Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Planning Pencarian
Malam telah memenuhi langit, bertabur bintang. Malam itu cerah, tak ada awan mendung yang menyelimuti, Bintang yang kini sedang berkerja di warung kopi, dengan asyik dia aduh kopi salah satu pelanggan.
"Aku beli satu bang!" satu pesanan kembali masuk.
Bintang pun masih dengan asyiknya mengaduk kopi sambil menjawab tanpa menoleh, "Oke siap!" dia tampak semangat malam itu dalam berkerja.
Pembeli itu tiba-tiba menahan gelak tawa, menyaksikan Bintang yang hampir saja seperti orang sedang menari saat mengaduk kopi nya.
Sedangkan suara gelakan tawa itu, tak asing di telinga Bintang. Sontak Bintang pun melirik sejenak ke arah pembeli tersebut, dan benar adanya.
"Eh kamu Hasbi! Kirain siapa! silahkan duduk." Bintang langsung berbinar kedua matanya melihat ada temannya yang mampir ke warung kopi nya.
Tak lama kemudian, mereka pun duduk satu meja. Bintang tak masalah jika sesekali duduk bersama pelanggan selagi tidak ada pesanan. Dia duduk berhadapan dengan Hasbi.
"Sendirian aja Bi."
"Nggak. Itu ada Bara juga datang." jawab Hasbi. Yang ternyata Bara datang dari arah jalan raya.
Warung kopi yang Bintang jaga berada di tempat strategis, dekat pasar malam dan dekat jalan raya yang ramai. Jadi hampir tidak pernah sepi pelanggan.
"Wah seneng kalau gini nih aku." ucap Bintang, penuh semangat.
Bintang pun beranjak untuk membuatkan pesanan Bara. Sedangkan sambil Bara dan Hasbi mengobrol, Bintang pun juga ikut mendengarkan.
"Eh omong-omong grup kita itu kayaknya memang harus ditambahin deh." Bara membuka percakapan.
"Kamu ada ide nggak?!" ucap Hasbi.
Bara pun tampak berpikir, "Ada." jawab Bara sambil mengangguk pelan.
Tak lama kemudian kopi pesanannya pun datang, dia teguk sedikit demi sedikit.
Bintang menyambung, "Apa ide mu Bar?"
Bara kembali meletakkan secangkir kopi nya, sambil menjawab, "Kalian masih inget rumahnya teman-teman nggak?" malah dengan sebuah pertanyaan.
"Iya ingat ada yang lupa sih." ucap Bintang, dan di ikuti oleh anggukan kepala Hasbi.
"Nah... Dari situ... Intinya kalian gak gengsi, maksudnya kita gak gengsi.... Ayo kita berempat cari rumah mereka semua." ucap Bara, sambil kembali meneguk secangkir kopi nya.
Oia, ketiga laki-laki ini tidak ada yang perokok, mungkin karena efek mereka adalah basic alumni anak pondok pesantren. Jadi alim alim. Hanya kopi saja yang mereka nikmati menemani obrolan mereka.
"Kalau begitu oke siap. Tapi masak Permata juga ikut mencari. Gak canggung kah dia bersama kita-kita?" tanya Hasbi.
Telunjuk Bintang di letakkan di janggutnya, berpikir. "Iya juga sih." gumamnya.
"Daripada penasaran udah wa aja dia sekarang." Saran Bara.
"Ya kamu betul." pekik Bintang.
Assalamualaikum Permata...
Sedangkan Permata sekarang yang sedang tiduran di rumah sembari nonton film dari aplikasi di hp nya pun, tak menunggu waktu lama untuk membalas pesan dari Bintang, saat Bintang wa padanya.
Waalaikumsalam.... Ada apa Bintang?
"Permata membalas." pekik Bintang.
"Yaudah langsung to the point aja loh GK usah basa basi." ucap Hasbi. Yang tak sabar ingin tahu apa tanggapan Permata tentang rencana mereka.
Per, ini kita mau rencana keliling nyariin teman-teman yang lain biar grup jadi rame dan kita jadi nyambung lagi komunikasi nya
Hemmm gitu... Kapan?
"Permata nanya kapan katanya." ucap Bintang lagi.
"Jawab aja Minggu ini." ucap Bara.
Minggu ini Per. Gimana....
Gimana apanya?
Permata yang ada di kamarnya pun masih bingung apa maksud pertanyaan Bintang.
Maksudnya ya kamu ikut mau kan?
Seketika Permata sedikit lama membalas. Karena dia sendiri juga sekarang sedang berdiri berjalan-jalan di kamar nya sendiri saking bingungnya mau membalas apa pada pertanyaan Bintang.
"Waduh kok aku diajak sih? Kan gak enak juga. Mereka cowok semua. Gimana dong?" batin Permata.
Sebenarnya aku bingung juga mau jawab apa. Tapi gpp ta aku cewek sendiri.
Balas Permata akhirnya.
"Permata nanya seperti dugaan kita." ucap Bintang. Seolah mengumumkan pada kedua temannya yang lain.
"Jawab aja gak masalah. Lagian kita kan dulu teman. Sekarang pun teman. Apa bedanya." gerutu Bara. Yang sekaligus menjadi jawaban atas pertanyaan Permata. Bintang membalas sesuai apa yang Bara katakan.
Permata pun akhirnya mengiyakan ajakan merek bertiga. Dan malam itu pun ketiga lelaki itu menghabiskan waktu bersama lumayan lama. Hampir seolah menemani Bintang bekerja di warung kopi itu.
Bara dan Hasbi memang dari keluarga berada, berbeda dengan Bintang. Tapi walaupun begitu, kedua teman Bintang ini memang tak pernah membedakan dari hal materi.
.
.
.
Lanjutannya secepat guys 😘