Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Keyra menatap malas sosok yang pernah membuatnya merasa seperti rumah, tapi sekarang tak lebih dari bayangan yang ingin ia hindari.
"Ais, kenapa harus terselip kesialan di tengah-tengah keberuntungan ku?" Gumamnya pada diri sendiri, berharap bisa menguatkan hati. Tapi setiap kali melihat wajah itu , luka lama terasa seperti terbuka kembali. Rasa sakitnya belum benar-benar sembuh, dan ia tahu, melihatnya lagi hanya akan menyiram garam ke dalam luka.
"Kenapa harus di sini? Dari semua tempat di dunia ini, kenapa aku harus bertemu dia?" pikirnya kesal. Matanya enggan menatap pria itu yang berjarak beberapa langkah darinya. Perutnya terasa mual. Ia bisa saja berbalik sekarang, pergi dan membiarkan waktu yang memutuskan kapan mereka akan bertemu lagi. Ah, tidak, tapi dia tidak mau bertemu lagi dengannya.
"Apa yang kau lakukan di sini, hm? Apa kau menyesal sudah membatalkan pernikahan kita dan sekarang, kau justru mengejar ku sampai ke sini, hah?"
Keyra memutar kedua bola matanya. Dia terlalu malas berurusan kembali dengan mantan yang sudah mengkhianatinya. Meski begitu, Dia merasa dadanya sesak. Bukan karena ia masih mencintainya, tidak. Cinta itu sudah hilang, terkubur di bawah rasa kecewa dan pengkhianatan. Tapi melihatnya lagi membuatnya teringat semua kata-kata manis yang berubah jadi kebohongan, janji-janji yang tak pernah ditepati, dan kepercayaan yang dirusak tanpa sedikit pun penyesalan.
Dia tidak akan pernah lupa, bagaimana pria itu berbuat hal menjijikan di depan matanya.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Frans, menatap map di pelukan Keyra dengan senyuman sinis nya. "Kau, melamar pekerjaan di sini? Apa suamimu tidak memberi nafkah, hah? Aku lihat di berita, kau menikah dengan keluarga kaya, tidak mungkin dia tidak memberi mu uang, bukan? Atau, semua itu hanya gosip saja? Pria yang kau nikahi, bukan tuan muda Wiratama."
Ya, memang tersebar kabar jika putri dari keluarga Dirgantara telah melangsungkan pernikahan dengan tuan muda Wiratama. Namun itu belum jelas, apalagi foto yang memperkuat berita tersebut, tidak terlihat jelas, hanya terkesan mirip saja dengan mereka. Ditambah kedua belah pihak tidak pernah memberikan klarifikasi tentang berita tersebut.
Hal itu membuat publik bertanya-tanya, apakah berita itu benar?
Banyak yang tidak mengenal keduanya, karena sudah lama mereka tidak muncul di depan publik. Alexio yang sudah 10 tahun tinggal di luar negeri, sedangkan Keyra, belum lama kembali ke tanah air karena mengenyam pendidikan di Belanda.
"Tidak perlu malu untuk mengakuinya, aku bersedia menerima mu kembali, walaupun kau berstatus istri dari pria lain," ucap Frans.
Keyra menarik napas panjang, mencoba mengabaikan rasa gelisah yang muncul. Baginya, berbicara dengan Frans seperti membuka buku lama yang halaman-halamannya sudah ia robek dengan susah payah. "Maaf, aku terburu-buru, permisi." Keyra melewati Frans begitu saja, mengabaikan lelucon yang pria itu katakan.
Memintanya untuk kembali? Cih, dia bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan mana kotoran dan mana emas batangan.
Frans tersenyum miring, menatap punggung Keyra yang semakin menjauh. Ada rasa senang bercampur rindu yang ia rasakan. "Kali ini, aku tidak akan melepaskanmu, Keyra."
...****************...
Hari ini rasanya seperti ujian kesabaran. Keyra pulang dengan langkah berat, pikiran kusut, dan perasaan campur aduk. Bertemu dengan mantan di tempat ia melamar kerja, bukanlah sesuatu yang ia harapkan, apalagi saat ia sedang berusaha melupakan semuanya.
Keyra mengambil nafas dalam, ia membatalkan niat untuk merayakan keberhasilan, mendapatkan pekerjaan dan memilih untuk pulang.
Saat pintu apartemen terbuka, ia langsung melempar tas ke sofa. Kepalanya berdenyut, seolah emosinya berteriak minta dikeluarkan. Mungkin ini tanda bahwa ia masih membutuh waktu untuk sepenuhnya berdamai, bukan hanya dengan sang mantan, tapi juga dengan diriku sendiri.
"Tidak, walaupun aku bisa memaafkannya, tapi aku tidak akan bisa melupakan pengkhianatan nya," gumam Keyra.
"Aish ... Kenapa aku sial sekali harus bertemu dengannya?" geram Keyra frustasi.
"Bertemu siapa?"
Deg
Tubuh Keyra melonjak, menoleh kearah sumber suara yang tidak jauh darinya. "K-kau? Ke-kenapa kau ada di sini?" tanya Keyra.
"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau bisa berada di apartemen ku?"
Keyra berdecak pelan. Ucapan Alexio, seolah menyindirnya. "Maksud ku, kenapa kau masih di rumah? Kau tidak ke kantor?" tanya Keyra.
"Aku sengaja pulang karena sebentar lagi asisten rumah tangga yang aku sewa akan datang," ujar Alexio.
"Asisten rumah tangga?"
"Ya, aku tidak bisa mengandalkan mu sebagai seorang istri untuk mengurus pekerjaan rumah. Bisa-bisa apartemen ku akan hancur karena ulahmu," ledek Alexio.
"Kau!!!" Keyra menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia hanya diam ketika ucapan Alexio menusuk hatinya. Bukan karena ia tidak mampu membalas, tapi karena ia tahu, membalas hanya akan memperburuk segalanya.
"Huh, tenangkan dirimu, Key! Jangan sampai kau mengeluarkan kata-kata mutiara. Mulai sekarang, kau harus banyak-banyak menahan emosi saat berada di dekatnya," batin Keyra
Bagaimana mungkin seseorang yang seharusnya menjadi tempat untuk bersandar justru meragukan kemampuannya? Keyra ingin marah, ingin meluapkan rasa kesalnya. Sudah cukup, ia merasa kesal karena bertemu dengan Frans, di tempat ia melamar pekerjaan. Dan sekarang, Alexio menambah rasa kesal yang ia rasakan.
"Ambil nafas dalam, dan hembuskan perlahan, Key! Jangan marah, jangan emosi, jangan mengumpat!" batinnya lagi.
"Baguslah, kau berinisiatif untuk mencari asisten rumah tangga. Karena aku berencana untuk membakar apartemen mu ini. Hmph!" Keyra melengos pergi, berada di dekat Alexio hanya menambah daftar umpatan yang tengah mengantri untuk segera ia teriakkan.
Bukankah setiap orang punya kekuatan dan kelemahannya masing-masing? Walaupun ia yang memaksa Alexio untuk menikah dengannya, tapi di sini, ia yang di rugikan karena Alexio sudah mendapatkan miliknya yang berharga.
Tapi, sudahlah, ia ingin melupakan apa yang terjadi hari ini. Dia akan menunjukkan bahwa dia bisa lebih dari apa yang pria itu pikirkan.
"Lihat saja nanti, aku pasti akan membuktikan padamu jika aku bisa melakukan apapun. Itu janjiku," gumam Keyra.
Alexio berdecih pelan. Sesaat setelah Keyra tidak lagi terlihat, ia merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang. "Cari tahu, apa yang terjadi hari ini!"
ᴀʟᴇx ʙᴋɴ ғʀᴀɴs ᴍɴᴅʀᴛ
ʙɪᴀʀ ᴍᴀᴍᴘᴜs ᴅʏ
..ᴄᴘ" ᴢ