[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 Harapan Terakhir: Long Ye Melawan Kegelapan Cucu Kesayangannya
Patriak Sekte Naga Putih, Long Ye, terdiam sembari menatap pemandangan di depannya. Aib terbesar bagi seorang kultivator bukanlah kehilangan kemampuan berkultivasi, melainkan kehilangan sisi kemanusiaannya dan menjadi iblis.
Di sanalah cucu Patriak Sekte, Long Yuan, berdiri dengan kulit hitam keunguan, mata merah menyala, dan tanduk di keningnya.
Ia telah sepenuhnya meninggalkan sisi kemanusiaannya, rela menjadi iblis demi ambisinya.
Long Ye, pria tua dengan mata yang tajam namun bijaksana, diam termenung menatap cucu satu-satunya. Wajahnya yang berkerut menyiratkan keletihan dan kekhawatiran.
Di sisinya berdiri para penatua sekte, mereka adalah sahabat lamanya yang setia, kini memandangnya dengan penuh tanda tanya.
"Patriak, kita telah kehilangan banyak murid. Amukan cucumu, Long Yuan, tak bisa dibiarkan. Kita harus bertindak segera," ujar Penatua Liu Zhang dengan suara berat.
Patriak menghela napas panjang, matanya menatap jauh ke arah langit. "Long Yuan bukan lagi cucu yang kukenal. Kebenciannya telah membutakan hati dan jiwanya."
"Tapi, mengapa ia memilih jalan ini? Mengapa ia memutar punggungnya pada kita? Bukankah semua kebutuhannya terpenuhi di dalam sekte?"
"Ada jurang yang tak pernah bisa kita pahami sepenuhnya," jawab Patriak sembari menundukkan kepala.
Long Ye tahu betul kepribadian cucunya yang tidak diketahui oleh orang lain. Dulu, dia hanyalah anak biasa yang baik hati dan pengertian, hingga kematian kedua orang tuanya akibat serangan Sekte Demonic terjadi.
Itu adalah penyerangan yang juga membunuh Patriak sebelumnya, kakek Liang Fei.
Long Yuan menganggap kematian ayah dan ibunya adalah kesalahan kakeknya karena datang terlambat, padahal bisa saja kedua orang tuanya hidup.
Meskipun ia tidak menunjukkannya secara langsung, Long Ye tahu jika cucunya diam-diam menyimpan kebencian. Selama ini hanya Long Ye yang menganggap Long Yuan sebagai cucu kesayangan.
Aura gelap mulai menyelimuti tubuh Long Yuan, seolah menghancurkan setiap kilatan kenangan manis di masa lalu, masa ketika dirinya masih menjadi manusia.
"Kakek," ucap Long Yuan dengan nada dingin, "satu-satunya cara bagiku untuk mendapatkan keadilan adalah dengan menghancurkan semuanya. Sekte ini, ajaranmu, semuanya adalah belenggu yang harus dipatahkan."
Long Ye menatap cucunya dengan sedikit sedih, "Long Yuan, ini adalah tempat di mana kamu dan keluargamu dibesarkan. Kebencianmu akan menghancurkan jiwa yang masih suci."
Long Yuan tertawa sarkastis, "Suci? Apa artinya suci ketika kebenaran tak bisa ditegakkan? Aku akan membuat mereka menderita, seperti aku yang menderita selama ini ketika harus bersembunyi di balik bayang-bayang masa lalu."
"Tidak setiap luka bisa sembuh dengan amarah," suara Patriak bergetar. "Kau membiarkan iblis dalam dirimu menguasai kedamaian yang tersisa."
Mata Long Yuan menyala, penuh dengan kemarahan yang menggila. "Kau salah, Kakek. Iblis di dalam diriku adalah satu-satunya teman yang memberiku kekuatan."
Penatua Lei Peng bergerak maju, berharap dapat menjangkau hati yang terkhianati itu.
"Long Yuan, kami mencintaimu. Kami ingin menolongmu!"
Seketika, sayatan pedang tak kasat mata melesat, menciptakan badai angin yang menebas tubuh Penatua Lei Peng. Matanya melotot ketika tubuhnya mulai terjatuh menjadi dua.
"Cinta? Pertolongan? Itu hanya ilusi yang kalian ciptakan untuk mengikatku."
"Long Yuan, kau!" Patriak menggantung kata-katanya, matanya memerah dan giginya bergertak karena marah dengan tindakan Long Yuan yang membunuh salah satu penatua.
Kata-kata sudah tidak berlaku, namun Long Ye masih ragu untuk menyerang atau tidak. Sementara Penatua Liu Zhang dan yang lainnya sudah kehabisan kesabaran.
Dengan amarah yang membara, mereka langsung melesat ke arah Long Yuan yang kini tersenyum penuh kesombongan setelah berhasil membunuh salah satu penatua sekte.
Long Yuan melayang di udara, tubuhnya dikelilingi oleh aura gelap yang mengerikan. Senyum dinginnya memprovokasi para penatua yang tersisa, membuat mereka semakin terbakar oleh amarah.
"Keputusan bodoh," ujarnya dengan nada menghina, sebelum mengangkat tangannya.
Sebuah kekuatan besar meletus dari tubuhnya, menghantam para penatua dan memaksa mereka mundur dengan keadaan terluka.
Selama bentrokan itu, Patriak Long Ye menyaksikan dengan hati yang berat. Di satu sisi, ia tahu bahwa tindakan cucunya sudah melampaui batas, namun di sisi lain, dia masih merasa bertanggung jawab atas jalan yang telah dipilih olehnya.
Para penatua melanjutkan serangan mereka, mengerahkan semua keterampilan dan kekuatan yang mereka miliki.
Masing-masing dari mereka pernah menjadi pejuang terkuat sekte dan kini berada di tahap Prajurit alam tingkat 5 hingga tingkat 7, namun di hadapan Long Yuan yang telah berubah menjadi sosok iblis, mereka tampak tidak ada apa apanya.
"Patriak, kita tidak bisa membiarkan ini berlanjut!" seru Penatua Liu Zhang, darahnya mengalir dari luka yang didapatnya. "Dia sudah menjadi iblis sepenuhnya, bukan lagi bagian dari kita!"
Long Ye terdiam sesaat, lalu menghela napas dalam.
"Aku tahu," jawabnya pelan, seolah meyakinkan dirinya sendiri.
Perlahan, dia memanggil tongkat petirnya yang merupakan artefak tua dari masa kejayaan sekte. Senjata kuno yang berada di tingkat Cosmos itu kini bersinar dengan cahaya emas menyilaukan.
Semua orang terdiam, termasuk Long Yuan yang matanya terfokus pada kakeknya.
"Dengan kekuatan ini," Long Ye berbicara dengan suara berat namun mantap, "aku berharap dapat membawamu kembali, Long Yuan. Tapi jika tidak bisa... aku harus menghentikanmu demi kebaikan kita semua."
Keteguhan Patriak Long Ye terpancar jelas. Para penatua yang sudah terluka mundur, memberi ruang bagi Patriak untuk menghadapi cucunya.
Mereka tahu betul bahwa ini adalah pertarungan yang hanya bisa diselesaikan oleh keluarga yang terikat oleh takdir dan garis darah.
Serangan petir yang menggelegar mulai turun dari langit dan menyerang tubuh Long Yuan yang masih melayang di udara.
Long Yuan menghadapi serangan itu dengan penuh tekad. Serangan demi serangan ia tangkis, meskipun setiap benturan menggetarkan jiwa dan raganya.
"Kau bukanlah musuhku, Long Yuan," ujar Long Ye, matanya memancarkan sinar ketulusan. "Kau adalah cucuku, dan meskipun kegelapan telah menguasaimu, aku tidak akan menyerah begitu saja kepadamu."
Pertarungan tersebut berubah menjadi tarian pedih antara kebaikan dan keburukan, cinta dan kebencian.
Di dalam hati Long Ye, masih ada harapan tipis bahwa ada secercah kemanusiaan yang tersisa di dalam diri Long Yuan.
Akhirnya, setelah pertempuran sengit yang menguras tenaga, Long Ye melihat celah. Dalam sekejap, tongkat petirnya menyala dengan cahaya paling kuat yang pernah dilihat.
Dengan satu serangan penuh kasih, energi itu menerjang tubuh Long Yuan, bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk membarikade kegelapan yang menguasainya.
Long Yuan terdiam sejenak, tubuhnya terguncang oleh kekuatan cahaya itu.
Untuk sesaat, kegelapan yang menyelimutinya memudar, menampakkan wajah aslinya.
"Long Yuan," panggil Long Ye dengan suara yang penuh harap.
Dalam detik-detik kebersamaan tersebut, kilatan kemanusiaan muncul di mata Long Yuan. Namun, wajahnya segera berubah; kesedihan dan kesadaran melintasi wajahnya sebelum akhirnya kegelapan kembali menelan dirinya.
"Aku... aku minta maaf, Kakek," ujar Long Yuan, suaranya bergetar dan penuh penyesalan.
Air mata mengalir dari mata keriput Long Ye, tahu bahwa dirinya telah melakukan yang terbaik.
"Kau selalu diterima di rumah ini, Long Yuan. Kapanpun kau siap untuk kembali, kami akan menyambutmu dengan tangan terbuka."
Namun sebelum Long Yuan dapat merespons, kegelapan merenggut dirinya sepenuhnya, meninggalkan pandangan kosong yang kembali mencemarkan aura jahat di sekelilingnya.
Pertarungan belum selesai, dan meskipun cinta seorang kakek telah memberikan kesadaran sesaat, nasib Long Yuan masih terombang-ambing di antara cahaya dan kegelapan yang berperang dalam jiwanya.
...
"Sepertinya ada pesta meriah di atas sana."
Seorang pria paruh baya berpakaian serba hitam menatap ke arah Gunung Tianlong dengan penuh arti.
Gunung Tianlong yang dikenal sangat baik oleh masyarakat sebagai tempat di mana Sekte Naga Putih berada, kini penuh dengan guncangan.
Awan hitam menggulung disertai dengan aura yang tidak menyenangkan. Beberapa saat lalu juga terlihat guntur yang menyambar dengan heboh.
Siapapun yang melihat hal itu tahu jika ada pertarungan antar kultivator hebat di tempat itu.
"Tadinya, aku ingin berkunjung dan membuat beberapa kejahilan kecil di sana, tapi sepertinya sudah ada orang yang mendahuluiku."
Pria paruh baya itu yang ternyata adalah Weizi, pemimpin kelompok pembunuh bayaran Bulan Sabit Merah, tersenyum penuh arti.