6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 18 - Fokus Pada Bibirnya
Getar ponsel di saku jas Adrian sedikit mengusir sepi di tangga darurat tersebut.
Tanpa mengalihkan pandanganya dari Ansara, Adrian mengambil ponselnya dan melihat Siapa yang menghubungi. Ternyata ayah Gionino.
"Halo Yah," jawab Adrian, satu tangannya memegang ponsel di telinga. Satu tangan yang lain menarik tangan Ansara untuk melanjutkan langkah mereka yang terjeda.
Di genggam dengan begitu erat seperti ini membuat Ansara gelagapan, apalagi secara perlahan Adrian membuat tangan mereka saling bertautan.
Ansara menurut tanpa ada protes sedikitpun. Mereka akhirnya menuruni anak tangga itu berdua, dengan Adrian yang masih menerima telepon dari sang ayah.
"Ayah sudah melihatmu di acara pertemuan hari ini, kamu benar-benar hebat Nak," ucap ayah Gionino, yang selalu menunjukkan rasa bangganya dengan terang-terangan.
Acara kali ini memang disiarkan secara langsung pada salah satu saluran televisi, ayah Gionino, ibu Aruni dan bahkan Naura sama-sama menyaksikan pidato Adrian.
"Satu tahun ini kamu benar-benar membuat Ayah bangga," ucap Gionino lagi.
"Papa kelen, calam buat Tante Angca!" celetuk Naura pula, ikut bicara meski tidak diajak. Namun berhasil membuat Adrian tersenyum kecil.
"Sayang, jika ayah sedang bicara jangan diganggu," ucap ibu Aruni, suaranya yang lembut mampu pula di dengar oleh Adrian di ujung sana.
"Iya Bu," jawab Naura patuh, sementara ibu Aruni hanya bertanya-tanya di dalam hati siapa Tante Angca itu. Menebak mungkinkah salah satu karyawan di perusahaan.
"Jika sempat nanti pulanglah, kita makan malam bersama," pinta ayah Gionino pula.
"Iya Ayah, aku usahakan untuk pulang," jawab Adrian, lalu menoleh pada Ansara yang berjalan di sampingnya. Menuruni banyak anak tangga di tempat ini, satu per satu secara perlahan.
Di belakang sang ayah sebenarnya selama ini Adrian memiliki banyak tekanan dari kedua pamannya. Di remehkan dan dianggap tak mampu memimpin perusahaan besar tersebut.
Adrian menyembunyikan semuanya demi membuat keluarga besar nampak baik-baik saja, dia selalu mengatakan bahwa ingin membanggakan sang ayah. Padahal sebenarnya dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia mampu.
Dulu saat kecil Adrian memang terpisah dari ayahnya, hidup dengan miskin bersama sang ibu. Tapi fakta itu tidak membuatnya tumbuh jadi anak yang bodoh.
Adrian benci sekali jika dia diremehkan karena masa lalunya.
1 tahun bagi Adrian belum cukup untuk membuktikan semuanya, karena itulah dia seperti orang yang gila kerja.
Dan di dunianya yang begitu kusut saat ini, Ansara seperti memberi warna.
Ketika panggilan telepon itu berakhir, Adrian tidak melepaskan genggaman tangan mereka. Terus saling menggenggam sampai tiba di basement.
"Mana kunci mobilnya?" tanya Adrian.
"Kenapa?"
"Biar aku yang mengemudi."
"Kenapa?"
Adrian tak menjawab lagi, tapi menatap Ansara dengan lekat.
"Jangan menatap ku seperti itu, lepas dulu tangannya agar aku bisa megambil kunci mobil di dalam tas," jawab Ansara lirih.
Adrian kemudian melepaskan genggaman tangan mereka dan Ansara segera mengambil kunci mobil.
Kini Adrian yang mengemudi.
Sesaat suasana terasa begitu dingin bagi Ansara, dia mendengar juga apa ucapan Adrian ketika menelpon tadi.
Ansara menebak jika yang menghubungi Adrian adalah ayahnya, lalu sang ayah meminta Adrian untuk pulang.
Jika benar begini berati nanti malam Adrian tidak berada di apartemen.
Namun Ansara hanya mampu menebak-nebak saja, tidak berani untuk menanyakannya secara langsung. Sementara kedua matanya menatap jalanan, melihat Adrian mengemudikan mobil menuju perusahaan.
Saat ini waktu memang masih menunjukkan jam 10 pagi, harusnya mereka berada di acara tadi sampai jam 2 siang. Jadi sekarang Adrian tidak memiliki jadwal apapun.
"Apa yang kamu bicarakan dengan Steven tadi?" tanya Adrian, tiba-tiba membahas tentang hal ini.
"Tuan Steven hanya bertanya bagaimana aku bisa bekerja jadi sekretaris pribadi mu."
"Lalu kamu jawab apa?"
"Aku bisa bekerja di sini sesuai prosedur penerimaan karyawan baru."
"Lain kali tidak perlu bicara panjang lebar."
"Memangnya kenapa sih? tuan Steven kan kolegamu, bukankah aku juga harus menghormatinya."
"Tidak perlu, segala urusan yang menyangkut klien biar diurus Juan."
"Jadi apa yang aku urus? Kamu?" celetuk Ansara tanpa sadar.
"Iya," balas Adrian singkat.
Namun membuat Ansara jadi terdiam, karena merasa lama-lama pekerjaannya jadi ambigu, pikirannya semakin bias.
Padahal Ansara sudah bertekad untuk bekerja secara profesional, tapi karena pembicaraan ini membuatnya kembali bingung.
Sementara Adrian tidak menjelaskan lebih apa maksud jawabannya, sampai mobil yang mereka naiki tiba di basement perusahaan.
"Kenapa diam? masih ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Adrian, mereka tidak langsung turun tapi Adrian kembali membuka pembicaraan.
"Ucapanmu membuatku bingung, bagaimana bisa pekerjaanku adalah mengurus kamu," jawab Ansara dengan suara pelan, sebab sedikit ragu juga untuk membahas tentang hal ini.
Jika tentang mengurus pekerjaan yang ada hubungannya dengan kantor Ansara masih bisa paham, tapi jika yang lain-lain Ansara masih belum yakin. Apa iya seperti itu?
Tapi daripada mati penasaran jadi dia memberanikan diri untuk mengungkapkannya.
"Kenapa bingung? Apa susahnya mengurus aku?"
"Mengurus yang bagaimana? Aku bingung. Kamu kan laki-laki dewasa, kamu bisa mengurus dirimu sendiri," celoteh Ansara, hingga lagi-lagi membuat Adrian hanya fokus pada bibirnya.
Ingin sekali membuat bibir itu diam.
Jadi adik ipar aja serakah sama warisan😏
Kerja yg rajin dan jujur gitu loh biar gak iri terus sama kehidupan dan perusahaan milik Gio😏
Gio lebih pinter dari km dan juga Hendra 😏
jangan sampai mau jadi sekutu om2 lucnat
yg berkepentingan siapa
seenaknya jidat ngatur2 orang
anak bukan