SUDDENLY MY DOCTOR HUSBAND
FLASHBACK!
T-tapi, Bun- a-aku beneran ga siap dan ga mau gantiin kakak!
Saat ini ruang tamu hanya ada perdebatan antara seorang ibu dan anak yang sedang bertengkar serius membahas tentang pergantian pengantin yang akan digantikan oleh si anak yang sedang bertengkar itu.
Bunda tau, Bunda juga ga mau kaya gini. Tolong pahamin Bunda juga! Kamu mau, keluarga kita di pandang orang rendah dan bikin aib?!
Mendengar ucapan sang bunda, anaknya lantas semakin menjawab dengan suara agak meninggi.
"Bukan masalah itu, Bun! Kenapa harus aku yang gantiin hah? Bunda kira aku mau gitu asal dinikahin apalagi cuma buat nutupin aib-aib keluarga apalagi Kak Della?! Aku tau kok aku juga mikir, ngebesarin Zayyan juga ngga harus aku kan yang gantiin pengantin cewe nya?! Iya kan?!"
Plakkk!
Tamparan melayang di pipi gadis itu, meski tidak terlalu sakit namun membuatnya shock dan benar-benar tidak percaya apa yang ibunya lakukan. Dari kecil hingga sekarang ia baik dari ibu dan ayahnya tidak pernah berbuat kasar atau main tangan.
M-maafin Bunda, s-sayang... Bunda ngga bermaksud-
Hati nya benar-benar hancur, gadis itu memilih untuk pergi dari sana lalu pergi ke kamarnya untuk mengurung diri dan menangis terisak-isak disana.
Sedangkan wanita paruh baya itu juga kaget dengan apa yang ia lakukan kepada anaknya. Tangannya bahkan bergetar hebat, jantungnya mulai terasa sakit. Ia hampir saja tak kuasa terjatuh ke lantai, namun dengan sigap entah dari mana suaminya selalu ayah pun datang lalu memegangi wanita itu dan memapahnya ke kamar mereka.
"Ayah, B-Bunda jahat, Yah. Bunda tadi nampar Adek..."
"Udah-udah, kamu tenangin diri dulu," Latif mendudukan istrinya di kasur mereka lalu mengambilkan segelas air putih.
"Bunda harus gimana, Yah? Dia pasti sakit hati banget sama Bunda... Bunda jadi bingung harus gimana, Bunda tadi beneran kelewat emosi..."
Latif menyodorkan segelas air kepada istrinya, lalu ia mendaratkan bokongnya disebelah isterinya, Desi, yang perasaan wanita itu sedang campur aduk.
"Iya, Bun. Ayah nggak membenarkan kok Bunda nampar adek, biar bagaimana pun dia kan masih perlu penjelasan lebih, dia emosinya masih labil, kalo dari awal ngga dikasih clue atau diajak ngomong baik-baik pasti ya kaya gitu tadi. Tapi Ayah tau, Bunda tadi juga kelewat emosi, kan? Yaudah Bunda tenangin diri dulu ya. Biarin aja adek ngurung dulu, nanti baru Ayah yang coba ajak ngobrol sama jelasin ke dia, baru Bunda nyusul ya sekalian minta maaf juga sama adek," Desi sedikit lebih tenang mendengar saran dari suaminya itu.
\~•\~
Gadis dengan nickname Kadita Adeline Kayesha atau biasa dipanggil Kayesha itu sedang berjalan di koridor menuju kelasnya dengan raut wajah yang sedih, dan murung. Mata indahnya juga terlihat sangat sembab, seperti bak habis disengat seratus lebah.
Pagi, Kayes! Eh—
Bahkan Kayesha pun tidak berniat untuk menyaut sapaan sahabatnya, Ocha. Ia pun melongos duduk di bangkunya lalu membenamkan wajahnya diantara lipatan tangannya diatas meja.
Eh? You okay, Kayes?
Kayesha menggeleng, menandakan tidak.
Ocha pun langsung mendatangi Kayesha dan duduk disebelah gadis itu.
"Cerita sama gue, Kayes. Lo kenapa? Mata lo keliatan banget sembab, keingatan Mba Della lagi?
Tanpa basa-basi Kayesha beralih menatap Ocha dengan mata yang kembali berlinang air mata. Kayesha langsung memeluk erat Ocha erat. Ocha yang sedikit kaget pun berdiri lalu membalas pelukan Kayesha sekaligus untuk menutupi temannya itu yang sedih menangis. Untungnya kelas masih sepi, hanya ada beberapa saja.
"C-Cha... Gue g-ga siap, sumpah hiks——"
Ocha mengelus surai rambut Kayesha, "ga siap kenapa, Kayes? Cerita sama gue."
Kayesha pun mencoba meredakan tangisnya dan mulai mencoba bercerita.
"L-lo tau kan, almarhumah Kak Della itu niatnya mau nikah? Lo tau juga kan background Kak Della sama cowonya yang kemaren?" Ocha mengangguk.
"Kan mereka mau nikah tapi gimana lagi, udah habis umur. Apalagi Zayyan udah umurnya satu bulan, dan pernikahan itu berlangsung 5 harian lagi, Cha..."
"Hah serius? Cepet banget ya, terus itu gimana?"
Mendengar itu Kayesha justru semakin terisak lalu memeluk Ocha kembali.
"E-eh, sabar Kayes sabar. Cerita dulu kenapa, terus itu gimana?"
"Hiks hiks hiks—— kata Bunda, buat nutupin aib keluarga, sama gantiin Kak Della buat Zayyan itu harus gue, Cha... hiks hiks—— Bunda gue bilang karena gue kan yang paling mirip sama Kak Della baik fisik mau pun sikap gue meski pun umur gue beda jauh sama dia."
Ocha membelalakan matanya, dan menahan HAH? Tak percaya nya itu.
"Serius, Kayes?"
Kayes mengangguk sambil masih terisak.
"M-mereka bilang, mau ubah data-datanya dan datang ke KUA lagi buat urusin apalah itu gue juga ga tau," balas Kayes.
"Terus lo bilang gimana ke nyokap lo? Setuju?"
Perlahan tangis Kayes mulai mereda, ia menghela nafas panjang berkali-kali sambil meminum air putih tumbler yang ia bawa.
"Y-ya ngga lah. Kalo lo nanya ya pasti gue nolak, tapi mau gimana lagi. Harapan mereka cuman satu yaitu gue. Gue sendiri tau nyokap gue kan ada penyakit, gue ga mau lah nambah penyakit buat Bunda gue."
"Jadi lo mau?"
"Gue ga mau sampai ini pun ga mau, tapi gue berpasrah aja udah. Ngikutin alur aja, makanya gue sedih banget Cha. Gue ga siap asli, apalagi gue masih sekolah. Kalau orang-orang tau gimana juga kan pandangan orang orang sama gue, bisa-bisa gue dikeluarin dari sekolah."
Ocha sebenarnya benar-benar tak percaya tapi ia mencoba bersikap biasa saja dan masih menenangkan Kayesha itu.
"Iya sih, Kayes gue paham. Kalau gue jadi lo pun yaudah gitu ngikutin alur aja. Karena mau gimana lagi kan lo harapan keluarga, kasian juga kan Zayyan nanti. Zayyan ga selamanya juga bisa diurus sama nyokap bokap lo, ya bener jadi lo mau ga mau kan harus belajar juga jadi sosok Mba Della buat dia karena kan lo sebelas duabelas sama dia," Kayesha mengangguk-angguk saja dengan tatapan kosong.
"Udah dong jangan sedih, Kayes cantik. Gue yakin lo kuat, terus berdoa juga dong Kayes jangan patah semangat gitu dong, gue ga suka. Senyum dulu!" Kayesha pun sedikit tersenyum singkat lalu murung lagi.
"Nah gitu dong, cepet banget. Yaudah nanti istirahat kita ke kantin beli mie ayam deh ya, gue yang traktir gimana?"
Mendengar kata mie ayam, mood Kayesha sedikit membaik. Ia pun tersenyum kecil, lalu berdehem pelan.
\~•\~
Jadi lo iya in?
Lelaki berjas putih dengan nickname Pradipta Azzam Mahendra itu mengangguk, sambil menyeruput es jeruknya.
"Gue ga ada pilihan lain, Bim, Han. Lo sendiri tau kan gue dari dulu ga bisa ngelawan Abi dan Umi. Mereka bilang sekarang cuman gue harapan mereka, mau ga mau yaudah gue terima. Gue lebih ga mau juga keluarga gue di cap bikin aib, gue ga mau juga Zayyan kehilangan sosok Mas Azhim. Gue cuma mau berbakti sama orangtua gue, gue ga tahu seberapa lama umur mereka juga apalagi buat ngurusin Zayyan."
Kedua teman Azzam yang bernama Abim dan Yohan itu tersenyum, lalu menepuk pundak Azzam.
"Semangat ya, Bung. Gue tau lo pasti bisa, cara lo juga udah bener. Terus berdoa aja lah, Zam."
Azzam tersenyum dan mengangguk kecil mendengar ucapan Abim.
"Terus dari pihak cewe gimana, Zam? Apakah sama juga yang kaya lo? Udah mau apa ngga buat pergantian pengantin cewe nya?" Tanya Yohan.
Azzam mengedikkan bahunya, "gue ga tau tapi terakhir tadi pagi Umi bilang kalau dari pihak cewe udah siap juga. Niatnya nanti mau diurusin ke KUA lagi, tapi katanya gue cuma nikah biasa aja sama kolega kolega, kaya nikah secara agama aja dulu. Soalnya kalau buat nikah resmi secara negara belum bisa, si adeknya cewenya Mas Azhim itu masih muda umurnya 18 tahun—"
HAH?
Baik Abim dan Yohan saling melempar pandangan dan seakan tak percaya dengan ucapan Azzam.
"Lapas belas tahun?" Azzam mengangguk dengan tatapannya yang aneh.
"Seriusan lo, Zam?" Yohan memastikan.
Azzam menghela nafas panjang, "gue pernah boong ga?"
"Sering anjir," sahut Abim Yohan bersamaan.
Azzam terkekeh sambil menggaruk tengkuknya, "ya tapi maksud gue kalo yang umurnya lapas belas tahun itu beneran, ngapain gue boong kalo yang ini."
"Tapi keluarga lo udah nentuin kalo lo nanti udah sah mau tinggal dimana?" Tanya Abim.
"Itu gue ga tau dan ga mikir, yang jelas gue ga mau tinggal dirumah orangtua si itu soalnya gue ga deket bahkan komunikasi aja ga pernah. Mungkin antara bakal tinggal di rumah Umi Abi aja paling," Abim Yohan ber oh-ria saja.
"Eh terus Zayyan sekarang ngikut nyokap bokap lo atau gimana?"
"Zayyan masih disana, karena kan sebelumnya Mba Della itu tinggalnya disana. Jadi paling nanti gantian ngurusinnya," jawab Azzam lagi.
"Lo ga mau tahap pendekatan dulu ni, Zam? Bukannya apa, ya at least lo kenalan dulu ato ajak jalan si cewe itu. Ga mungkin kan lo ibaratnya nikah tapi sama sama ga kenal kaya orang asing kan lucu," saran Abim.
Iya juga, ya...
Azzam terdiam sejenak, kalau di pikir pikir ide dari Abim ada benarnya juga. Meski pun ia terpaksa atas pernikahan itu, ya paling tidak dia sudah berkenalan dan mengetahui latar belakang dari calon pengantin pengganti Mba Della itu.
"Tapi gimana ya? Gue ga tau, rumahnya aja gue ga tau, serba ga tau pokoknya."
"Ck, gimana si lo Zam? Gini deh, keluarga lo ada niatan ga buat meeting gitu antar keluarga yang bakal jadi cewe lo? Nah otomatis kan lo ikut, yaudah gitu lo sebelumnya bawain apa gitu terus gitu kenalan aja sama tu cewe. Gampang kan?"
"Hmm... Iya sih, kata Umi Abi si antara malam ini atau malam esok mau dateng kesana sekalian makan malam katanya buat ngerundingin itu juga."
"Nah yaudah kan pas tuh moment nya, goodluck deh Bung!"
"Yoi, Zam. Goodluck deh ya, gue juga ikutan penasaran ni haha," tambah Yohan mengikuti Abim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments