Berjuang dari titik terendah, Gou Long memapak jalannya sendiri di Dunia Kangow.
Dunia Kangow penuh dengan Kultivator-Kultivator yang tamak dan ingin berkuasa.
Pertarungan, perebutan, pelarian, kelicikan lawan dan berbagai macam rintangan lainnya. Pertemuan dengan orang-orang baru, pencarian akan musuh dan pembalasan dendam.
"Aku akan berdiri di Puncak Dunia Persilatan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KidOO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB — 029
Kejadian yang menimpa Gou Long, menyesalkan hati Penatua Zhou, sebagai Penatua dia mengetahui kondisi dari Hutan Seribu Ilusi, bagi murid dengan Ranah Bumi masuk ke hutan itu sama dengan bunuh diri.
“Aih! Mereka benar terlalu semena-mena, seorang murid baru dikirim begitu saja ke sana tanpa pikir panjang, huft!” kesal Penatua Zhou.
Selama Penatua Zhou menjadi Penatua di Sekte Naga Langit, belum ada murid yang berhasil hidup pasca hukuman di Hutan Seribu Ilusi. Patriark Generasi Ketiga yang berhasil selamat dari Hutan Seribu Ilusi, saat masuk ke hutan itu, kultivasinya sudah di Ranah Langit.
Kalaupun saat ini Penatua Zhou memutuskan ikut masuk ke dalam hutan itu, belum tentu dia akan bertemu dengan Gou Long, malah bisa saja dia ikut terjebak di hutan tersebut selama ratusan tahun.
“Mencari bocah itu di Hutan Seribu Ilusi sama dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami,” pikir Penatua Zhou.
Selama seharian ini, Penatua Zhou terus menghela nafas, guna meredam kemarahan yang sudah mencapai ubun-ubun kepala, Hua Mei dan Murong Qiu melihat perilaku Kakek Zhou, hanya bisa menggelengkan kepala.
“Kakek terlalu memikirkan Long Gege, entah bagaimana kondisi Hutan Seribu Ilusi itu?” batin Hua Mei.
Sebenarnya, hal yang sama juga dirasakan oleh kedua gadis itu, perasaan yang nelangsa, kosong, sedih, rasa tidak ingin ditinggalkan dan perasaan kesepian yang mendalam.
Apa terjadi pada Gou Long sangat menusuk hati mereka berdua, terlebih Hua Mei, dia sudah sangat yakin dengan perasaannya sendiri.
Perilaku Hua Mei, berbeda semenjak berpisah dari Gou Long, di hari pertama mereka tiba di Sekte Naga Langit, dalam berlatih Hua Mei menjadi kurang fokus, dia sering melamun dan menyendiri.
Hua Mei sangat menyadari rasa cintanya pada Gou Long, setiap kali ada yang menyebutkan nama Gou Long, hati berdebar-debar tidak karuan, wajah memerah seperti tomat masak.
Walau Hua Mei berusaha menutupi perasaan tersebut, tapi orang-orang di sekelilingnya akan merasa heran dengan tingkah lakunya.
Hanya saja, sikap berbeda ditunjukkan Hua Mei, ketika mendengar berita pengasingan Gou Long ke Hutan Seribu Ilusi, Hua Mei menjadi lebih tegar, bukan karena dia tidak sedih, namun dia lebih yakin, bahwa Long Gege akan selalu selamat dari segala mara bahaya.
Hua Mei sangat percaya diri, mengelus pedang pemberian Gou Long berkata pada kakeknya. “Kakek merisaukan Long Gege kah? Yakinlah Kek! Long Gege selalu dinaungi keberuntungan, sekalipun Long Gege berada di Hutan Seribu Ilusi.”
“Lagi pula, kenapa Kakek lupa pada nasihat Kakek sendiri? Tidak ada manusia yang akan terus tertawa terhadap lelucon yang sama, kenapa kita harus terus bersedih terhadap kesedihan yang sama? Kakek lupakah?” Hua Mei mengingatkan, tersenyum lembut.
Murong Qiu merasa perkataan dari Hua Mei benar, ikut menyambung. “Iya! Benar, kita tidak tahu kelak, apakah Saudara Gou akan meninggalkan kita untuk selamanya atau akan kembali pada kita, jadi mari kita doakan yang terbaik untuknya!”
Perkataan itu, lebih seperti motivasi untuk diri sendiri, Murong Qiu belum tahu, apakah hatinya mencintai Gou Long atau tidak? Namun rasa hangat setiap kali bersama Gou Long, jelas bisa ia rasakan, entah itu hangat persahabatan ataukah rasa hangat karena cinta.
“Mei ‘er, tidak dapat menutupi perasaan cintanya pada Saudara Gou, bagaimana dengan hatiku sendiri?” batin Murong Qiu.
Menanggapi ucapan kedua gadis itu, Kakek Zhou dengan ringkas menjawab serta mencibir keduanya. “Aih! Kalian ini, yang ada di pikiran kalian hanya Long Gege, Long Gege dan Long Gege!”
“Kakek saat ini tidak mau ambil pusing terhadap nyawa bocah itu, yang Kakek khawatirkan, nyawa banyak manusia di Sekte Naga Langit ini, tidakkah kalian melihat Kakek sedang berusaha menahan amarah?” melepaskan hawa membunuh kuat.
Kakek Zhou melanjutkan ucapannya, “ Ini! Rasakanlah hawa pembunuh Kakek keluar sangat pekat, tidakkah kau mengingat julukan Kakek saat muda? Pendekar Sadis, Ya! Itulah julukan Kakek, Kakek berusaha keras menahan keinginan, untuk tidak memorak-porandakan Biro Penegak hukum.”
Sorot mata Kakek Zhou menjadi lebih terang dan sadis, saat dia berkata-kata dengan intonasi yang menggidikkan.
Hua Mei dan Murong Qiu, bergidik ngeri melihat aura dari Kakek Zhou, lantas Hua Mei berkata, “Aih! Kakek sudah berjanji tidak akan memperlihatkan sisi negatif ini lagi pada kami, tahan amarahmu kek!”
“Long Gege!”
“Long Gege!”
“Entah bagaimana nasibmu saat ini! Kami hanya bisa menunggu kembalinya dirimu, doa terbaik dari kami akan selalu kami curahkan untukmu ...” lanjut Hua Mei.
Semua orang yang hadir di situ, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“Aih! Sudahlah! Mulai hari ini kalian berdua harus berlatih lebih keras, apa yang terjadi pada Long Geqe kalian, harus kalian lupakan!” Kakek Zhou menasihati.
“Delapan bulan lagi akan ada pemilihan dan penomoran ulang urutan murid-murid terkuat Sekte Naga Langit.”
“Kakek ingin semua yang di bawah bimbingan Kakek, akan ikut bertanding, dan masuk dua puluh besar. Hari ini, kita akan pindah, tinggal di bukit tempat si Bocah Long itu tinggal, dua orang Senior kalian yang tinggal di bukit itu juga harus berpartisipasi.”
“Kakek akan melatih sendiri kalian di sana, huh! Kakek sudah bosan terhadap tingkah para Pengurus Biro lain, murid yang kata mereka elite hanya kosong belaka.” Kakek Zhou mengakhiri unek-unek hati.
“Baik Kakek! Kami akan patuh, berlatih keras,” jawab kedua gadis tersebut serentak.
Sejak saat itu, mereka tinggal di bukit yang menjadi tempat Gou Long tinggal, kehadiran mereka disambut gembira oleh Ye Xuan dan He Fei.
Kakek Zhou mendirikan sebuah rumah baru di bukit itu. Selama proses pembangunan rumah baru, yang paling apes adalah Ye Xuan.
Karena tenaga dalamnya disegel, dan sedang menjalani hukuman sebagai petugas rumah tangga sekte, panggilan, “Kacung!” melekat pada Ye Xuan. Panggilan yang kurang disukainya, tapi mau bagaimana lagi? Ye Xuan hanya bisa pasrah diledek saudara perguruan.
Walaupun demikian dia tetap bekerja dan berlatih rajin, kehidupannya benar-benar seperti manusia biasa, hanya mengandalkan otot-otot tubuh. Kesempatan ini, digunakan Ye Xuan untuk terus melatih kekuatan fisik.
Menanti kembalinya Gou Long, serta mempersiapkan diri untuk kompetisi sekte, mereka terus berlatih giat. Di bawah bimbingan langsung Penatua Zhou, keempat murid di bukit tersebut memperoleh kemajuan pesat.
Dua bulan telah berlalu, dalam hati setiap orang yang tinggal di bukit ini penuh dengan harap-harap cemas menanti kepulangan Gou Long, tapi yang dinanti tak kunjung tampak batang hidungnya.
Namun demikian, sedikit nasehat dan penjelasan dari Penatua Zhou, kecemasan dalam hati setiap orang terhapus lah sudah.
Masing-masing dari mereka, memiliki ke tujuan baru, memperkuat diri untuk kompetisi sekte, yang akan dilaksanakan enam bulan ke depan. Apalagi, usaha keras mereka selama dua bulan ini, sudah terlihat hasilnya.
Saat itu, Hua Mei telah menerobos ke Ranah Bumi Tahap Awal, Murong Qiu sudah berada di Ranah Bumi Tahap Menengah, dan kedua senior perguruan mereka, hanya memerlukan kesempatan yang tepat untuk bisa menembus Ranah Langit.
Terima kasih ini saah satu novel yang baik.
/Facepalm/