Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alma Soedirman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. SMDH
Hehe, makasih mas udah nganterin aku sampe sekolah.
Cup.
"Sama-sama sayangnya mas, tunggu sebentar — Nih uang jajan kamu sayang," Azzam menyerahkan selembar uang berwarna merah kepada Kayesha.
Kayesha melihat itu klepek-klepek, cewek mana yang tidak senang apabila setiap hari diberi uang seratus ribu, apalagi ditambah duit bulanan.
"Mas ngasih aku seratus ribu hampir setiap hari, tambah duit bulanan, emang ga boncos mas? Aku gaenak tau sayang," kata Kayesha terlihat murung.
Azzam sembari membenarkan sabuk pengamannya, "engga sayang, kalau emang ada duitnya mah gapapa. Lagian kamu kan istrinya mas, harusnya keuangan mas diatur sama kamu."
"Bukannya gak mau ngatur keuangan mas, tapi belum siap aja, aku masih labil masih sekolah. Takut ntar pas manage keuangannya jadi salah, mending nanti nanti aja."
"Haha iya sayang, mas paham kok, lagian kita masih hidup berdua juga, kecuali nambah anggota keluarga," balas Azzam sambil memberi kode.
Blush.
"I-iya sih, hehe, yaudah aku turun dulu nih ya," Azzam terkekeh melihat Kayesha gugup, lalu tangannya membukakan sabuk pengaman istrinya itu.
"Oh iya cek dulu topi sekolah kamu, ada ga? Takut ketinggalan, hari ini kamu upacara kan sayang?"
"Ada kok mas, udah aku siapin pas dari pagi pas nyiapin buku, aman kok."
"Haha yaudah kalo gitu."
Kayesha menciumi punggung tangan Azzam, tak lupa mencium pipi Azzam sekali sebagai tanda perpisahan.
Dibalas oleh Azzam, meski hanya dicium gadisnya itu satu kali, Azzam membalas ciuman Kayesha dengan mencium puncak kepala Kayesha, mata Kayesha, hidung Kayesha, pipi Kayesha, dagu Kayesha, terakhir bibir tipis dan merah muda istrinya itu.
"Ish, banyak banget ciumnya, gak sekalian hah sama ketek, kaki?" Sarkas gadis itu padahal menahan salah tingkah.
Azzam mencium bolak balik antara telapak tangan dan punggung tangan Kayesha, "haha, kamu emangnya mau?"
Kayesha menatap Azzam ngeri, "gila ih kamu."
Azzam tertawa, hingga memenuhi isi mobil. Kayesha melihat itu langsung membungkam mulut pria itu dengan kanannya.
"Ihhhh berisik banget ahh, aku mau turun dulu. Assalamualaikum."
"Hahaha, iya iya wa'alaikumussalam hati-hati sayang, semangat sekolahnya," Kayesha mengangguk sambil tersenyum kecil.
Selesai sudah kewajibannya yang pertama, Azzam menyalakan mobilnya, menjalankannya hingga di jalanan mantan Ibukota Indonesia itu.
Selanjutnya ia hanya tinggal pergi ke rumah sakit, dan ini sudah di dalam perjalanan. Sebenarnya dirumah sakit pun ia juga tidak ada pasien, tetapi karena ia adalah seorang dokter, jam kerjanya tetap jalan seperti biasa.
7.45
Azzam memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, lalu keluar dari dalam mobil dengan tubuh yang terbalut jas putih dengan nickname Pradipta Azzam Mahendra.
Kaki panjangnya berjalan menaiki lorong rumah sakit yang panjang, ia berniat akan langsung menuju ke ruangannya saja. Sepanjang jalan juga ia ada bertemu dengan beberapa dokter lain, office boy dan office girl, dan banyak lagi yang menyapanya.
Azzam juga bukan pria arrogant, ia juga membalas dengan senyuman manis.
3 menit berlalu.
Sesampainya diruangannya, Azzam langsung duduk di kursi kerjanya sambil melihat lihat laporan autopsi yang pernah ia kerjakan.
... •••...
Sehabis upacara yang selesai pada jam 8.45, Kayesha dan Ocha berdua memilih untuk pergi ke kelas untuk ngadem karena sudah tak tahan dengan sinar matahari yang menerangi begitu terang dan panas.
"Muter aja yuk Sha, gue mau ke toilet dulu nih cek mens gue."
"Oh, gas lah."
Mereka berdua berjalan memutar ke lorong menuju toilet yang cukup sepi. Sesampainya di toilet, Kayesha menunggu Ocha yang berada dalam bilik toilet.
Tak berselang lama Ocha keluar, mereka berdua lanjut berjalan keluar ruang toilet menuju kelas. Ketika sedang asik berjalan dan ngobrol dengan Ocha, Kayesha merasa ada yang menepuk bahunya pelan, ketika ia toleh ke belakang, ternyata ada seorang cowok yang ia kenal, itu Dewa, cowok yang pernah ia kenal ketika mereka awal MPLS.
"Eh Dewa, ada apa Wa?"
Ocha pun lantas ikut menoleh ke belakang.
"E-eh a-anu, gue boleh ngomong ga? Tapi berdua aja, temen lo suruh ke kelas duluan aja hehe, gapapa kan?" Ocha mengernyit tak paham.
"Hah? Gue ke kelas nih?" Ocha masih bingung.
"Tiba-tiba banget... emang penting ya Dewa?" Dewa menunjukkan ekspresi kikuk, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iya."
Kayesha mengedikkan bahunya, "oh yaudah— Cha, gue bentaran dulu ya sama Dewa, lo ke mas aja duluan, ntar gue habis ini langsung ke kelas."
Ocha mengangguk lalu pergi dari sana, menyisakan Kayesha juga Dewa. Karena lorongnya yang cukup sunyi, mereka memutuskan untuk minggir sedikit menepi.
"Kenapa Dewa? Ada yang pengen lo ngomongin?"
Dewa mengangguk.
"A-anu..." Dewa terlihat nervous.
Kayesha mengangkat sebelah alisnya, menunggu Dewa melanjutkan omongannya.
"A-anu Cha, aduh gimana ya ngomongnya," ia terlihat bingung.
"Emang kenapa Dewa? Ngomong aja gapapa, santai aja kok."
Setelah menarik nafas panjang, Dewa mulai memberanikan bicara jelas.
"A-anu, maaf ya gue nanya tiba-tiba. Hmm, lo udah punya cowok?"
Kayesha menjawabnya dengan santai, "cowok? Pacar maksudnya?"
Dewa mengangguk.
"Ada," balasnya enteng, tetapi jujur.
Terlihat dari ekspresi Dewa kelihatan kecewa, Kayesha juga baru ngeh kalau Dewa membawa paperbag ukuran sedang yang tengah cowok itu pegang.
"Oh gitu ya, nt dong gue ya, baru juga mau confess haha," Dewa tiba-tiba merasa ngakak sekaligus malu.
Jujur, Kayesha langsung paham dengan apa yang Dewa maksud.
"Lo suka sama gue, Wa?" Dewa mengangguk.
"Dari awal MPLS, sampe sekarang. Tapi gapapa kok, at least lo udah tau aja. Gue kira lo ga punya cowok, soalnya di instagram lo ga ada instastory ato foto sama pacar lo, gue kira gada taken," Kayesha terkekeh.
"Haha lucu lo ya, gapapa kok Dewa, gua respect cowok jujur, keren lo, gentleman," puji Kayesha.
"Haha iya dong, yaudah nih gue boleh ga ngasih lo ini? Ntar dibukanya pas dirumah aja," Dewa menyerahkan paperbag yang ia pegang.
Kayesha dengan excited menerimanya, "wah apaan nih? Bagus kayanya, thanks ya Dewa. Ntar gue buka dirumah," Dewa mengangguk senang.
"Tapi pacar lo ga marah?"
Kayesha terkekeh, "gak bakalan marah, suami gue ga pemarah kok haha," Dewa tertawa mendengarnya.
"Suami suami, kaya udah nikah aja. Intinya makasih ya udah nerima gift dari gue, semoga aja lo suka."
Kayesha mengangguk, "gue yang harusnya berterimakasih, maaf ya jadi gaenak gue."
"Gapapa Sha, santai aja. Yaudah lo ke kelas aja, atau mau gue anterin?"
Kayesha pikir-pikir dulu.
Lagian gue cuma temenan sama dia, toh gue bakal jaga jarak kok, nanti gue sendiri yang harus berani ngomong sama Mas Azzam, batinnya.
"Oh boleh deh, sekalian bisa nanya nanya tentang bocoran ujian," putus Kayesha.
"Ah bener tuh, ayo ke kelas lo, tenang kok, gue gak bakal kurang ajar."
"Haha, gas aja, ayo, kasian Ocha udah nungguin dikelas."
Kayesha pun pergi dari sana bersama Dewa menuju kelasnya sambil mengobrol kecil seputar pembelajaran. Sebenarnya ada rasa sakit sedikit ketika mengetahui Kayesha sudah memiliki pacar, tapi Dewa hanya menganggapnya angin lewat saja, toh sudah confess.
...•••...
Jam istirahat kerja sudah tiba, karena sampai saat ini juga tidak ada pasien. Azzam memutuskan untuk pergi ke apotiknya saja yang sudah lama belum ia jenguk dan belum ia cek me genai penghasilan keuangan apotiknya tersebut.
Eh-eh, mau kemana lo Zam?
"Biasa, dah lama nih gak ke apotik, gue mau handle dulu, lo sendiri mau kemana Dim?"
"Gak tau gue juga bingung pas habis ngerjain laporan hasil autopsi, gue niatnya mau cari makan juga, lumayan kan waktunya lama."
"Oh gitu, lo mau ikut sama gue? Gue juga mau cari makan juga ntar," Dimas mengangguk.
"Gas, pake mobil gue aja Zam."
Azzam menggeleng, "gausah, pake mobil gue aja, soalnya pengen ngisi bbm juga, daripada kosong ntar."
"Oh, sip lah."
Mereka berdua pun pergi dari sana menuju apotik milik Azzam yang dikelola oleh orang itu, Azzam sendiri kadang lupa kalau dirinya memiliki apotik, makanya dengan ini dirinya berniat untuk mengecheck apakah pemasukan dan penghasilan apotiknya stabil.