Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke Desa
Keesokan harinya.
Perkataan Tuan Asher benar-benar tidak main-main. Tuan Asher benar-benar membawa Kirana pergi ke Desa Kuningan pagi ini. Awalnya Kirana sempat menolak dan memberontak karena tidak ingin dibawa ke Desa, tetapi Tuan Asher memaksanya dan menyeretnya masuk ke dalam mobil secara paksa yang membuat Kirana pun tak bisa berbuat apa-apa.
Mau tidak mau, Kirana harus meninggalkan kota Jakarta dan memulai hidup baru di Desa Kuningan untuk sementara waktu. Hukuman yang didapatkan Kirana ini benar-benar membuat gadis itu terpuruk dan sedih.
Empat jam berlalu. Akhirnya mobil yang mereka tumpangi itu tiba di Desa Kuningan. Kirana menatap sekelilingnya melalui jendela mobil. Betapa kagumnya Kirana ketika melihat kanan dan kirinya ada sawah yang sangat-sangat luas, serta beberapa pegunungan yang menjadi latar sawah tersebut. Ini kali pertamanya dalam hidup Kirana, ia dapat melihat pemandangan seindah itu. Bagaimana tidak? Di kota Jakarta sama sekali tidak ada sawah dan pegunungan tinggi, yang ada hanyalah gedung-gedung tinggi dan asap-asap kendaraan yang mengepul di mana-mana.
Berbeda dengan desa Kuningan ini. Udaranya begitu sangat sejuk dan segar. Kirana dapat merasakan tubuhnya langsung segar ketika menghirup udara di desa tersebut. Kirana baru tahu bahwa Desa Kuningan akan seindah itu.
Beberapa menit kemudian. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di suatu tempat.
"Udah sampai, Yah?" tanya Kirana.
Tuan Asher menganggukan kepalanya. "Ayo turun!" Tanpa banyak bicara, Tuan Asher dan Kirana segera keluar dari dalam mobil. Kirana pun langsung tercengang dengan kagum ketika melihat ada rumah besar yang sedang berdiri kokoh di hadapannya. Rumah besar itu memang terbuat dari kayu, namun ukuran dan kemewahannya tidak main-main.
"I--Ini rumah siapa, Yah?" tanya Kirana dengan mulut yang menganga karena terlalu kagum.
"Ini rumah teman, Ayah! Ayo, masuk!" Tuan Asher segera menarik tangan Kirana, lalu mulai berjalan memasuki pekarangan rumah tersebut.
Tok ... Tok ... Tok ...
Tuan Asher mengetuk pintu. Tak butuh waktu lama, seorang pria paruh baya segera membukakan pintu untuk mereka.
"Asher? Lama kita tidak berjumpa!" Tuan Raja langsung memeluk Tuan Asher — Sahabat dekatnya.
"Raja, aku ingin—"
Belum sempat Tuan Asher menyelesaikan perkataannya. Tuan Raja langsung menarik Asher masuk ke dalam rumah itu. Sedangkan Kirana hanya bisa terdiam lalu mengikuti mereka dari belakang. Lagi dan lagi Kirana dibuat kagum dengan isi di dalam rumah tersebut yang nampak jauh lebih mewah dari pada dilihat dari luar.
"Duduklah!" titah Tuan Raja. Tuan Asher dan Kirana pun segera duduk di sofa yang empuk itu. Sedangkan Tuan Raja duduk di kursi kebesarannya.
"Aku tahu kedatanganmu ke sini karena ingin menitipkan putrimu kan?" tebak Tuan Raja yang membuat Tuan Asher langsung menghembuskan nafasnya secara panjang, lalu menganggukan kepalanya dengan pelan.
"Kau tenang saja, Asher. Putrimu pasti akan aman bersama kami di sini!" ujar Tuan Raja.
"Aku percaya padamu, Raja. Semoga saja dengan Kirana tinggal di sini kenakalannya bisa menghilang!"
Tuan Raja dan Tuan Asher lanjut mengobrol. Sedangkan Kirana hanya bisa terdiam di tempatnya sembari menyimak pembicaraan kedua pria paruh baya itu.
Beberapa menit kemudian.
Nyonya Amira — Istri Tuan Raja, datang membawa minuman hangat dan cemilan. Minuman hangat dan cemilan itu segera di letakkan di atas meja.
"Wah ... ini putri kamu, Asher?" tanya Nyonya Amira ketika melihat Kirana.
Tuan Asher segera menganggukkan kepalanya. "Iya, Ami. Itu putriku. Dia akan tinggal di sini untuk sementara. Boleh kan?"
"Tentu boleh, dong!" ucap Nyonya Amira sembari tersenyum. Nyonya Amira segera mendekati Kirana. "Ayo ikut Tante, Sayang. Biar Tante tunjukkan di mana kamar kamu berada," ujar Nyonya Amira yang langsung menarik tangan Kirana untuk pergi dari sana. Entah ke mana Nyonya Amira akan membawa Kirana pergi, yang pastinya Kirana hanya bisa pasrah ketika ditarik.
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.