Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Kondisi Nina Menurun
Bisma benar-benar sangat emosi dengan kelakuan Nadira. "Pantas saja dari kemarin dia tidak mengangkat teleponku," gumam Bisma.
Bisma berjalan dengan cepat, hingga tidak sengaja dia mendengar obrolan karyawannya sendiri dan Bisma berusaha sembunyi biar bisa menguping. "Kamu tahu tidak, sekretaris Pak Bisma si Nina yang bagian pemasaran itu," seru karyawan satu.
"Tahu, kenapa memangnya?" tanya karyawan dua.
"Kemarin aku tidak sengaja melihat dia dimarahi sama Mama dan tunangannya Pak Bisma."
"Hah, serius kamu? memangnya kenapa dia dimarahi?" tanya karyawan dua.
"Yang aku dengar, si Nina itu suka menggoda Pak Bisma jadi tunangannya marah besar," sahut karyawan satu.
"Idih, gak nyangka ya, padahal selama ini aku kira dia baik karena gak pernah neko-neko orangnya, ternyata dia pelakor juga," sinis karyawan dua.
"Iya, dan tadi aku dengar kalau kemarin Papanya meninggal mungkin itu karna ya, karena sudah merebut milik orang," ucap karyawan satu.
Bisma membelalakkan matanya, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. "Om Indra meninggal," batin Bisma tidak percaya.
Tanpa menunggu lama, dia pun berlari menuju mobilnya. "Bisma kamu mau ke mana?" teriak Nadira.
Bisma tidak mendengarkan teriakan Nadira, dia segera melajukan mobilnya menuju rumah Nina. "Kenapa kamu tidak bilang jika Papa kamu meninggal," kesal Bisma.
Bisma sangat kesal kepada Nina karena tidak memberitahu dirinya. Sedangkan Nina saat ini sudah pamitan kepada Mamanya untuk berangkat kerja padahal dia ingin mencari pekerjaan. "Ayo bareng sama kakak," ajak Nino.
"Tidak Kak, kakak duluan saja soalnya aku mau bertemu klien hari ini dan sedang menunggu jemputan dari kantor," dusta Nina.
"Ya sudah kalau begitu kakak berangkat duluan."
"Oke, kakak hati-hati-hati," seru Nina.
"Iya, kamu juga hati-hati jangan lupa minum obatnya," sahut Nino.
Nina tersenyum sembari mengacungkan jempolnya. Nino pun pergi meninggalkan Nina, sedangkan Nina menghela napasnya. Dia benar-benar takut ketahuan, dia tidak mau menyusahkan kakaknya terus.
"Aku harus semangat," batin Nina.
Nina pun memesan taksi online, setelah datang Nina segera pergi menuju perusahaan yang mau dia datangi. Pada saat taksi Nina pergi, bersamaan dengan mobil Bisma yang sampai di rumah Nina. Bisma memperhatikan rumah sederhana itu dan terlihat sangat sepi.
"Apa yang harus aku katakan jika Nina bertanya kepadaku?" batin Bisma.
Bisma pun keluar dari dalam mobilnya, dia masih berdiri di depan rumah Nina. Dia masih ragu antara masuk dan tidak, karena dia takut Nina justru malah marah dan mengusirnya. "Kayanya aku pergi saja, pasti Nina akan marah jika tahu aku berada di sini," batin Bisma.
Bisma hendak membuka pintu mobilnya, namun tiba-tiba Venna keluar dan melihat Bisma di depan rumahnya. "Nak Bisma," seru Mama Venna.
"Tante."
"Ada apa? Pagi-pagi ke sini? Nina sudah berangkat, baru saja," ucap Mama Venna dengan wajah pucatnya.
Bisma terdiam sejenak. "Nina ke mana? bukanya kemarin Nadira dan Mommy sudah mengusirnya dari kantor. Justru aku datang ke sini niatnya mau bawa Nina kembali ke kantor," batin Bisma bingung.
"Loh, kok malah melamun?" tanya Mama Venna kembali.
Bisma tersentak kaget. "Ah, anu Tante, aku hanya ingin melayat saja. Aku dengar Om Indra meninggal," sahut Bisma.
"Yuk, masuk dulu Nak. Jangan ngobrol di luar rumah gak sopan," ajak Mama Venna.
Bisma pun akhirnya masuk mengikuti Venna. "Mau minum apa, Nak? biar Tante bikinin," ucap Mama Venna.
"Tidak usah Tante, sini duduk saja," sahut Bisma menepuk tempat kosong di sampingnya.
Venna duduk di samping Bisma. Bisma menatap wajah Venna, hatinya sangat sakit melihat wajah pucat dan penuh dengan kesedihan itu. "Maaf Tante, Bisma baru tahu lagipula kemarin Bisma ada di luar kota," ucap Bisma penuh dengan sesal.
"Tidak apa-apa Nak," sahut Mama Venna.
"Tante, boleh aku tanya sesuatu?" ucap Bisma ragu-ragu.
"Mau tanya apa?"
"Kenapa Tante dan sekeluarga pindah rumah? terus kenapa perusahaan Om Indra bisa bangkrut?" tanya Bisma penasaran.
Venna bingung harus jawab apa, dia sudah janji jika mereka tidak akan memberitahukan penyakit Nina kepada Bisma. Nina sangat melarang dirinya dan Nino untuk menceritakan penyakit yang sedang di deritanya. "Aduh, kok tiba-tiba kepala Tante pusing, Bisma," keluh Mama Venna dengan memegang kepalanya.
"Tante kenapa? ya, sudah Tante istirahat saja," seru Bisma panik.
Bisma memapah Venna masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuh Venna di atas tempat tidur. "Apa Tante ada obat? di mana? biar aku ambilkan untuk Tante," ucap Bisma.
"Tidak Nak, Tante hanya butuh istirahat saja. Setelah tidur sebentar, pasti pusingnya hilang," sahut Mama Venna.
"Maaf ya, Tante aku sudah mengganggu Tante. Kalau begitu, aku mending pamit saja biar Tante bisa istirahat," ucap Bisma.
Venna menganggukkan kepalanya. Akhirnya Bisma pun pamit, dan pergi dari rumah Venna. "Maafkan Tante, Tante tidak bisa memberitahukan yang sebenarnya," batin Mama Venna.
Selama dalam perjalanan Bisma tampak celingukan, dia berharap bisa bertemu dengan Nina. "Ke mana kamu, Nina?" batin Bisma khawatir.
Sementara itu, Nina baru saja keluar dari sebuah perusahaan dengan wajah yang lesu. Dia tidak berhasil bekerja di sana karena saat ini perusahaan itu sedang tidak membutuhkan karyawan baru. Nina pun berjalan kaki dan duduk di kursi yang berada di pinggir jalan sembari meneguk air mineral yang sebelumnya dia beli.
"Aku harus cari kerjaan ke mana lagi?" batin Nina sedih.
Tiba-tiba, ada yang menetes ke atas rok yang berwarna krem itu. "Astagfirullah aku mimisan lagi," gumam Nina panik.
Dia mencari tisu di dalam tasnya, namun tidak menemukan sama sekali. Akhirnya dia pun menggunakan jaketnya untuk menutup hidungnya supaya darahnya tidak menetes lagi. Cukup lama Nina mendongakkan kepalanya hingga darah yang keluar pun tidak keluar lagi.
Pada saat Nina bangkit dari duduknya, tiba-tiba pandangannya buram dan kepalanya terasa sangat sakit. "Astagfirullah, kenapa kepalaku pusing sekali," gumam Nina sembari memegang kepalanya.
Kepala Nina semakin berdenyut, bahkan sekarang pandangannya semakin menggelap. Nina jatuh tak sadarkan diri membuat orang-orang yang lewat di pinggir jalan kaget dan menghampiri Nina. Mereka menghubungi ambulance dan membawa Nina ke rumah sakit.
Di dalam ambulance, seorang perawat mendengar ponsel Nina berdering dan dia pun mengangkatnya. "Hallo."
"Nina, kamu ada di mana?" bentak Bisma di ujung telepon sana.
"Maaf Mas, saya seorang perawat. Yang punya ponsel ini tadi pingsan di pinggir jalan dan ada yang menghubungi ambulance, sekarang Mbaknya mau di bawa ke rumah sakit xxx," sahut Perawat.
"Apa, pingsan? ya, sudah aku segera ke sana," ucap Bisma panik.
Bisma segera memutuskan sambungan teleponnya, dia panik mendengar Nina pingsan. Bisma pun memutar balik dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang di maksud. Bisma benar-benar panik, dia takut terjadi kenapa-napa kepada Nina.
*
*
*
Guys, besok libur dulu ya soalnya Otor ada perlu dulu 🙏🙏