Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akuisisi perusahaan
...Bab 07...
"Perusahaan?" Tanya Rey tidak mengerti.
"Tuan muda. Tuan besar telah memprediksi jauh-jauh hari bahwa hal-hal yang bersangkutan dengan perebutan kekuasaan akan terjadi dalam keluarga Clifford. Semenjak orang tua anda meninggal, hanya anda harapan terakhir tuan besar untuk mengangkat kejayaan keluarga ke tempat yang lebih tinggi. Namun, Tuan besar khawatir bahwa dia akan meninggal sebelum anda sempat dewasa. Dengan begitu, dia secara diam-diam telah mendirikan sebuah perusahaan besar atas nama anda dan mengalokasikan sebagian besar dana di atas nama anda. Ternyata kekhawatiran tuan besar benar-benar terjadi. Saya bersyukur bahwa anda berhasil selamat setelah meninggalkan rumah. Dengan begitu, anda bisa hidup dengan baik dan meneruskan apa yang telah diperjuangkan oleh Tuan besar. Sekarang lah waktunya bagi saya untuk menyampaikan amanat dari tuan besar kepada anda. Dengan begitu, beban berat yang selama ini terasa sangat berat dipundak ku bisa terangkat,"
Pak Marlon berjalan ke kamarnya, kemudian kembali keluar dengan membawa koper berukuran sedang.
Dengan cekatan lelaki tua itu membuka koper tersebut, dan kini di dalam terlihatlah beberapa dokumen kepemilikan.
"Tuan muda. Perusahaan ini atas nama anda, telah beroperasi di berbagai kota dan berskala internasional. Bisa dikatakan, bahwa sumber daya yang dialokasikan oleh tuan besar ke dalam perusahaan ini hampir sepertiga dari kekayaan keluarga Clifford. Keluarga Clifford terlihat baik-baik saja dari luar. Namun, seperti sumur kering, keluarga itu kini sedang berkutat untuk mengisi kekeringan pada kas perusahaan. Beruntung bahwa pondasi keluarga Clifford sangat kuat sehingga mampu bertahan sampai saat ini. Namun, yang saya khawatirkan adalah, ketika Ryden yang memegang kendali, keluarga itu akan direduksi menjadi keluarga kelas dua. Anak itu hanya tau berfoya-foya. Sedikitpun dia tidak kompeten dalam menjalankan roda perusahaan,"
"Pak Marlon. Saya sudah tidak tertarik lagi dengan segala sesuatunya di dalam keluarga. Saya tidak ingin bersaing memperebutkan posisi apapun di dalam keluarga. Saat ini, saya bahagia dengan apa yang saya miliki. Bahkan, saya tidak punya waktu untuk memikirkan tentang hal-hal yang hanya akan menguras energi dan perhatian," ujar Rey dengan bersungguh-sungguh. Mana dia punya waktu untuk memikirkan tentang keluarga Clifford. Baginya, perhatiannya saat ini tertuju pada kedamaian negara. Ketenangan seperti ini membuatnya merasa tidak nyaman. Seolah-olah ada banyak pasang mata yang mengintai Erosia dari kegelapan, menunggu dirinya lalai, sebelum menerkam. Ketenangan ini bagaikan bom waktu yang siap meledak kapanpun. Beruntung dia telah membubarkan pasukan ke berbagai daerah sehingga dia memiliki banyak pasang mata untuk mengawasi keadaan. Dia juga menempatkan ramai pasukannya di perbatasan, berbaur dengan penduduk sekaligus melindungi mereka dari bahaya pihak luar.
"Tuan muda. Ini adalah amanah. Menjadi kepala keluarga di keluarga Clifford juga amanah dari tuan besar. Anda tentu tidak ingin mengecewakan harapan tuan besar bukan?"
Rey tidak bisa mengelak lagi. Menerima amanah seperti ini, dia tidak tau apakah ini berkah atau sebaliknya. Dia ingin menerima, akan tetapi jika dia menerima, maka itu akan menjerat langkahnya. Sebaliknya, jika dia menolak, maka dia akan mengecewakan harapan kakeknya. Benar-benar dilema.
"Tuan muda. Setelah anda menandatangani surat kepemilikan ini, maka perusahaan Sky provider resmi menjadi milik anda,"
Rey mengurut dagunya menandakan bahwa dia sedang berpikir. Tiba-tiba dia teringat akan perbincangan antara dirinya dengan Pangeran.
"Sepertinya ini adalah jalan yang tidak dapat untuk aku hindari. Bukankah pangeran juga menyarankan agar aku belajar untuk menjadi seorang pebisnis. Setidaknya, walaupun bukan aku yang menjalankan perusahaan, tapi dengan adanya perusahaan ini, sedikit bisa membendung invasi besar-besaran dari lawan. Ingin menjajah Erosia melalui ekonomi, mimpi saja," pikirnya dalam hati. Kemudian, tanpa berpikir lagi, dia segera membolak-balik isi dokumen, membacanya dengan perlahan, kemudian membubuhkan tanda tangan nya. Dengan ini, dirinya resmi menjadi pemilik perusahaan Sky provider yang memiliki gurita bisnis antara lain, hotel, real estate, pusat perbelanjaan, hiburan, pertambangan dan masih banyak lagi. Bahkan, dirinya juga menjadi pemegang saham di beberapa perusahaan.
"Selamat, Tuan muda. Sekarang anda menjadi pemilik tunggal dalam perusahaan. Anda juga pemilik tunggal di distrik komersial sky provider. Lahan yang seluas tiga ribu hektar, yang diisi dengan bangunan perkantoran, alun-alun kota, pusat hiburan, pusat perbelanjaan, university, bangunan Villa mewah di Seaside peak, serta lokasi syuting sekaligus area pariwisata. Ini kunci villa anda. Bangunan termewah dan terbesar di Seaside peak," kata Tuan Marlon seraya memberikan kartu kunci kepada Rey. Kemudian pak Marlon juga mengeluarkan sebuah kartu bank berwarna hitam dengan lapisan emas sembari berkata, "Tuan muda. Kartu bank ini adalah kartu yang ditinggalkan oleh mendiang Tuan besar. Ini adalah kartu diamond hitam global yang tidak melebihi seratus unit di seluruh dunia. Tidak ada batas penarikan, dan berlaku di seluruh dunia,"
Rey menerima kartu diamond hitam global yang memiliki logo permata di tengah-tengahnya. Kartu itu terbuat dari serat karbon berkualitas tinggi dengan setiap sudutnya seakan dilapisi emas. Jika dilihat dari sudut pandang lain, maka logo diamond pada kartu tersebut akan dapat berubah warna.
Seumur hidup, baru kali ini Rey melihat kartu seperti itu. Di sakunya ada beberapa kartu hitam pemberian pangeran atas kompensasi perang dari negara lawan. Namun, ketika melihat dan memegang sendiri kartu diamond hitam ini, terasa sekali bahwa kartu pemberian pangeran itu terasa perbedaan kualitasnya.
"Tuan muda. Sekarang anda telah resmi mengemban amanah dari Tuan besar. Dua hari lagi, saya akan mengadakan pertemuan dengan setiap pemimpin cabang, dan akan memperkenalkan anda sebagai boss baru kepada mereka. Setelah itu, saya bisa tenang. Andai mati pun, maka saya akan mati dengan damai," kata Tuan Marlon dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan katakan kematian. Saya sudah menganggap anda seperti kakek sendiri. Selama saya masih hidup, tidak akan ada yang bisa menyakiti orang-orang yang saya cintai,"
"Saya sangat bersyukur bahwa anda masih bisa bertahan sampai sejauh ini. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana anda menjalani hari-hari selama ini. Pasti anda sangat menderita. Akan tetapi, penderitaan anda akan berakhir. Hanya pesan saya, perlu anda ketahui bahwa perusahaan sky provider memang perusahaan berskala internasional. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan perusahaan milik keluarga Clifford, keluarga Green, keluarga Long serta keluarga Patrick, mereka memiliki pondasi yang kuat dan telah bertahan selama lebih dari dua ratus tahun. Oleh karena itu, anda hanya bisa menjaring sebanyak-banyaknya kenalan. Dengan banyaknya koneksi yang anda miliki, secara perlahan anda akan memiliki pondasi yang kokoh. Walaupun tidak bisa dikatakan sekuat empat keluarga besar, tapi jika ingin menghancurkan sky provider pun, kemungkinan mereka harus berpikir seribu kali,"
"Ya. Saya mengerti. Untuk saat ini, kita hanya bisa melakukannya selangkah demi selangkah. Tidak ada yang instan," jawab Rey dengan nada optimis. Dia tau bahwa dunia bisnis pun tidak kalah kejamnya dengan Medan perang. Jika anda terluka di Medan perang dan mengeluarkan banyak darah, dunia bisnis juga bisa membuat anda terluka. Walaupun lukanya tidak berdarah, namun jelas mampu membuat rasa sakit yang bahkan lebih sakit daripada tertembak peluru tajam.
"Lalu, apa rencana anda sekarang, Tuan muda?" Tanya Pak Marlon sekedar ingin tahu.
"Pulang, lalu tidur," jawab Rey santai.
"Tuan muda. Saya hampir lupa," kata Tuan Marlon membuat Rey mengatubkan bibirnya. Kemudian dengan tatapannya, dia mengisyaratkan agar Tuan Marlon segera menceritakan tentang kata-katanya tadi yang sempat terputus.
"Ini.., masalah kontrak pernikahan anda dengan Nona Magdalena Brownson. Gadis yang sejak dulu selalu menguntit dibelakang anda. Saya ingin mengatakan kepada anda untuk jangan merasa sakit hati. Bagaimanapun, jodoh itu bukan kita yang menentukan,"
"Maksudnya?" Tanya Rey lagi.
"Selepas kepergian anda, keluarga Brownson mendatangi kediaman Keluarga Clifford dan memutuskan pertunangan secara sepihak. Mereka beranggapan bahwa anda sudah tidak memiliki masa depan lagi. Saya berharap, anda tidak terlalu memasukkannya ke dalam hati," ujar Tuan Marlon mencoba membujuk agar Rey tidak merasa berkecil hati.
"Hahaha. Masalah kontrak pernikahan antara aku dan Magdalena? Lupakan saja. Aku juga tidak terlalu memusingkannya. Putus ya putus. Mau apa lagi?" Ujar Rey sambil mengibaskan tangannya pertanda bahwa dia memang tidak ambil pusing tentang masalah tersebut.
Tuan Marlon menarik nafas lega. Tadinya dia khawatir Rey akan tersinggung, kemudian menargetkan keluarga Brownson. Maka, akan bertambah satu musuh lagi.
"Kataku tetap sama. Bertindak setahap demi setahap. Aku akan menyelidiki apa sebenarnya yang terjadi dalam keluarga Clifford. Termasuk kemana hilangnya ayah dan ibu ku. Jika mati, di mana kuburnya, jika hidup, di mana orangnya?"
Setelah dia berbasa-basi sejenak, dan saling bertukar informasi kontak, kemudian dia pun permisi untuk pergi meninggalkan presiden suite yang ditempati oleh pak Marlon.
Pak Marlon mengangguk setuju, dan berniat untuk mengantar Rey keluar dari hotel. Akan tetapi yang membuatnya terperangah dan nyaris mati berdiri adalah, ketika dia ingin menuju pintu, Rey malah mencegahnya, lalu segera melompat turun dari balkon.
Pak Marlon gugup dan terperangah beberapa saat sebelum dia berlari ke arah pinggiran balkon, kemudian meninjau ke bawah.
Menjenggukkan kepalanya ke bawah, dia sudah melihat Rey menapaki aspal, dan berjalan dengan santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Apakah dia masih manusia?" Pikir pak Marlon dalam hati seraya mengusap-usap kedua matanya seakan-akan tidak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan.
Pak Marlon mendesah panjang, kemudian menutup pintu, lalu segera melangkah ke kamar dengan perasaan masih diliputi ketidakpercayaan.
"Monster," katanya dalam hati.