Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Transmigrasi
Gilda berusaha bangkit dari tempat tidurnya karena ingin ke kamar mandi. Untung saja ada tongkat di dekat ranjangnya. Dengan langkah yang pelan, Gilda berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi begitu saja, seolah ia sudah lama tinggal di sana.
"Tung.. tunggu dulu," gumam Gilda berhenti setelah melewati wastafel. Gilda berjalan mendekati cermin wastafel.
"Akhh...." pekik Gilda terkejut memegang wajahnya.
"Siapa kamu?" tanya Gilda melihat bayangannya sendiri yang berada di dalam cermin. Gilda menjauh dari cermin dan kembali bercermin lagi untuk memastikannya.
"A.. apa yang terjadi dengan ku.." gumamnya menatap wajahnya di cermin. Seketika Gilda mengingat kembali jika Doris memanggilnya dengan nama Scarlett.
"Scarlett, Wilson, Elizya, kenapa nama itu tidak asing di telinga ku," ucapnya monolog. Kedua matanya seketika membulat.
"Ya, aku ingat. Bukankah nama itu adalah nama tokoh di novel yang ku baca kemarin."
"Sial... apa aku sedang masuk ke dalam novel yang ku baca," kata Gilda seolah tidak percaya.
"Ini seperti transmigrasi," Gilda menatap cermin, mengamati wajahnya. "Apa itu memang terjadi, bukankah itu cerita novel saja," gumamnya. Wajah pemilik tubuh itu hampir mirip dengan wajahnya di dunia nyata. Jika mereka dipertemukan, mungkin orang akan mengira mereka saudara.
"Pantas saja Doris mengatakan jika aku terjatuh dari tangga, bukan kecelakaan mobil." Gilda mengingat adegan dimana Scarlett terjatuh di novel yang dibacanya.
"Dan sialnya aku masuk ke dalam tubuh si antagonis yang kehidupannya akan berakhir tragis," ucapnya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak... tidak.. aku tidak ingin mati untuk kedua kalinya," gumam Gilda ketakutan. Ia mulai membayangkan kecelakaan yang di alaminya yang mengakibatkan dirinya kehilangan nyawanya.
Gilda merosot. Ia menangis membayangkan keadaan kedua orang tuanya. Mereka pasti sangat sedih kehilangan dirinya. Ini semua karena kebodohannya. Harusnya ia bisa berpikir jernih saat itu. Kalau saja ia langsung pulang ke rumah dan mengemudi dengan baik, ia tidak akan kecelakaan.
"Mom... dad...maafkan Gilda," ucap Gilda terisak. Ia tidak akan bertemu lagi dengan kedua orang tuanya.
Tok...tok...tok..
Gilda mendongak mendengar suara pintu yang di ketuk.
"Nona Scarlett... apa Nona sedang di dalam..." ucap Doris membuka pintu.
"Nona... apa anda baik-baik saja," Doris segera membantu Gilda yang sedang berusaha bangun.
"Terima kasih Doris," kata Gilda dengan suara serak. Tidak, mulai sekarang dia menjadi Scarlett.
"Apa yang terjadi Nona, kenapa anda menangis?" tanya Doris.
"Aku hanya sedang merindukan ibu ku Doris," ucap Scarlett.
Doris menatap sendu Scarlett. Ia kasihan melihat Scarlett. Ibunya sudah lama meninggal sejak Scarlett berusia 8 tahun. Dan ayah anak itu menikah lagi dengan seorang janda yang memiliki satu orang putri. Namanya Elizya. Hubungan Scarlett dan ibu tirinya tidak begitu baik. Scarlett berubah sejak ibu tirinya datang ke rumah mereka. Hubungan Scarlett dan ayahnya bahkan menjadi renggang. Scarlett menjadi pembangkang. Ia selalu dibanding-bandingkan dengan saudara tirinya.
Doris memeluk Scarlett. Ia sudah menganggapnya sebagai anaknya. Doris sudah bekerja di rumah keluarga Wilson sejak Scarlett berusia 5 tahun. Doris tahu jika Nona mudanya sebenarnya sangat rapuh. Namun tidak pernah di tunjukkan nya. Doris tidak pernah membenci Scarlett meskipun ia sering bersifat angkuh padanya.
"Nona.. mari saya bantu," ucap Doris membantu Scarlett keluar dari kamar mandi.
"Saya sudah menyiapkan maka malam untuk anda," ucap Doris membawa nampan yang berisi makanan ke meja sofa.
Scarlett yang sudah kelaparan sejak tadi langsung menyantap makan malamnya. Doris yang melihat majikannya makan dengan lahap ikut senang.