TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA-DUA
King menatap nanar gadis cantik berambut emas itu. Barusan, lagi dan lagi King dengar jika Glory Alexa Miller, cinta padanya sebagai seorang wanita dan bukan sepupu.
Glory tak pernah suka melihat King menikah bersama Aisha. Lebih tepatnya, Glory tidak ingin berbagi King dengan siapa pun.
King pemuda pertama yang membuat jantung Glory berdebar tak biasa. Sedari kecil Glory selalu bilang ingin menikah dengan King.
Lantas di saat yang sama, anggota keluarga Miller hanya menganggap cita-cita Glory embusan angin yang kemudian berlalu.
"You benar-benar suka Aisha, King?" cecar Glory memastikan. "You menginap di hotel sama Aisha, sementara I kamu tinggal gitu ajah di jalanan!"
"Ada Pak Dicky bukan?" sanggah King.
"I want you!" Glory berteriak. "Sudah berapa kali Glory bilang, Glory mau nikah sama you. Ngapain you nikah sama cewek asing?"
Mencekal kedua bahu gadis itu, King memberhentikan amarah Glory yang memukuli dadanya.
"Dengar Glo. Dari dulu sampai sekarang. Aku ini Abang mu, dan akan tetap seperti itu. We are just brother and sister. Tidak lebih!"
Glory menggeleng. Namun, King tetap pergi ke kamar setelah membuat Glory termenung dan menangis di waktu bersamaan.
Pada Glory, King tak memiliki satu rasa pun yang lebih dari seorang Kakak. Namun pada Aisha, entah mengapa semakin hari bersama semakin King dibuat candu dekat dengannya.
Tiba di kamar, matanya disambut sosok Aisha yang seketika berdiri menatap dirinya secara cemas.
Sepertinya Aisha tahu jika beberapa saat lalu, suaminya mendatangi kamar Glory untuk memberikan ultimatum penolakan.
Setelah Aisha mengatakan kejujuran, tentang siapa yang mengirim pesan dan Glory sempat bicara ingin mengajaknya ke suatu tempat, King yakin Glory sengaja membuat Aisha cemburu.
Beruntung Aisha jujur. Tidak menutup nutupi sikap Glory, karena Aisha orang yang terbuka padanya.
"Kamu tahu dari kapan?"
Aisha jadi ingin tahu kenapa King seakan membiarkan meski Glory tidak menganggap dirinya sepupu melainkan seorang laki-laki.
"Dari kecil dia sering bilang. Tapi aku sendiri nggak pernah anggap ini serius. Aku nggak suka dia kayak yang kamu tuduhkan kemarin, paham?"
Aisha menyengir, lantas peluk suaminya dengan mata yang terpejam dan telinga yang mendengar detak jantung pemuda itu.
"Jadi kamu suka sama aku beneran kan, King?"
King mengangguk membenarkan. "Dan inget ya, Aisha. Aku dan kamu. Seperti Oreo dan susu. Jadi jangan meragu!"
Aisha terkikik di tengah romantis yang dia rasakan barusan. "Bisa nggak sih serius!"
🖋️~
^^^🖋️~^^^
Abrisam Arsakha Dilkash, nama lengkap dari bayi mungil Kak Khaira dan Gus Emyr yang baru lahir satu jam lalu.
Lembut, tampan, dan seorang bangsawan yang dermawan juga senantiasa bahagia, itu harapan Gus Emyr saat memberikan nama pada Gus kecilnya.
Aisha dan King segera datang ke rumah sakit untuk melihat mungilnya Baby Dilkash. Glory dan Flory pun tak kalah penasarannya.
Keluarga besar Aisha telah datang. Tinggal menunggu keluarga besar King yang masih dalam perjalanan pulang menuju Indonesia.
"Masha Allah... Ganteng."
Aisha mengepal kepal tangan geram seperti ingin mencubit pipi bayi tampan yang masih terbaring tenang di balik dinding kaca ruang bayi.
"Mirip aku kan?" King melebar senyum dan memicing mata di depan wajah Aisha. Gadis itu melipat bibir sambil menggeleng.
"Baby Dilkash mirip Pak Lek! Matanya coklat, kayak Pak Lek," sanggah Aisha.
"Besok kalo udah nggak dateng bulan. Kita bikin yang matanya biru ya!" King menyengir meski Aisha tajam saat mengerling.
"Kemarin kamu suka loh, Ning." Aisha mencubit pinggang, dada dan perut King yang bergerak mundur sambil tertawa.
"Kalian apa-apaan sih! Berisik!" Glory menegur ketus. Gadis itu duduk bersidekap menatap tajam keduanya.
Flory yang baru datang, gadis itu berlari menuju kaca di mana bayi Dilkash disimpan dengan baik. "Uaaahhh, cute Baby...," pujinya lirih.
Aisha setuju jika Flory dikatakan cukup berbeda dengan Glory. Cara bicara gadis itu lebih polos dan lembut, Aisha suka hingga mendekatinya dan berdiri di sisinya yang mengamati Baby Dilkash.
King bisa merasakan, jika Aisha lebih nyaman bersama Flory dari pada Glory. Beruntung, Flory cukup friendly dengan siapa pun, Aisha masih memiliki teman ngobrol di rumahnya.
🖋️~
^^^🖋️~^^^
Sah!
Aisha bisa melihat Ummi Zivanna bahagia saat diperistri Om Ray. Untuk yang pertama kalinya Aisha mencium punggung tangan ayah tiri yang sudah menjadi mahramnya.
Namun pada Liam, gadis itu tetap tak mau bersentuhan, mengingat saudara tiri tetap berstatus bukan mahramnya.
Sebab kakak tiri sekalipun bisa menjadi suaminya. Ini karena keduanya tidak memiliki hubungan nasab atau persusuan.
Selesai acara, makan malam menjadi ritual yang wajib dilakukan. Dengan gaya lesehan, Kakek Aisha mengajak para tamunya makan.
Selain itu sunnah, orang yang makan lesehan cenderung lebih menghargai seseorang yang duduk di sisinya. Terbukti, saat ingin berdiri, Flory sampai meminta bantuan Liam karena kakinya kesemutan.
Flory tersenyum seketika pemuda tampan itu menariknya berdiri walau dengan cara yang sangat arogan. "Thank you, jodoh."
Liam tak merespon, pemuda itu mengikuti langkah kaki Aisha yang masuk ke dapur dan mencuci tangan di atas mangkuk wastafel.
Seketika ayunan kakinya berhenti melihat King menyatroni Aisha dengan mengecup pipi gadis itu.
Liam terheran-heran. Dengannya saja, Aisha tidak mau disentuh, lalu kenapa dengan King, Aisha begitu menurut terkesan pasrah?
Lamunan Liam terburai ketika punggungnya ditabrak Flory yang tak sempat mengerem saat mengikuti langkah kakinya. "Kamu ngapain sih suka liatin Aisha sama King?"
Liam melirik tajam Flory yang telah berhasil membuat Aisha dan King memusatkan tatapan padanya. Tak lama, Aisha menepi seketika Liam dan Flory masuk.
Sedang King masih mencuci tangan dengan sabun. Liam menjadi berkesempatan untuk bicara lebih santai.
"Kemarin kalian ke hotel?"
Sontak, King menoleh nyalang pada pemuda yang bicara begitu lirih. Keduanya terdiam saling mempertemukan sorot dari maniknya.
Se-niat itu Liam mencampuri urusan King hingga repot-repot menguntit. "Lo nggak ada kerjaan, selain ngurusin urusan Gue hmm?"
Seringai terbit di sudut bibir Liam. "Gimana kalo Gue sebarin rumor tentang Lo dan Aisha hah? Kayaknya seru."
"Lo ngancem?" Sontak, King menohok kerah kemeja kotak-kotak Liam yang bersembunyi di balik kaos polosnya. "Jangan main-main, Liam!"
"Kiiiiing!" Aisha histeris.
King berhasil menumbangkan Liam dan menindih perut kakak tirinya untuk menghujaninya pukulan. Detik berikutnya Liam yang membalikkan posisi mereka, dan King menerima pukulan Liam.
"Enak banget jadi Lo! Bisa nyari korban baru setelah buat dia menderita!" racau Liam.
"Jangan bahas itu, brengsek!" King tendang perut Liam hingga terhempas darinya.
"Kiiiiing!" Aisha dan Flory histeris bersamaan.
"Apa ini King?" Daddy Axel datang menatap tajam putranya yang tak pernah bisa tenang di atas kakinya.
"Liam!" Papi Ray menyusul dan meraih Liam yang ingin menyerang King kembali. "Sudah!"
Ayah Liam dan King sama-sama mendengus dengan perilaku nakal putranya. Liam dan King, mantan best friends yang berakhir saling serang.
Dulu Liam dan King seperti jari manis dan jari tengah, sebelum kemudian ada pihak ketiga yang merenggangkan keduanya.
Daddy Axel dan Papi Ray sendiri tak tahu apa masalah yang membuat persahabatan dua pemuda yang sama-sama nakal itu pecah.
"Kalian ini kenapa sih?" Aisha menangis melihat luka di bibir suaminya. King masuk ke dalam kamar Aisha setelah dilerai keluarga.
Gadis itu meraih kotak p3k dari tempatnya lantas bertindak secepatnya. Darah di ujung bibir King, Aisha lap dengan kapas steril.
Tertegun, King menatap Aisha. Mendadak, King memiliki ketakutan baru, jika Liam benar benar mau menyebarkan rumor, mereka akan terancam dipisahkan untuk sementara.
Rasanya tidak mungkin kuat kalau harus berjauhan dengan wanita bawel yang satu ini. King sudah terbiasa terbangun di sisi Aisha.
King menarik Aisha untuk dipeluknya. Berada di sisi gadis ini, King tenang. "Ning...."
"Kamu kenapa?" Aisha bertanya polos.
"Kamu percaya kan kalau aku tulus sama kamu, Ning?" tanya King. Anggukan Aisha membuat King merasa lebih lega.
📌Segera up kembali...