Wanita adalah makhluk paling rumit di dunia. Sangking rumitnya, pikiran, bahkan perkataannya bisa berubah seiring waktu.
Pada ulang tahun pernikahan pertama, Sandra melontarkan candaan ringan, mengatakan bila tak kunjung memiliki anak akan meminta Bastian menikah lagi.
Bastian tak menanggapi candaan Sandra sama sekali, hingga pada akhirnya di tahun ke sepuluh pernikahan. Hal yang tak diinginkan Sandra lantas terjadi. Ternyata, secara diam-diam Bastian menikah siri dengan sekretaris pribadinya bernama Laura dan sekarang tengah berbadan dua.
Apa yang akan dilakukan Sandra? Apa dia akan pergi atau memilih bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Aku Membencimu!
"Benarkah?" Mata Sandra langsung bersinar terang.
"Iya Bu, tadi kenalan saya mengirim semua video dan latar belakang Laura selama ini, tapi dia belum bisa mengetahui siapa pemilik nomor tak di kenal yang mengirim pesan sama Ibu kemarin! Teman saya menebak orang tersebut adalah karyawan di perusahaan Ibu, karena titik terakhir pesan itu masuk di sekitar gedung Kerta Crop," sahut Nana sedikit menggebu-gebu.
Ketika selesai menghajar Laura tadi, kenalan Nana yang memang ahli dalam bagian memata-matai tiba-tiba menghubungi, dan mengirim semua bukti perselingkuhan Bastian dan Laura, dari rekaman video di hotel, apartment Laura, ruangan pribadi Bastian dan latar belakang yang selama ini disembunyikan Laura.
"Tapi Bu, kalau sudah tahu saya harap Ibu tidak usah terkejut ya," sambung Nana dengan raut wajah mulai tampak sedih sekarang.
Sandra mengerutkan dahi sedikit sambil meraba-raba jantungnya yang mulai berdetak kencang sekarang. Sedikit senang sekaligus takut bila kenyataan pahit yang akan dia terima sebentar lagi akan mengoyak-oyak hatinya kembali.
"Untuk apa aku terkejut, bukankah semua sudah jelas, Laura telah merusak hubungan kami. Orang yang memberitahu perselingkuhan Bastian dan Laura di penthouse kemarin nanti saja, yang terpenting dia orang baik yang mau membantuku, sekarang kita masuk ke dalam mobil dan berikan bukti-bukti itu padaku."
Nana mengangguk, lalu bergegas masuk ke mobil bersama Sandra.
"Mana buktinya?" Begitu menjatuhkan bokong di kursi sebelah kemudi, Sandra langsung mengangkat tangan di hadapan Nana.
Dengan wajah murung Nana mengambil flashdisk dan beberapa lembar kertas di dashboard mobil kemudian memberi barang tersebut pada Sandra.
Sandra menarik napas panjang sesaat sebelum membuka lembaran-lembaran bukti yang berada di tangannya sekarang.
"Selama Ibu menunggu gugatan cerai dikabulkan pengadilan. Masalah hutang-hutang Pak Agung bisa diselesaikan jika Ibu mencari investor baru yang mau menikah dengan Ibu nanti dan meminta dia membantu membayar hutang-hutang Pak Agung," kata Nana mulai menyalakan kendaraan.
"Maksudmu aku menikah dengan investor itu? Memangnya ada orang yang mau membayar hutang orang lain. Papaku benar-benar menyusahkan!" Sandra menoleh ke arah Nana sambil mengedipkan mata berulang kali, berharap pendengarannya salah tadi.
"Iya, Ibu hanya menikah kontrak saja, maka dari itu kita berikan tawaran padanya. Tawaran yang menguntungkan kedua belah pihak, lalu buat juga perjanjian pra-nikah, jika perusahaan sudah stabil Ibu dan dia bisa bercerai," kata Nana sesekali melirik ke samping di mana Sandra mulai membuka lembaran kertas di tangan. Kini kendaraan yang mereka tumpangi berjalan perlahan meninggalkan kediaman Agung.
Sandra enggan menyahut. Namun, melalui sorot matanya wanita itu tengah menahan amarah. Baru saja membuka lembaran pertama, mata Sandra tampak menyala. Lalu lembaran selanjutnya mata Sandra mendadak berair.
"Biadab!" umpat Sandra sambil meremas kertas tersebut dengan air mata jatuh perlahan-lahan dari pelupuk mata. "Tunggu aba-aba dariku, upload semua video ini nanti di sosial media dan berikan pada awak media!"
"Baik Bu, sebaiknya Ibu tanyakan langsung pada Pak Bastian nanti," ujar Nana pelan, mengetahui bagaimana perasaan Sandra sekarang.
Sandra tak menyahut lagi. Dia meremas kuat-kuat kertas tersebut sambil memandang ke depan. Fakta yang terkuak membuat Sandra tak dapat lagi membendung air matanya. Cairan bening pun perlahan-lahan membasahi pipinya sekarang.
Nana memutuskan mempercepat laju kendaraan, tak berselang lama, sampailah mereka di kediaman Bastian dan Sandra.
Sandra langsung turun, membanting mobil dengan sangat kuat, mengabaikan sapaan asisten rumah lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Nana bergerak cepat, mengekori Sandra dari belakang.
Sesampainya di dalam, teriakan nyaring Bastian menjadi sambutan pertama Sandra dan Nana.
"Akhirnya kau pulang juga?! Lihat, Nana telah membuat wajah Laura memar-memar," kata Bastian dengan rahang mengeras, sambil melirik sekilas Laura tengah menangis tersedu sedan akibat pukulan Nana tadi.
Sandra tak menyahut. Dia dekati Bastian dan menatap lekat-lekat mata Bastian dengan sangat tajam.
"Ikut aku ke ruang kerja Bas, ini bukan waktunya aku mengurusi istri keduamu itu," ujar Sandra begitu dingin hingga ekspresi Bastian berubah dalam sekejap.
Bastian merasa ada sesuatu yang tidak beres. Secepat kilat Sandra memutus kontak mata kemudian melangkah menuju ruang kerja. Bastian pun berjalan di belakangnya, diikuti Nana mengekori bersama Laura masih terisak pelan.
"Siapa yang menyuruhmu masuk?!" Sesampainya di ruang kerja, Sandra menatap tajam ke arah Laura.
Laura terperanjat.
"San, kau kenapa sih, Laura kan madumu, lagi pula Laura menangis—"
"Diam kau!!!" Sandra cepat-cepat mengalihkan pandangan ke arah Bastian lalu melempar lembaran bukti perselingkuhan tepat di depan wajah Bastian.
"Apa ini?! Jelaskan padaku Bas," kata Sandra.
Bastian tergugu, matanya langsung membola kala melihat foto-foto footage di lantai, di mana dia dan Laura berjalan bersama-sama di suatu tempat.
"Jelaskan padaku Bas! Kenapa kau tega melakukan ini padaku? Kenapa?!" teriak Sandra lagi, suaranya terdengar mulai gemetar dan matanya tampak berkaca kembali.
Nana yang merasa situasi tak baik, lantas menarik tangan Laura untuk keluar. Laura tampak enggan keluar. Namun, dengan sekuat tenaga Nana menyeret Laura dari ruangan, meninggalkan pasangan suami istri itu masih bersitegang.
"Cepat jelaskan padaku! Aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu! Sudah berapa lama kau berselingkuh dariku Bastian! Kenapa kau tega Bastian?! Apa kurangnya aku! Aku selalu menurutimu, bahkan aku tidak berkerja lagi, apa Bastian! Cepat jawab!" Sandra dekati Bastian, menarik kerah kemeja pria itu dengan sangat kuat.
Bastian malah terpaku di tempat dengan mata masih melebar.
"Aku pikir kau berbeda dengan Papaku, tapi kau sama saja seperti Papaku ...." Dada Sandra terasa sangat sesak, seolah-olah ada bongkahan batu besar yang memaksa masuk ke dalam dadanya sekarang.
Perlahan, bulir air mata yang Sandra tahan sejak tadi, akhirnya meluruh lagi. Padahal Bastian sangat tahu betapa sakitnya Sandra ketika orang tuanya berpisah karena orang ketiga.
"Apa benar kau memasukkan Laura ke perusahaanku? LC itu, kau masukkan ke perusahaanku hah?! Apa kau yakin anak di perut Laura adalah anakmu?!" sambung Sandra dengan tangis semakin pecah.
Kini, dada Sandra terlihat kembang kempis, bola mata dan hidungnya pun ikut memerah. Sandra mendadak lemas, perlahan merosot ke bawah. Sandra tertunduk dalam sambil menatap sepatu pantofel Bastian yang masih berdiri di hadapannya.
Hening melanda, Bastian tak kunjung menjawab. Lelaki itu tengah mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan semua yang terjadi. Tangisan Sandra terdengar begitu pilu hingga Bastian pun ikut menitihkan air mata.
"Jelaskan semuanya padaku Bas, kenapa? Kau membuatku kecewa ...." Suara Sandra terdengar mulai parau. Sandra pikir, Laura masuk ke dalam perusahaan karena bantuan seseorang. Namun, ternyata bukan, Bastian sendiri lah yang memasukkan Laura. Di sini, yang salah bukan hanya Laura saja, Bastian yang menjadi dalang. Lelaki itu lah yang mempersilakan Laura untuk masuk. Masuk ke dalam rumah tangga mereka.
"Kau tidak ada kekurangan San, kau sangat mengagumkan di mataku dan aku minta maaf, benar, aku yang memasukkan Laura ke perusahaan, hubungan kami sudah berjalan tiga tahun dan aku yakin anak yang di rahim Laura adalah anakku." Bastian membuka suara pada akhirnya.
"Aku kasihan padanya, waktu itu aku pernah hadir di acara rekan kerjaku tepat di tempat karaoke. Aku bertemu Laura di situ. Laura tiba-tiba pingsan, katanya dia tidak makan selama tiga hari, aku pun meminta HR menerima Laura dan menjadikannya sekretarisku. Siapa sangka aku jatuh cinta padanya San. Dadaku berdebar-debar setiap kali memandangnya. Di tambah lagi Mama juga cepat-cepat menginginkan seorang cucu ya cucu kandung. Saat mendengar Laura mengandung aku sangat senang dan—"
"Cukup! Kau pikir aku tidak mau punya anak! Aku juga ingin punya anak Bas!" teriak Sandra hingga Nana yang berada di luar ruangan ikut menangis juga. Pintu tidak ditutup dengan rapat tadi.
Bastian mendadak diam. Laura yang mendengar tangisan Sandra terlihat biasa saja, malah senang saat mendengar Sandra menangis tersedu sedan.
"Aku juga ingin punya anak, Bas!" jerit Sandra lagi.
Sandra ingin sekali mempunyai anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Selama ini, dokter mengatakan kesehatan reproduksi Bastian dan Sandra baik-baik saja, dan bertahun-tahun lamanya juga, Sandra berusaha mendapatkan anak, dengan tidak melupakan sholat lima waktu, tidak lupa bersedekah setiap hari tanpa sepengetahuan Bastian, diet ketat dan berolahraga, menjalankan program bayi tabung bahkan pergi ke dukun sekali pun pernah, tapi tetap saja semua usahanya gagal total.
Bertahun-tahun pula Sandra kenyang dengan julitan keluarga Bastian dan keluarganya sendiri, sampai-sampai rambut Sandra rontok karena tertekan. Beberapa tahun belakang, Sandra mulai menerima keadaannya, terlebih kehadiran Aldo lebih dari cukup. Sandra pun tak mengira Bastian ternyata ingin mempunyai anak kandung.
"Aku juga ingin punya anak! Siapa yang tidak ingin punya anak! Siapa?!" Sandra pukul-pukul perut ratanya itu, dengan air mata tak henti mengalir sejak tadi.
Melihat respon Sandra, Bastian segera berjongkok dan menangkap kedua pergelangan tangan Sandra. "Hentikan Sandra! Aku minta maaf, ini salahku, salahku, sebentar lagi kau punya anak dari Laura, jangan begini, aku mencintaimu San."
"Jangan sentuh aku! Aku membencimu! Aku mau bercerai darimu!" Sandra menghempas cepat tangan Bastian sambil mendongak dan menatap tajam lelaki di hadapannya.
"San, jangan seperti ini, kau membuat hatiku terluka, tidak apa-apa kau membenciku, tidak apa-apa, aku benar-benar minta maaf San, aku yang salah." Bastian menangkup pipi Sandra kemudian menyatukan kening keduanya.
Sandra tak mendorong Bastian atau pun bereaksi, tengah menangis dengan sorot mata mulai kosong. Lelaki di hadapannya ini adalah tumpuan bagi Sandra. Namun, justru tumpuan itu menusuk-nusuknya dari belakang.
Bastian masih ikut menangis, pipi lelaki itu pun terlihat basah sejak tadi. "Kau tidak akan bisa bercerai dariku, aku mencintaimu San dan hutang-hutang Papamu—"
"Kita akan tetap bercerai! Tunggu surat cerai dariku!Aku akan menemukan solusi untuk membayar hutang-hutang Papaku! Kau pikir kau saja yang kaya hah?! Aku membencimu, aku sangat membencimu Bastian!" teriak Sandra penuh emosional, sambil mendorong kuat dada Bastian dan bangkit berdiri dengan cepat.
madu yg km hadirkn itu pilihanmu bastian....
terima aja klo sandra mundur dri pda brtahan dgnmu.... laki2 g ada otak... hobi selingkuh...
wlopun kau kaya raya..... tpi bukan segalanya....
jgan nyesel y bastian dgn kpergian sandra dri hidupmu.... krna ketidaksetianmu dan jga keegoisanmu.....
mna ada km cinta dgn sandra tpi mmpu mnyakitinya trlalu dlm.... yg ada km itu suami kejam sprti pph sandra.... sama biadabnya sperti binatang.....
selamat bastian sbntar lgi yg km katakn mncintai laura akn trbukti.... mmpukah laura yg km cintai mngisi posisi sandra saat sandra mnjadi mantanmu...
haruskah mnunggu puluhan tahun lgi sandra untuk lepas dri smua pndritaannya??