwah yang penuh dendam.”
"Mas bisa kan usir dia dari sini?" tanya Anastasia penuh harap.
"Ehm, kalau itu ...,"
bersambung ..,