Luna gadis cantik dan manis, anak dari seorang pria penjaga hewan kesayangannya namun mampu membuat pria yang usianya hampir kepala 4 jatuh cinta terhadap aluna atmaja gadis 22tahun, bagaimanakah perjalanan cinta mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Olla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertunda
Happy reading
Tubuh luna mematung saat mendengar ucapan alex, gadis itu memandang alex dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Dengan perlahan dia memundurkan langkahnya saat alex perlahan mengikis jarak antara mereka.
Grep.
Glek.
"Mas." cicitnya saat pinggangnya direngkuh oleh tangan kekar hingga secara reflek kedua tangannya memegang dada bidang alex.
"Jangan seperti ini." wajah luna memerah lantaran posisi keduanya begitu intim, luna takut jika mereka kepergok dengan posisi seperti ini.
"Seperti ini gimana." gumamnya sambil memandang wajah luna yang memerah bahkan pandangan gadis itu tampak kesana kemari.
"Bukankah tadi mas ingin menghukummu." lirihnya sambil mengulum senyum saat dirinya menyebut kata mas untuk dirinya sendiri, terasa aneh tapi dia suka apalagi tadi siang sewaktu luna mengantarkan pesanannya dan menjelaskan arti panggilan tersebut, alex menyukainya.
Gleuk.
"Mas mau menghukum luna gimana? Apa luna disuruh membersihkan rumah sebesar ini." cicitnya sambil memandang alex dengan wajah polosnya.
Alex tercengang mendengar penuturan polos gadis yang sedang didekapnya itu, merasa kurang nyaman alex kemudian mengangkat tubuh mungil luna untuk dia gendong seperti bayi kangguru membuat sang empu terpekik dan sontak melingkarkan kedua tangannya dileher alex hingga wajah keduanya sejajar.
Cup.
Sebuah kecupan membuat luna mengerjapkan kedua matanya bahkan wajahnya kian memerah, dengan langkah lebarnya alex berjalan dengan membopong tubuh mungil luna, menyusuri satu persatu anak tangga hingga tibalah mereka dilantai dua dan kedua kaki jenjang alex mengarah kesebuah pintu berwarna hitam tak jauh dari tangga yang dipijaknya tadi.
Ceklek.
Alex membawa luna menuju kamar utama rumah ini, walau tidak seluas dan semegah kastil miliknya alex membeli rumah ini beberapa minggu yang lalu entahlah dirinya asal membeli dan ternyata ada manfaatnya seperti saat ini.
Dengan pelan alex mendudukkan tubuh besarnya dipinggiran tempat tidur hingga membuat kedua kaki luna melangkahi tubuhnya.
"Mas, luna mau turun." gumamnya sambil mengangkat tubuhnya namun terasa sulit karena belitan tangan alex.
"Jangan banyak bergerak honey." desisnya saat luna terus meronta dipangkuannya membuat miliknya menggeliat karena aksi nakal luna.
"Makanya biarin luna duduk sendiri." gerutunya sambil memandang malas pria dewasa yang tengah memangkunya.
Cup
Sebuah kecupan dilehernya mampu membuat tubuh luna berhenti bergerak tak tentu arah bahkan terdiam seperti patung.
"Sudah mas bilang jangan bergerak honey." suara deep voice terdengar digendang telinga luna rasanya dirinya sangat susah sekali menelan saliva apalagi bibir alex kini mulai mengecup basah lehernya membuat tubuhnya meremang.
Alex terus menyusuri leher tersebut hingga ciu mannya merembet kebibir luna dan melu mat menye sap secara bergantian, dengan pelan luna membalas pagu tan yang alex berikan matanya tertutup dan kedua tangannya mengelus rambut alex yang terikat dibelakang.
Brug.
Dengan gerakan cepat alex merebahkan tubuh luna tanpa melepaskan ciu man yang awalnya lembut kini berubah semakin memanas, bahkan luna tidak menyadari ketika kancing blouse yang dikenakannya sudah terlepas.
Hosh
Hosh
Alex melepaskan tautan bibir mereka saat merasa luna kehabisan nafas, luna segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya ketika ciuman panas yang alex berikan sudah terlepas, lalu dirinya memberi jarak agar bisa melihat wajah luna yang memerah dengan nafas memburu.
Pandangannya sontak berkabut ketika melihat kedua milik luna yang terbungkus oleh kain berwarna hitam kontras dengan kulit luna yang putih bersih, nafasnya semakin memburu hingga dirinya kembali menundukkan tubuhnya untuk menyusuri keindahan milik luna yang selalu ditutupi oleh baju longgar padahal kedua milik luna tidak besar namun sepertinya akan sangat nik mat bila mereka semua bergantian masuk kedalam mulutnya.
Cup
Tubuh luna bereaksi bahkan dia langsung menahan nafas saat dadanya dikecup basah, bahkan dia dapat merasa bila kain yang menyanggah kepunyaannya di tarik kebawah.
"Mas." gumamnya sambil menahan tangan alex.
"Mas mau menyu su langsung dari sumbernya." gumamnya dengan suara beratnya lantas memasukkan pucuk yang sudah menegang kedalam mulutnya seolah-olah memang ingin meminta di masukkan.
Hap.
Dada luna melengkung keatas saat salah satu miliknya masuk kedalam mulut alex, dirinya sampai tidak bisa berkata-kata rasanya geli bercampur nik mat apalagi sebelah miliknya sudah berada didalam genggaman tangan kekar pria tersebut.
"Masss aaahh.." luna semakin membusungkan dadanya dan tangan alex kini berada dibelakang tubuhnya untuk membuka kaitan kain yang seolah mengganggu.
Ctak.
"Iyaahhh keluarkaann suaraah muh honeyy." mulut alex tak berhenti bergerak, dirinya seolah seperti bayi yang sangat kehausan.
Tangan alex kini mengusap perut datar luna hingga semakin turun terus dan sampai pada sebuah gundukan yang ada diantara sela paha dalam luna yang masih ditutupi oleh celana jeans hitam yang dikenakan oleh luna.
Diusapnya dengan pola naik turun membuat tangan luna mencengkeram lengan berotot alex, luna bergerak kesana kemari merasakan sesuatu yang baru dalam hidupnya, walaupun alex sering menciumnya namun kali ini sentuhan alex semakin aktif.
Dengan pelan alex membuka kaitan celana yang luna pake dan setelahnya tangan alex masuk melalui celah untuk menyapa bagian tubuh luna yang paling sensitif.
Luna menahan nafas saat tangan alex sudah berada di area sensitifnya, sentuhan lembut membuat tubuh luna semakin tak terkendali.
"Masss...ja..jangan..." tangan luna menahan tangan alex agar berhenti sebelum miliknya diusap lebih lama.
Ploph
Kepala alex terangkat dan dia menyeringai nakal karna melihat sang gadis tampak terengah-engah apalagi wajah luna yang masih memerah.
"Kenapa heum?" alex masih memandangi luna dengan intens membuat gadis itu membalas tatapan alex.
Luna menggelengkan kepalanya pelan.
"Jangan mas, luna takut." lirihnya saat luna mengingat sang ayah dan bundanya pasti kecewa dengan dia yang tidak bisa menjaga diri hingga sampai dia menikah.
Luna bukan gadis polos soal begituan, dia sudah mengerti apalagi ini kali pertama dia dekat dengan seorang pria namun dia tidak ingin membuat ayahnya kecewa sebab hanya gio satu-satunya orang tua yang dimilikinya.
"Ini terlalu jauh mas, luna tidak ingin mengecewakan ayah." isakan kecil terdengar membuat tangan alex yang masih betah di atas hutan yang tidak lebat itu dia tarik dan alex langsung mendekap gadisnya yang kini mengeluarkan air mata.
"Maaf...maafin mas." gumamnya sambil melabuhkan beberapa kecupan dipelipis luna sedangkan luna tidak mengeluarkan sepatah katapun namun dia membalas pelukan yang alex berikan.
Alex mengurai pelukannya setelah tak mendengar suara isak tangis luna tapi justru terganti dengan suara dengkuran halus membuat alex terkekeh kecil.
Cup.
"Perasaan tadi menangis, ternyata sudah tidur aja." kekehnya setelah mengecup kening luna dengan lembut.
Gai rahnya yang tadi membara seolah sirna begitu melihat luna menangis bahkan hatinya mencelos saat air mata luna mengalir tadi.
Dengan lembut alex mengangkat tubuh luna agar bisa tidur dengan posisi yang nyaman.
Grep.
Hah
Alex mendesah kasar saat tangan dan kaki luna malah menjadikannya seolah seperti guling setelah dia memperbaiki posisi tidur luna tadi.
"Nasib....nasib..."
Jangan lupa tinggalkan jejak😘😘