Sequel
" Semerbak wangi Azalea."
" Cinta Zara."
" Sah."
Satu kata, tapi kata itu bisa berakhir membuatmu bahagia atau sebaliknya.
Zayn Ashraf Damazal akhirnya mengucap janji suci di depan Allah. Tapi mampukah Zayn memenuhi janji itu ketika sebenarnya wanita yang sudah resmi menjadi istrinya bukanlah wanita yang dia cintai?
Cinta memang tidak datang secara instan, butuh waktu dan effort yang sangat besar. Tapi percayalah, takdir Allah akan membawamu mencintai PilihanNya. Pilihan hati yang akan membawa mu menuju surga Allah bersama sama
" Kamu harus tahu bahwa kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang tidak di takdirkan untukmu." _Ali bin Abi Thalib.
" Perempuan perempuan yang baik untuk laki laki yang baik, laki-laki yang baik untuk perempuan perempuan yang baik pula." _ QS.An - Nur 26
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 : Penolakan secara terang terangan
Aretha berdiri menatap ke luar jendela. Beberapa saat lalu, resepsi pernikahan yang mewah telah selesai. Segala upaya dan usaha dia lakukan untuk tetap terlihat bahagia meski sebenarnya hatinya cukup terluka.
Netranya menatap lurus ke depan, cahaya gemerlap dari gedung gedung pencakar langit menjadi pelipur laranya.
Saat resepsi berlangsung, tak sedikitpun Zayn melihat ke arahnya, tidak ada sapaan atau reaksi apapun yang setidak tidaknya bisa membuat Aretha merasa di hargai.
Dan itu terus berlangsung hingga acara usai.
Nanti setelah tiba di depan kamar, keluarlah satu kalimat yang semakin mengukuhkan betapa tidak sukanya Zayn pada Aretha.
" Ini kunci kamarnya, kau masuk dan istirahatlah. Tidak usah menungguku. Aku ada urusan."
Aretha menghela nafas panjang. Zayn meninggalkan nya di kamar hotel sendirian dengan alasan yang tidak masuk di akal.
Lelah dengan keadaan, Aretha memilih beristirahat. Mungkin karena tidurnya yang berantakan setelah berjaga semalaman full di IGD, membuat Aretha langsung tertidur.
Siapa yang akan menyangka, dia yang hanya berencana menghadiri pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi pengantin nya.
Benar kata abi Dzaky, hidup Aretha berubah hanya dalam beberapa jam saja. Pria yang selama ini sudah menetap dan mengambil alih salah satu tempat terluas di hatinya kini sudah berstatus suaminya. Dengan itu, harusnya Aretha sudah bahagia kan?
Tidak. Tidak sama sekali.
Perjalanan panjang yang belum jelas arah tujuannya akan menemani hari harinya yang sudah dia pastikan akan di penuhi luka dan air mata.
Hanya melihat Zayn yang ogah menegurnya, sudah menandakan betapa tidak terimanya pria itu dengan pernikahan yang di paksakan ini.
Ini baru sehari, dan pernikahan itu sudah menyisakan rasa sakit yang teramat dalam. Lalu, bagaimana dengan hari, minggu, bulan dan tahun tahun selanjutnya? Nampaknya, Aretha harus menyiapkan amunisi yang sangat banyak untuk menghadapi gempuran gempuran yang kiranya bisa menghancurkan hati dan jiwanya.
Di tempat berbeda, tepatnya di lantai tertinggi gedung medical invesma, Zayn terlihat mondar mandir sembari memegang ponsel yang baru di belinya beberapa menit lalu.
Tidak berselang lama, telpon genggamnya itu berbunyi.
" Bagaimana?"
" Nona Kanaya meninggalkan Indonesia dengan tujuan London pagi ini tuan. "
Zayn mengepalkan kedua tangannya hingga buku buku jarinya memutih. Raut wajahnya menyiratkan amarah yang sangat besar.
" Apa yang harus saya lakukan selanjutnya tuan? " Tanya Fendi, asisten pribadi Zayn.
" Sudah cukup, terima kasih atas bantuan mu. "
Zayn meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya.
Perilaku agresif kembali dia tunjukkan setelah pagi tadi sempat membanting ponselnya hingga hancur, kali ini Zayn dengan kerasnya memukul dinding hingga tangannya berdarah.
" Sebenarnya apa mau mu Naya! Kalau kau memang tidak ingin menikah denganku, sebaiknya kau katakan saja. Jangan membuat ku seperti orang bodoh." Pekiknya hingga terlihat dengan jelas dadanya yang naik turun di akibatkan sulitnya Zayn mengontrol emosi nya.
Zayn mendekati meja, di bukanya laci dan mengeluarkan dua tiket pesawat di sana. Liburan bulan madu ke Maldives selama satu minggu tinggal kenangan. Zayn merobek tiket pesawat tersebut dan melemparkannya ke angkasa.
Zayn terduduk lemas, ia bersandar di balik meja sambil tertunduk.
Darah menetes mengotori lantai marmer ruang kerjanya.
Zayn terluka. ini adalah cinta pertama nya. Cinta yang dia harapkan akan menjadi cintanya seumur hidup tapi ternyata cintanya itu juga yang membuat nya menderita dengan segala trauma dan kesakitan yang mampu membuatnya depresi.
*
*
Aretha membuka mata tepat di jam tiga dini hari.
Netranya memindai sekeliling. Tidak ada siapapun. Tempat tidur masih rapi sama seperti ketika dia menginjakkan kakinya pertama kali ke dalam hotel mewah tersebut.
" Dia tidak pulang." Gumam Aretha lalu bangkit dari sofa panjang tempatnya melepas lelah.
Dia melangkah ke kamar mandi, membersihkan sedikit tubuhnya yang memang belum sempat dia lakukan sejak tadi. Kelelahan lah yang membuatnya jatuh tertidur.
Sajadah sudah di gelar di atas karpet. Aretha siap melaksanakan shalat malam seperti kebiasaanya. Selesai dengan shalat nya, Aretha membaca ayat Alquran menunggu azan subuh berkumandang.
Pagi menyingsing, Aretha tengah menikmati sepotong sandwich dan segelas susu hangat.
Dia harus memiliki tenaga untuk menghadapi segala ujian hidup yang akan segera di mulai.
Bertepatan dengan habisnya sepotong sandwich milik Aretha, pintu kamar hotel itu terbuka.
Zayn melangkah masuk tanpa menatap Aretha yang sedang berdiri menyambutnya.
" Sudah sarapan? " Tanya Zayn datar sembari mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur.
" Su..sudah dok." Ucap Aretha tergagap.
" Ayo kita pulang." Ajak Zayn kembali berdiri.
" Baik dok. " Aretha ikut berdiri .
" Aku tunggu di loby. " Singkatnya lalu melangkah tegap meninggalkan Aretha yang masih terpaku dan tidak percaya dengan kedatangan Zayn yang tiba tiba.
Aretha sudah yakin jika Zayn tidak akan datang, jadi setelah sarapan, dia berencana ke kampus tanpa Zayn.
Aretha segera mengemasi barang nya.
Tiba di loby, Zayn sudah menunggu di dalam kendaraan mewahnya.
Aretha bingung, mau duduk di depan takut di bilang lancang. Tapi di belakang takut jika Zayn menganggap dirinya di jadikan sopir pribadi.
Zayn menurunkan kaca mobil.
" Apa yang kau tunggu? Naik! "
Aretha jadi panik dan terburu buru hingga tanpa sadar dia membuka pintu belakang dan duduk manis di kursi penumpang.
Zayn melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.
Atmosfer di dalam kendaraan mewah itu sudah layak di masukkan ke dalam kategori the best of south pole. Aretha bahkan sudah kedinginan sesaat setelah dia menutup pintu mobil Zayn.
Sepuluh menit berlalu, situasi masih sama. Aretha tidak berani menyuruh Zayn mengantarkan nya ke kampus. Keheningan dan kesunyian mengiringi perjalanan mereka.
Aretha terlihat mulai gelisah, kampusnya baru saja di lewati Zayn. Ingin menyuruh Zayn berhenti, Aretha tidak punya cukup nyali.
" Kenapa ? Ada sesuatu yang ingin kamu beli?" Tanya Zayn, dari balik kemudi, Zayn bisa melihat kegundahan Aretha.
" Oh... Tidak ada dok." Aretha tertunduk dan menggigit bibirnya karena tidak berani mengutarakan niatnya.
Perjalan kembali di lanjutkan, hingga mereka tiba di rumah mewah Brawijaya.
Aretha berdiri di samping mobil menunggu Zayn keluar.
Zayn masuk di ikuti Aretha yang berjalan di belakangnya.
Umi Aza menyambut kedatangan menantunya.
Zayn mencium tangan umi Aza dengan takzim di susul Aretha.
Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu memeluk Aretha dengan erat.
" Selamat datang nak." Ucapnya lalu menciumi kepala Aretha yang tertutup jilbab panjang.
" Iya umi." Balas Aretha tersenyum manis.
Zara muncul bersama si kembar Safa dan Marwah.
Melihat Aretha yang sedang bersama umi Aza, Marwah seketika berteriak.
" Kakak.."
Aretha mencari sumber suara yang membuatnya kaget setengah mati.
Aretha mengembangkan senyum ketika melihat lawan bermain game nya berlari dan memeluknya.
Umi Aza nampak terkejut.
" Mereka pernah bertemu di mall umi." Zara menjawab rasa penasaran umi Aza.
" Ooo..."
" Hai Retha."
Aretha menatap Zara, ada rasa canggung menghampirinya ketika melihat wanita anggun yang pernah menjadi konsulennya saat masih koas di Brawijaya Hospital itu menyapanya dengan begitu hangat.
" Iya dok."
" Panggilan apa itu." Kata Zara mengernyit." Ini bukan di rumah sakit, sekarang kita sudah jadi keluarga, apa kamu lupa kalau aku sudah pernah mengatakan jangan menggunakan panggilan formal itu saat hanya ada kau dan aku saja."
Aretha tersenyum simpul." Iya mbak, maaf." Tukasnya.
Zayn memilih diam menyaksikan sambutan hangat keluarga nya pada Aretha.
" Aku ke kamar dulu." Kata Zayn lalu berlalu begitu saja meninggalkan umi, Zara dan Aretha.
Tidak ada yang di sembunyikan Zayn, umi Aza bisa melihat dengan jelas bagaimana sikap Zayn yang sedikit kasar. Tapi untuk sementara, umi membiarkan saja. Itu adalah hal wajar. Seorang manusia punya mekanisme pertahanan psikologis. Dan saat ini Zayn berada di tahap menolak fakta dan realita yang sedang dia jalani. Seiring berjalannya waktu, itu akan berubah secara bertahap.
" Susul suamimu." Perintah umi Aza pada Aretha.
...****************...
🤭😍🤩
mudah sekali aslinya zaynnn
tinggalkan gengsi mu
punya kesempatan tium2
nanti jama'ah lagi za mas
5 waktunya setiap hari
lumayan, vitamin 5 kali 😃
halal iniii
😃🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂
" hallo pindah kan barang² nyonya Aretha di kamar utama sekarang "
nahh jadi tiap malam bisa bubu bareng teruss 🤣🤣
kamu tu dah jatuh cinta sama areta