" aku takut untuk kembali patah setelah jatuh hati " ---
Ziva gadis cantik yang batal menikah karena suatu hal yang tak jelas. Lelaki yang ia percaya itu pergi meninggakkan dirinya sebelum hari pernikahan mereka dilangsungkan. menghancurkan segala mimpi setelah sekian lama di bangun bersama. Segala kesakitan itu membuat ziva sulit untuk kembali menjalin hubungan yang baru . Hingga kehadiran seorang lelaki aneh yang memberi warna baru dalam hidupnya. Namun banyak rahasia yang tersembunyi di balik kemunculannya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Riski, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Ambang Batas
" Gabriel kecelakaan "
Tak butuh waktu lama , setelah mendapat kabar buruk itu ia langsung menuju ke rumah sakit meski sebelumnya ia baru keluar beberapa jam lalu dari tempat yang cukup membosankan untuknya.
Langkah kakinya terpontang panting tak seimbang , bagaimana tidak ia terlihat gusar memikirkan lelaki itu .
Sosok yang membuatnya sering kali bertanya , mengapa ia merasa mengenalnya lebih dari pada pertemuan waktu itu .
Ia paham betul dengan hatinya , mana mungkin rasa ini bertumbuh begitu dalam jika kebersamaan mereka hanya sebatas itu saja . Sesekali memegang kepalanya yang berdenyut cukup hebat bersamaan dengan ia yang memaksa untuk mengingat banyak hal yang bersembunyi selama ini.
" Kak .. " ziva memeluk lyona yang berdiri di depan pintu rawat ziva bersama Rafael di sampingnya.
Wanita cantik itu menangis terisak-isak hingga menyebabkan bahunya terlihat naik turun . Air matanya kini membasahi dress yang di kenakan oleh lyona .
Lyona menenangkannya . Memeluk hangat wanita yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri .
"Tenanglah..jangan seperti ini ziva" Mengusap lembut kepala wanita yang sangat di cintai adiknya . Meski hubungan mereka sempat menjadi sebuah kesalahan .
Namun bukankah cinta tak pernah salah ? Karena kita tak bisa memilih pada siapa kita melabuhkan hati . ini bukan hal yang bisa di paksakan .
" Bagaimana kondisi Gabriel ? " Ziva melepaskan pelukan , mendongak menatap kedua pasangan itu . Tak ada jawaban . Lyona hanya mengangkat bahu pelan .
Namun mereka menoleh ketika ruang ICU itu terbuka mendapati presensi dokter Joen berdiri di ambang pintu.
" Adik saya baik baik saja kan dok? "
Dokter Joen hanya tersenyum tipis . Sangat tipis . Entah pertanda apa itu . Ziva terasa nyeri dan tak ingin mendengar penjelasan. Ia terlalu takut jika ini lebih buruk dari dugaannya.
" kondisi jantungnya sangat lemah , ia kehilangan banyak darah . Dan saya tidak tahu sampai kapan ia akan tetap bertahan. Sepertinya Ini kecelakaan kedua bagi Gabriel , saya melihat bekas operasi pada tulang kakinya . Dan sekarang kondisi badannya bahkan tak sekuat dulu.. "
"Degh!!"
" Kecelakaan kedua? "Tanya ziva dalam hati . Namun ia tak ingin banyak berbicara . Hanya terdiam mendengar saja.
" Kini hanya bisa berdoa dan menunggu kapan pasien akan sadar .. "
Rasanya ziva ingin tersungkur kelantai . Kendati ia merasakan sesuatu yang teramat besar menerjang tubuh mungilnya. Lyona merengkuh tubuh ziva seakan menguatkannya . Ia paham wanita itu sedari tadi tengah menahan kakinya agar tetap berdiri tegak.
Ia duduk di samping ranjang Gabriel , menatap sendu kearah lelaki yang terbaring tak berdaya dengan bantuan oksigen berada di hidungnya. alat bantu jantung yang melingkar pada bidang dadanya . Ia sempat melirik bunyi jantung Gabriel yang begitu lemah . Pasalnya Alat monitor detak jantung itu bergerak lambat .
Ziva meraih lengan Gabriel dan memeluknya . Ia tak hentinya mengeluarkan liquid bening dari pelopak matanya yang kini begitu sayu . Seakan tak mampu membukanya lebar lebar .
Entah rasa apa ini . Kenapa begitu rapuh melihat Gabriel berbaring tak berdaya di hadapannya?
" Ku mohon buka matamu " menggenggam tangan Gabriel , berharap lelaki itu mendengarkannya .
" Lelaki aneh, kenapa menjadi seperti ini. Aku tidak menyangka kau bisa selemah ini ... Gilaa.." ia mengutuk lelaki di hadapannya . Berharap bisa beradu mulut dengannya. Tapi lihatlah , lelaki itu bahkan tak mampu membuka matanya.
" Siapa sebenarnya kamu Gabriel? Kenapa kau datang dengan banyak cerita yang belum berhasil tersampaikan padaku " ia membenamkan wajahnya pada lengan Gabriel . Bahunya seakan meluruh tak mampu untuk berdiri tegap .
" Tuhan , bisakah kau mengabulkan pintaku kali ini . Ku mohon jangan ambil nyawanya . Meski aku tak tahu apakah nanti ia akan bersama denganku . Tapi rasanya sakit sekali jika melihatnya seperti ini . " Doa yang terpanjat dalam hati . Ia terus menenggelamkan wajahnya di antara lengan Gabriel . Berharap setelah terbangun lelaki itu telah mengusap kepalanya.
" Siapa wanita itu ? " Iren menatap dari celah kaca pintu ICU . Mendapati seorang wanita berambut sebahu menelungkup tangannya pada putranya.
" Gadis yang di cintai Gabriel .. " ucap lyona sembari melihat kearah kedua orangtuanya tajam .
" Dimana Tasya , mengapa gadis itu tidak datang ? Kau tidak menghubunginya ? " Iren mengalihkan pandangannya , menatap sekitar . Ia mencari keberadaan Tasya .
" Wanita pilihan kalian itu lebih memilih untuk terbang ke Amerika mengikuti pemotretan kelas internasional seperti mimpinya.
Padahal jika memang ia mencintai Gabriel , aku rasa ia bisa mengurungkan niatnya untuk tetap berangkat. " lyona memberikan senyum getir dengan nada bicara seolah sedang menikam tanpa menyentuh.
" By the why , kalian akan kaget melihat wanita di dalam .. " lanjut nya lagi.
Anton dan iren saling toleh , mereka sedikit bingung dengan putrinya . sedangkan Rafael , ia hanya mengikuti permainan dari lyona . Entah itu permainan atau hanya sindiran kecil saja.
" Apa maksudmu nak ? " Kali ini Anton bersuara . Sedikit berat namun nadanya tak terkesan tengah marah .
" Aku yakin kalian akan paham nanti " lagi lagi iren dan Anton hanya mendelik tak mengerti .
" Biarkan gadis itu yang menjaga Gabriel , aku yakin semua akan baik baik saja. Sebaiknya kalian pulang saja , lagi pula ruang ICU tidak boleh banyak orang di dalamnya " lyona menatap kearah kedua orangtuanya . Ia tahu mengapa Gabriel menjadi seperti ini . Adiknya sempat mengirim pesan bahwa ia akan segera menikahi Tasya . Dan jelas ia tidak menyetujui itu .
" Kenapa kau seperti nya marah pada kami? " Iren menatap anak sulungnya. Lyona hanya tertawa pelan . Tapi bukan berisi bahagia , ini lebih dari kata sindiran pedas yang mampu menusuk. Tawanya terasa sangat dingin . Atmosfer di sekitar ruangan seakan mempersulit iren dan Anton untuk menghembuskab nafas mereka .
" Kau masih bertanya mama? Tidakkah kalian menyadari , Gabriel menjadi seperti ini setelah keputusan nya ingin menikah dengan Tasya . " Lyona melipat tangan kedadanya.
" Tapi kami tidak memaksanya lagi , Gabriel sendiri yang memutuskannya.. " Anton mulai angkat bicara , ia membela iren . Tapi bukankah memang kenyataannya seperti itu . Gabriel sendiri yang mau pernikahan itu tetap di laksanakan.
Lyona terdiam . Ia bingung untuk bersikap seperti apa . Nyatanya kedua orang tuanya telah banyak berubah . Meski masih terbesit rasa benci yang sulit untuk hilang dari dirinya.
" Sebaiknya kita pulang saja , besok kita kembali .. " Anton merangkul istrinya . Ia tahu anak anaknya masih kecewa pada mereka . Setidaknya ia ingin mengubah suasana di antara mereka sedikit lebih melunak.
Kedua orangtuanya kini pergi meninggalkan rumah sakit . Sementara lyona acuh , ia duduk di kursi tepat depan ruang ICU .
" Kenapa kamu masih belum bisa memaafkan mereka ? " Rafael melirik kearah lyona yang menyandarkan dirinya pada senderan kursi.
Lyona hanya bergedik tidak tahu.
" Apa kau menyesal menikah denganku? " Suara itu terasa berat . Lyona menoleh , ia melihat kedua bola mata Rafael menatapnya nanar.
" Kenapa kau berbicara seperti itu? "
" Terus apa yang perlu aku katakan? Bukankah pernikahan kita terjadi karena paksaan dari orang tuamu ? Dan ancaman akan membunuh kekasihmu dulu? "
Lyona tertunduk . Memejamkan matanya berharap kejadian beberapa tahun silam tak terjadi .
" Aku sudah mencoba menerimamu. Tapi aku tidak bisa melupakan semua perlakuan orang tuaku " lyona tersenyum getir .