Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu tak diundang
Rumah Mentari
"Sebenarnya ada apa sih, Bu? Kenapa orang-orang mengatakan kalau Mbak Mentari menggoda Mas Reza?" tanya Mira saat keluarga Bagas makan malam.
Telinga Mira sangat panas saat mendengar kakaknya di gosipkan oleh orang-orang Desa. Memang mereka tidak bergosip secara terang-terangan... Tapi tetap saja dia bisa mendengar kabar burung itu dengan jelas.
Beberapa teman-temannya yang tidak dekat dengannya, juga ikut menggosipkan tentang hal tersebut. Mereka mengatakan kalau Mentari menggoda Reza yang notabenenya adalah suami dari sepupunya.
Sebenarnya Mira hendak bertanya pada Tari secara langsung, tapi Tari masih berada di kota. Tadi pagi kakaknya itu mengatakan, kalau malam ini mereka mempunyai acara dengan keluarga Dita dan Revan yang ada dikota.
Tidak mungkin Mira bertanya dan merusak moodnya Tari, belum tentu juga kakaknya itu akan bersikap tenang, kan? Bisa saja Tari terbawa emosi, dan menghancurkan acara keluarga yang sudah di susun Dita dengan sempurna.
Maka Mira memutuskan untuk bertanya pada Laras, ibunya juga terlihat tercenung sesaat setelah ia bertanya tadi. Berbeda dengan Bagas dan bara, kedua laki-laki berbeda usia itu malah menatap mereka dengan tatapan heran.
"Memangnya, ada apa Mbak? Mana mungkin Mbak Tari menggoda Mas Reza, ada-ada saja", ucap Bara sambil mengibaskan tangannya.
Remaja tampan itu kembali melanjutkan makannya, namun ia bisa melihat Mira yang menatap ibunya sampai tak berkedip demi menuntut jawaban. Dan saat itulah Bara paham kalau Mira sama sekali tidak bercanda.
"Ini beneran, Mbak? Siapa yang bilang kalau Mbak Tari menggoda Mas Reza? Amit-amit jabang bayi aku punya kakak ipar yang seperti dia, wong, dulu dia meninggalkan Mbak Tari seperti sampah, dan menikahi Mbak Gendis hanya karena dia seorang perawat. Nggak mungkinlah Mbak Tari mau sama laki-laki brengsek seperti dia!" kata Bara dengan suara tegas.
"Ya, Mbak juga nggak percaya dengan gosip itu, mana mungkin Mbak Tari mau sama Mas Reza. selain sifatnya yang brengsek, dia juga kan suami dari sepupu kita, tapi masalahnya gosip ini sudah beredar di desa ini. Orang-orang semua membicarakan hal itu, entah awal mulanya tapi Mbak dengar... Mbak Tari nge-chat Mas Reza, dan memaksa dia untuk kembali menjadi kekasih Mbak Tari. Kan, gak Masuk akal, Bar!" kata Mira dengan gusar.
"Lah, Ayah malah gak dengar tuh ada gosip seperti ini', kata Bagas ikut berbicara.
Bagas memang sedang sibuk-sibuknya di kebun sawit baru saja di beri oleh Dirga. Dia memantau perkebunan sawit miliknya dengan sepenuh hati, karena seumur hidupnya baru kali ini Bagas mempunyai kebun sawit sendiri.
Bara juga tengah disibukkan dengan persiapan masuk ke SMA, jadi dia sering tidak ada di rumah dan dia sama sekali belum mendengar gosip apapun tentang kakak pertamanya itu.
"Ya, yang menyebarkan gosip itu keponakanmu loh, yah. Gendis mengatakan pada semua orang kalau Mentari menggoda suaminya, Tari itu kirim pesan pada suaminya meminta untuk balikan. Ya, nggak mungkin anak kita seperti itu. ibu sudah memberi penjelasan pada ibu-ibu yang ada di warung, tapi mereka tidak mau mendengar hanya sedikit yang berusaha untuk mempercayai apa yang ibu katakan", sahut Laras dengan nada lemah.
Laras benar-benar lemas karena mendengar anaknya di gunjingkan sedemikian rupa, dulu mereka sewaktu masih susah... Paling hanya kemiskinan lah yang menjadi topik orang-orang untuk menggosipi mereka.
Tapi sekarang, masyarakat desa seolah mempunyai banyak sekali bahan untuk menjelek-jelekan keluarga mereka.
"Bahkan tadi ada yang menuduh Tari menikah dengan Dirga hanya Karena Dirga pemilik pabrik, padahal aslinya Tari nggak cinta karena Dirga itu lumpuh. Berbeda dengan Reza yang normal dan gagah, makanya sekarang tari kembali mendekati Reza", ujar Laras lagi.
"Astaghfirullah! Kok, bisa sih mereka bergosip seperti itu? Mana mungkin Tari mempunyai pemikiran buruk seperti apa yang mereka katakan. Gendis juga mengada-ada saja, gak mungkinlah Tari kirim pesan pada Reza dan merayu suaminya . wong , suaminya juga tidak punya pendirian. Mana Sudi anakku kembali padanya!" kata Bagas dengan nada kesal.
"Ya, kalau gitu kamu ngomong sama keponakanmu, lah! suruh dia biar gak nyebarin gosip yang gak jelas, yah. Aku capek loh, yah, lama-lama melihat keluargamu. Kita miskin dihina, kita kaya mereka juga tidak senang, dan sekarang mereka malah mengusik kehidupan Tari. Kalau Dirga mendengarnya gimana, coba? Dirga itu adalah menantu kita, dia adalah anggota baru di keluarga kita, masa baru menikah dia sudah mendengar gosip tentang anak kita yang tidak-tidak , sih? Kita juga harus jaga nama baik keluarga kita, yah. Jangan sampai kita mengkhianati kepercayaan Bu Dita, ayah bisa lihat sendiri kan, bagaimana Bu Dita sangat menghormati keluarga kita. Dia juga sangat menyayangi Tari, jangan sampailah keluarga mereka mendengar gosip yang tidak-tidak seperti saat ini", kata Laras dengan nada memohon. "untuk kali ini ayah harus bersikap tegas pada mereka, jangan lagi mau mengalah. Ini berkaitan dengan harga diri anak kita loh, yah. Mau sampai kapan kita diinjak-injak oleh mereka? Dan sekarang mereka mengibarkan bendera fitnah, ibu gak setuju Yah! ibu sedih, loh!" kata Laras lagi.
Wajah tuanya menunjukkan raut sedih yang teramat sangat, dan hal itu sukses membuat Bagas jadi merasa tidak enak. Dia sepertinya memang harus meluruskan semuanya, dan meminta Gendis agar keponakannya itu tidak membuat gosip yang tidak-tidak tentang Mentari.
...****************...
...Rumah Dita...
Saat Mentari memasuki ruang makan dia tidak menunjukkan perubahan yang berarti pada wajahnya, dia duduk di sebelah Dirga dan memberi seulas senyum pada suaminya.
Namun entah mengapa Dirga seolah bisa membaca kalau ada yang tidak beres dari raut wajah istrinya itu, dia menatap Mentari dari ekor matanya dan benar saja sesekali wanita itu terlihat sesekali menghela nafas yang berat.
Beberapa saat kemudian Bella juga masuk dari arah dimana tadi Mentari itu datang, dan tiba-tiba Dirga bisa menyimpulkan sepertinya Mentari berubah karena Bella. Tapi apa yang dilakukan oleh sepupunya itu?
Padahal setahu Dirga, Bella bukanlah orang yang suka usil. Jadi ada apa diantara mereka sebenarnya?
"Aduh, Nak Tari ini benar-benar cantik. Tante sudah banyak mendengar cerita kamu dari Mbak Dita, maaf ya... Waktu pernikahan dan resepsi kamu di desa , Tante gak bisa datang, karena kami sekeluarga sedang berada di Korea", ujar Heny yaang merupakan adiknya Dita.
Dita mempunyai dua saudara, dia adalah anak tertua, Heny anak kedua dan Beni anak ketiga. Kebetulan Heny dan keluarganya yang mencakup Bella, sedang berada di Korea sewaktu Dirga dan Mentari menikah.
"Nggak apa-apa, Tante. Terimakasih atas pujiannya, Mama memang suka melebih-lebihkan", kata Mentari dengan wajah tersipu.
"Kamu sudah ketemu dengan Bella? Dia adat anak Tante, dan sepertinya umur kalian tidak jauh berbeda. Bella ini bekerja di perusahaan kita yang ada di kota", kata Heny lagi. "Nanti kamu harus sering-sering datang kesini dan menghabiskan waktu bersama kami, kita akan mengadakan acara khusus untuk wanita. Misalnya berbelanja, ke salon, dan main tenis! Kebetulan Mama kamu dan Tante jago main tenis", kata Heny lagi.
Wanita itu benar-benar sangat ramah seperti Dita dan Beni, mereka semua berbincang sementara makanan dihidangkan. Dita dan juga Heny mengenalkan Mentari kepada saudara-saudara yang lain.
Namun pembicaraan terhenti saat ada seseorang yang datang masuk keruangan makan, Bella langsung berdiri dan menghampiri sosok tersebut. Sedangkan orang-orang yang ada disana langsung tercengang termasuk Dirga juga.
Mentari yang tidak tahu apa-apa menatap sosok itu dengan penuh tanda tanya, wanita itu begitu cantik, modis, dan juga terlihat sangat elegan.
"Ines?! kenapa kamu ada disini? Kamu bukanlah tamu undangan disini, dan saya tidak berharap kamu berada disini!" ujar Dita dengan nada tegas.
Wanita itu bernama Ines, dan dia adalah mantan kekasihnya Dirga. Mentari segera menoleh ke arah suaminya tersebut, dan hatinya langsung merasa tercubit saat Dirga menatap Bella dengan tatapan yang sulit di artikan.
aku mampir yah, kayanya ceritanya menarik.
sukses selalu