Ini karya ku yang baru mohon kalau membaca dengan bijak ya~~
Di tunggu jejak komen kalian🤗
Davina Aurellia terpaksa harus menerima tawaran Ayahnya untuk menikah dengan seorang pria yang ia tak kenal. Semua itu Davina lakukan demi menyelematkan ibunya yang sedang berada di Rumah Sakit. Tanpa Davina sangka bahwa anak dari sahabat Ayahnya itu adalah presdir perusahaan tempatnya bekerja yang bernama Yohanes David Abraham.
David yang tak menyetujui pernikahan ini juga harus terpaksa menerimanya, Maka sebelum pernikahan terjadi ia mengajak Davina untuk membuat perjanjian kontrak pernikahan mereka.
Setiap hari, ada saja perdebatan kecil diantara mereka. Sampai pada akhirnya David mulai jatuh cinta pada istrinya sendiri. Tapi cinta pertama Davina tiba - tiba kembali di kehidupannya.
Akankah Davina kembali pada cinta pertamanya atau membalas cinta David?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiezy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balada Buka Resleting
"Bicara apa lagi sih, Mi?" tanya David kesal.
"Kita bicara di luar dulu."
"Davina sayang, kamu tunggu di sini saja ya. Mami ada urusan sebentar dengan anak nakal ini."
"Iya Mi."
Akhirnya Karina mengajak David ke kamar hotel yang akan Karina tempati malam ini dengan Suaminya.
"Anak nakal! Cepat kamu masuk!" Seru Karina.
Di dalam kamar hotel itu, terlihat Leon yang sedang duduk santai sambil menikmati kopinya.
"Papi! Kok dari pagi sampai siang masih minum kopi lagi sih! Nanti malam Papi susah tidur lagi...." omel Karina pada suaminya itu.
"Biar nanti malam nggak ngantuk, Mi." sahut Leon.
"Emang Papi mau ngapain nanti malam?" tanya Karina tak paham dengan Suaminya.
"Mau menyambut teman - teman Papi malam ini, Mi. Memang mau ngapain lagi?" Leon balik bertanya dan mengangkat salah satu alisnya berniat menggoda Istrinya.
"Nggak tau, ah." balas Karina cepat.
"Mami pasti menyangkanya kalau Papi mau ajakin Mami begadang, kan?" goda Leon.
"Nggak ko, Pi," ucap Karina dengan tersipu malu.
David yang melihat Mami dan Papinya yang terlihat seperti anak remaja itu mulai mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh mereka.Padahal Maminya sendiri yang mengajak dirinya kesini, entah apa yang sebenarnya ingin di bahas Maminya itu. Tapi inilah yang David sangat sukai dari kedua orang tuanya itu, walaupun mereka sudah lama menikah, tapi hubungan mereka masih harmonis.
"Mami! Tadi ajak David kesini sebenarnya mau ngomong apa?!" tanya David tak sabar. Ia ingin segera kembali ke kamar hotelnya dan tidur sebentar sebelum acara resepsi di mulai.
"Mau kasih ini," ujar Karina sembari memberikan sebuah amplop kepada David.
"Apa ini?"
"Hadiah dari Mami dan Papi," jawab Karina.
Karena merasa penasaran David langsung merobek amplop tersebut dan mengambil isi di dalamnya.
"Tiket liburan ke Switzerland?"
"Iya, Mami dan Papi mau kamu dan Davina segera Honeymoon ke sana dan membuat banyak cucu untuk kami," ujar Karina dengan semangat.
"Heran deh sama Mami dari kemarin bahasnya banyak cucu terus," keluh David yang tak suka.
"Jadi kamu mau bahas apa, David?" tanya Karina balik pada putranya itu.
"Kapan aku bisa kembali ke California, Mi?"
"Setelah perusahaan kita di kota K kedaannya kembali stabil baru Papi pertimbangkan kembali," kini Leon yang menjawabnya. Dengan sengaja Leon memindahkan David ke kota K untuk sementara waktu agar putranya itu bisa menangani perusahaan mereka yang ada di kota K karena dalam beberapa bulan kemarin mengalami kemunduran.
"Hah? Tapi itu sangat tidak adil, Pi?"
"Apanya yang tidak adil sih, David?" Leon menatap heran anaknya itu.
"Karena Papi selalu melimpahkan masalah padaku terus," keluh David.
"Ya, itu berarti Papi percaya padamu. Karena Papi yakin kamu pasti bisa menanganinya dengan baik."
David menghembuskan nafasnya dengan kasar, percuma saja jika ia harus berdebat dengan Papinya ia pasti kalah, karena Maminya itu sudah di pastikan akan membela Papinya. Lebih baik ia segera kembali ke kamarnya dan memikirkan cara agar bisa menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke California secepatnya.
Dengan lesu, David kembali ke kamar hotelnya dan langsung pergi ke kamar mandi untuk berendam untuk menenangkan pikiran dan perasaannya.
Davina menatap heran kearah David yang kini terlihat tak bersemangat.
"Kenapa tuh si Kancil?" gumam Davina dalam hati.
"Ah, ngapain aku jadi pikirin si Kancil sih!" kelunya lagi dalam hati.
Davina yang sudah kepanasan sedari tadi karena memakai gaun pengantin, ingin mandi rasanya. Tapi, Davina tak bisa membuka gaunnya sedari tadi. David yang baru keluar dari kamar mandi tak sengaja melihat Davina yang sedang menggapai resleting gaunnya.
"Aduh, sumpah susah banget nih buka gaunnya?" gerutu Davina.
Sudah beberapa kali Davina membuka resletingnya tapi tetap saja tidak bisa karena pusat resletingnya berada di sekitaran pinggang. Kini tubuhnya sudah mulai gerah walaupun kamar hotel sudah ada AC. Belum lagi gaun pengantin yang di pakainya ini sangat berat. Padahal ia sudah berencana akan mandi dan tidur sebentar sebelum perias pengatinnya itu datang dan mendandaninya.
Davina mencoba berjinjit untuk menggapai resletingnya. Tapi hampir saja ia menggapainya tubuhnya langsung oleng karena tak sengaja menginjak bagian bawah gaun nya. Tapi beruntungnya David tiba - tiba langsung menahan tubuhnya sehingga ia tidak jatuh terjungkal ke belakang meja.
"Ckck!" David berdecak kesal melihat tingkah Davina yang ceroboh.
"Keong! Apa kamu sedang bermain akrobat, hah?"
"Apa maksudmu? kalau aku mau bermain akrobat juga tak akan mengundangmu!" Dengus Davina kesal.
"Tadi kamu hampir saja jatuh, jika tak ku tahan."
"Memangnya siapa yang sudah menyuruhmu untuk menahanku? Sudah lepasin sekarang tak usah menahanku lagi!" Seru Davina
"Dasar kau Keong ceroboh, sudah bagus aku mau membantu! Tak tau berterima kasih sekali," Dengus David tak kalah kesal.
"Tapi aku tidak pernah memintamu untuk membantuku Kancil!" Seru Davina lagi.
David yang tak mau berdebat lagi pun langsung memalingkan wajahnya lalu sibuk berkutat dengan ponselnya yang sudah terdapat banyak sekali pesan - pesan yang di kirim oleh para gadis - gadisnya dari California. Sedangkan kini Davina masih mondar mandir seperti setrika sambil memikirkan cara agar bisa membuka gaun pengantinya. David yang melihatnya pun berdecak kesal karena gerakan Davina yang sangat menganggu dirinya.
" Putri Keong! Kamu bisa duduk manis nggak sih?" omel David.
"Gak bisa Kancil. Karena akku mau mandi tapi....." Davina menghentikkan ucapannya sambil memandang David.
"Tapi apa lagi, Keong?"
"Aku nggak bisa membuka gaun pengantinnya sedari tadi," jawab Davina jujur.
"Kamu ini memang bodoh atau tak punya mulut sih, buat minta tolong?"
Mendengar ucapan David. Membuat Davina menatapnya tajam.
"Hih! Aku tuh bukannya tak ada mulut untuk meminta tolong. Tapi aku nggak tau aku kepada siapa aku harus meminta tolong di sini!" Sahut Davina cepat.
"Ck! Kamu sangka aku ini makhluk tak kasat mata apa?"
"Oh iya iya, aku bisa meminta bantuan ke kamu. Tapi aku ogah! Nanti kamu modus lagi! Cukup tadi First kiss ku saja yang kamu ambil.
"Ya sudah kalau kamu memang tak mau aku bantu, biarin aja agar kamu tak mandi seharian," ucap David yang kini mulai sibuk kembali dengan ponselnya. Kini ia sedang fokus membalas beberapa email yang di kirimkan oleh sekretarisnya.
Davina kemudian melirik ke arah jam dinding kamar hotel, masih tinggal dua jam lagi sebelum perias pengantin itu datang untuk mendandaninya.
"Masa aku nggak mandi, sih?" keluhnya dalam hati.
Dengan berat hati ia pun memanggil David untuk segera membantunya.
"Kancil...."
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk selalu menekan tombol like, komen, vote dan hadiahnya.
lanjutan cerita David dan Davina