Hot Duda Dan Baby Sitter

Hot Duda Dan Baby Sitter

Episode 1

Hujan deras mengguyur kota tanpa ampun, menciptakan genangan air di sepanjang trotoar yang sepi. Langit kelabu menambah kesan muram pada sore itu.

Di bawah payung kecil yang hampir tak mampu menahan curahan air, Kinanti berjalan perlahan. Langkahnya berat, seolah beban di hatinya mempengaruhi setiap gerakan. Matanya sembab, sisa-sisa air mata yang bercampur dengan air hujan membasahi pipinya.

Setiap langkah yang diambil terasa penuh kekecewaan. Hari ini, untuk kesekian kalinya, lamaran pekerjaannya ditolak. Harapan yang sempat menguat kembali pupus, meninggalkan rasa pahit di hatinya.

Dengan kepala tertunduk, ia terus melangkah, memikirkan bagaimana ia akan menjelaskan ini kepada ibunya yang sudah menunggu di rumah.

Di tengah kesedihannya, telinganya menangkap suara tangis yang lemah namun memilukan. Ia menghentikan langkah, menoleh ke arah suara itu.

Di sudut jalan, di bawah pohon yang daunnya hampir tidak bisa melindungi dari hujan, seorang anak laki-laki berdiri sendirian. Tubuh kecilnya bergetar, kedinginan, dengan pakaian yang sudah basah kuyup.

Tanpa berpikir panjang, Kinanti mendekat. Hatinya tergerak oleh pemandangan itu. Dia berjongkok di depan anak itu, mencoba membuat kontak mata.

"Kamu kenapa, sayang?" Tanyanya lembut, suaranya berusaha menenangkan.

Anak laki-laki itu mengangkat wajahnya yang dipenuhi air mata dan hujan. "Aku... aku mencari ayahku, dia tadi ada di sini, tapi aku tidak bisa menemukannya." Ujarnya dengan suara bergetar.

Kinanti merasakan dorongan kuat untuk melindungi bocah ini. Dia meraih tangan kecil yang dingin itu, mencoba memberikan kehangatan.

"Jangan khawatir, kita akan temukan ayahmu. Siapa nama ayahmu?" Tanyanya dengan senyum hangat.

Sebelum anak itu sempat menjawab, suara langkah cepat terdengar mendekat. Seorang pria tinggi, dengan pakaian basah kuyup dan wajah penuh kekhawatiran, berlari ke arah mereka.

Tatapannya langsung tertuju pada anak laki-laki itu. "Kenzo! Syukurlah, kamu di sini!" Serunya sambil meraih anak itu ke dalam pelukannya.

Kinanti berdiri, memberi ruang untuk pertemuan mereka. Pria itu, setelah memastikan anaknya baik-baik saja, menoleh ke arah Kinanti.

"Terima kasih karena sudah menjaga anak saya. Perkenalkan nama saya Julian." Ucapnya dengan nada penuh rasa syukur.

Kinanti hanya tersenyum kecil, mengangguk sopan. "Sama-sama. Saya senang bisa membantu."

"Nama saya Kinanti." Sambungnya.

Julian menatap Kinanti dengan rasa terima kasih. "Senang bertemu denganmu, Kinanti. Aku benar-benar berterima kasih atas bantuanmu."

Kinanti mengangguk dan mengucapkan salam perpisahan setelah memastikan semuanya baik-baik saja. Ia lalu melanjutkan langkahnya di bawah derasnya hujan, namun kali ini, perasaan hangat mengisi hatinya. Pertemuan singkat itu memberinya sedikit hiburan di tengah kekecewaan yang ia rasakan. Hanya ia tidak tahu, bahwa pertemuan ini akan menjadi awal dari kisah yang jauh lebih besar dalam hidupnya.

********

Kinanti akhirnya tiba di rumahnya, tubuhnya masih basah oleh hujan yang mengguyur sepanjang perjalanan. Di ambang pintu, ibunya dan adiknya sudah menunggu dengan penuh harap. Mata mereka berbinar, seolah mengharapkan kabar baik yang akan dibawa oleh Kinanti.

"Bagaimana hasilnya, Kak?" Tanya adiknya dengan nada penuh harap.

Kinanti tersenyum lemah, lalu menggeleng pelan. "Maaf, aku belum diterima." Jawabnya lirih, mencoba menahan rasa kecewa yang kembali menyeruak.

"Tapi aku akan melamar lagi besok. Aku tidak akan menyerah."

Ibunya menghela napas panjang, ada sedikit rasa kecewa yang terpancar di wajahnya. Namun, ia segera menguasai diri dan tersenyum hangat. "Tidak apa-apa, Nak. Yang penting kamu sudah berusaha. Kami tahu kamu sudah melakukan yang terbaik." Ucap ibunya lembut.

Adiknya pun menimpali, "Iya, Kak. Jangan sedih. Kamu pasti bisa mendapat pekerjaan lain. Kami selalu mendukungmu."

Kinanti merasakan kehangatan menyelimuti hatinya. Dukungan dan pengertian dari keluarga membuatnya merasa lebih kuat. Ia bersyukur memiliki ibu dan adik yang selalu mendampinginya, meski dalam situasi sulit.

"Terima kasih, Ibu, Dinda. Aku beruntung memiliki kalian berdua." Katanya dengan suara yang penuh rasa syukur.

Malam itu, meskipun gagal mendapatkan pekerjaan, Kinanti merasa dikuatkan oleh cinta dan dukungan keluarganya. Ia bertekad untuk terus berusaha demi masa depan mereka yang lebih baik.

Terpopuler

Comments

selviana engol

selviana engol

ceritanya sangat seru

2025-01-14

0

selviana engol

selviana engol

ceritanya sangat seru

2025-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!