Gadis manis bernama Rania Baskara, usia 17 tahun. Baskara sendiri diambil dari nama belakang Putra Baskara yang tak lain adalah Ayah angkatnya sendiri.
Rania ditolong oleh Putra, ketika masih berusia 8 tahun. Putra yang notabenenya sebagai Polisi yang menjadi seorang ajudan telah mengabdi pada Jendral bernama Agung sedari ia masih muda.
Semenjak itu, Rania diasuh dan dibesarkan langsung oleh tangan Putra sendiri.
Hingga Rania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh pada diri Rania terhadap Putra, begitu juga Putra merasakan hal yang sama, namun ia tidak ingin mengakuinya..
Bagaimana kelanjutannya? ikuti kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Putra dan Siska
"Putra... Apakah kamu mendengar titahku?" Hardik Jendral Agung yang rupanya telah habis kesabarannya dalam membujuk Putra untuk lekas menikah.
"Siap, Jendral! Saya mendengarnya!" Jawab Putra dengan tegas.
"Kalau begitu, ikuti perintahku. Semua akan aku urus tanpa perlu kamu memusingkannya. Kamu tinggal siapkan saja diri kamu. Dan pernikahan akan dilakukan lusa!" Tegas Jendral Agung.
Putra sudah tidak dapat membantah sedikitpun, rasanya ia ingin menolak dan memberontak atas pernikahan itu. Namun apa daya, hidupnya dikendalikan oleh Jendral Agung.
Ia bisa menjadi seperti sekarang ini juga berkat Jendral Agung.
"Siap, Jendral!"
***
"Rania! Ada jengukan!" Panggil salah seorang petugas pada Rania.
Rania yang sedang Squat Jam, tiba-tiba menghentikan aktifitasnya.
"Siap, Komandan!" Jawab Rania.
(Jengukan? Bukankah Ayah kemarin baru saja jengukan? Siapa lagi yang jenguk?)
Batin Rania.
Ia melangkahkan kakinya menuju ruang penjengukan.
Sampailah pada ruang penjengukan, Rania melihat sosok Dicky yang tengah duduk memainkan ponselnya.
"Kak Dicky?" Panggil Rania.
Dicky yang mendengar namanya di panggil segera mengalihkan pandangannya pada sumber suara tersebut.
"Rania!" Jawab Dicky yang langsung bangkit dan mendekati Rania.
Tanpa meminta izin kepada Rania, Dicky langsung memeluk dan mencium pipi Rania.
"Kamu keren sekali Rania dengan penampilan barumu. Aku sangat merindukanmu. Semenjak kamu pendidikan, aku sering bete sekali di rumah!" Ungkap Dicky begitu takjub melihat penampilan baru Rania.
"Hehe aku juga rindu denganmu, Kak. Bagaimana? Aku tetap cantik tidak? Lebih cantik mana, rambut panjang atau rambut pendek seperti ini?" Tanya Rania kepada Dicky.
"Apapun yang ada di diri kamu, pasti selalu cantik, Ran!" Jawab Dicky.
"Oh ya, ngomong-ngomong kakak jengukan sendiri saja?" Tanya Rania yang kemudian mengajak duduk Dicky. Keduanya duduk berdampingan.
"Iya, Ran. Aku sendiri. Komandan tidak tahu kalau aku kesini." Jawab Dicky.
"Lho, kenapa bisa begitu, Kak?" Tanya Rania mulai mencurigai gelagat Dicky, seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan kepadanya.
"Hmm.. Ada yang ingin aku sampaikan, Ran. Tapi, kamu silent saja ya. Jangan sampai komandan tahu jika semua ini aku yang memberitahukanmu." Pinta Dicky kepada Rania.
Rania mengangguk dengan menatap tajam mata Dicky.
"Katakanlah, Kak." Ucap Rania.
"Minggu depan komandan akan ditugaskan ke Desa Seruni untuk mengecek dan menjaga ketat serangan dari anak buah Chandra Bhakti. Dan akan berlangsung kurang lebihnya sampai dua bulan lamanya." Cerita Dicky.
"Iya, aku sudah mengetahuinya, Kak." Sahut Rania.
"Apakah kabar selanjutnya kamu sudah mengetahuinya?" Tanya Dicky dengan memasang wajah was-was.
Rania mengerutkan dahinya.
"Kabar selanjutnya? Kabar apa itu, Kak?" Tanya Rania mulai merasakan bahwa perasaannya semakin tidak nyaman dan tidak enak.
Dicky menarik napas panjang seolah ingin berancang-ancang bahwa ia akan menceritakan kabar berita yang jauh membuat mental Rania semakin down.
"Komandan akan menikah dengan Siska, Ran!" Ucap Dicky.
Rania memutarkan kedua bola matanya.
"Ah, itu sih aku sudah tahu, Kak." Jawab Rania kembali.
Dicky mengerutkan dahinya.
"Kamu sudah tahu?" Tanya Dicky memastikannya.
"Iya, sudah tahu." Jawab Rania.
"Kamu sudah tahu bahwa komandan akan menikah dengan Siska besok lusa?" Tanya Dicky kembali kepada Rania agar lebih memastikannya.
Rania terkejut tatkala mendengar ucapan Dicky bahwa Putra akan menikah dengan Siska besok lusa.
"Besok lusa?" Rania balik bertanya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut dengan mata membulat besar dan mulut menganga.
Dicky mengangguk dengan cepat.
Jegeeerrrr...
Bagaikan tersambar petir disiang bolong. Rania terkejut bukan kepalang. Tubuhnya terasa dingin, dadanya sesak, tenggorokannya tercekat, kakinya terasa ingin merosot ke lantai. Sangat sulit dijabarkan kondisi hati Rania yang begitu hancur dan remuk mendengar kabar itu.
Sudut matanya memanas, napasnya tidak beraturan. Rasanya seperti tersengat aliran listrik.
"Rania! Kamu tidak apa-apa?" Tanya Dicky memastikan kondisi Rania.
Rania bergeming dan akhirnya bulir-bulir kristal yang memenuhi sudut matanya pun jatuh membasahi kedua pipinya.
"A-Aku tidak apa-apa, Kak!" Jawab Rania dengan nada bergetar.
Tanpa basa-basi, Dicky menarik tubuh Rania kedalam pelukannya.
Dicky dapat merasakan betapa hancurnya hati Rania. Ia pun sebenarnya telah mengetahui dan menebak bahwa Rania jatuh cinta kepada Putra. Bahkan mungkin sebaliknya. Namun, keduanya masih berada dalam perasaan gengsi dan susah untuk mengakui seluruh isi hatinya.
"Rania, aku tahu ini sangat berat untukmu. Tapi, kamu harus mengetahuinya, pernikahan komandan dan Siska bukan keinginan komandan sendiri. Melainkan, perintah mutlak dari Jendral Agung." Jelas Dicky dengan hati teramat sedih.
Rania menangis histeris dipelukan Dicky. Ia mencoba untuk tidak meneteskan air matanya, namun ia adalah seorang wanita. Sekuat dan setangguh-tangguhnya seorang wanita, ia pasti akan merasa lemah jika menyangkut masalah hati.
Dicky mengendurkan pelukannya, ia menangkupkan kedua tangannya pada rahang Rania.
Dicky menatap tajam kedua bola mata Rania.
"Rania, katakanlah bahwa kamu mencintai komandan, Ran. Aku dapat melihat dan merasakannya. Aku mengetahuinya! Kita saling mengenal sudah bukan setahun atau dua tahun, tapi kita sudah hidup bertahun-tahun walau kita hanya saudara angkat dan beda orangtua." Dicky melihat sorot mata Rania yang tidak seperti biasanya.
Ada rasa tidak ikhlas tatkala Rania mendengar kabar pernikahan Putra dan Siska hanya tinggal besok lusa saja.
Air mata Rania kembali deras dan membanjiri kedua pipinya.
"Tidak perlu kamu katakan, Ran. Sudah cukup aku mengetahuinya!" Peluk Dicky kembali kepada Rania.
Rania membalas pelukan Dicky.
"Rania, kamu jaga diri baik-baik ya. Aku kesini bukan ingin membuat dirimu terpuruk atau membuatmu sedih. Tapi, sebagai kakakmu, aku sangat peduli kepadamu." Ucap Dicky kembali.
Ia mengendurkan pelukannya.
"Ya sudah, tenangkan hatimu. Kamu belajar dengan rajin dan giat, tunjukkan kepada semuanya bahwa kamu wanita yang kuat dan tangguh. Jangan sampai lemah ya, Ran. Kakak akan selalu mendukungmu!" Ucap Dicky seraya mengusap air mata yang membasahi kedua pipi Rania.
Rania mengangguk dengan sisa isak tangisnya.
"Terima kasih ya, Kak." Ucap Rania lirih.
"Sama-sama, Rania. Kamu tidak perlu berterima kasih. Aku hanya ingin memberikan informasi saja, supaya tidak ada informasi yang terlewat. Kamu jaga kesehatan ya. Jaga diri baik-baik. Cepat lulus ya, banyak yang ingin aku ceritakan kepadamu." Ucap Dicky pada Rania.
Rania mengangguk kembali.
Dicky akhirnya berpamitan kepada Rania. Setelah Dicky pulang meninggalkan Rania, Rania pun kembali menuju area berlatih. Ia kembali Squat Jam dan meluapkan seluruh emosinya.
Mulai saat itu, Rania sudah tidak peduli akan bagaimana Putra dan Siska untuk kedepannya.
Rania berjanji pada dirinya untuk bersikap secara profesional dan tidak ingin memikirkan masalah hatinya.
Baginya, masalah hati hanya akan membuat dirinya terpuruk. Ia ingin menjadi lulusan Bintara terbaik. Bahkan jika ia telah lulus nanti, ia ingin menjadi anak angkat dari Putra, benar-benar seorang anak kandung yang menghormati Putra. Bukan untuk sebagai kekasihnya.
Masalah hubungan bercinta antara dirinya dengan Putra, ia telah membuangnya jauh-jauh. Ia telah menganggap semua itu adalah angin lalu. Ia telah melupakannya.
Dengan kehormatannya telah direnggut oleh Putra, tidak akan menjadi penyesalan baginya. Semua itu murni memang ia juga menginginkannya.
Jadi, mulai sekarang, Rania bangkit dengan semangat barunya!
***
"Saya terima nikah dan kawinnya Siska Putri binti Ardi Budiman berupa emas kawin seberat 200 gram dibayar tunai."
Ucap Putra dengan begitu sempurna dan lantang.
Semua tampak tegang dengan suasana yang begitu sakral.
"Bagaimana para saksi?" Tanya penghulu kepada saksi.
"Sah."
"Sah."
Penghulu kemudian membacakan do'a setelah akad nikah.
Setelah acara akad nikah, dilanjutkan kembali dengan acara upacara pedang pora.
Suasana rumah Jendral Agung yang digunakan untuk pernikahan Putra dan Siska disulap menjadi layaknya hotel berbintang.
Dihadiri oleh tamu undangan para anggota dan rekan-rekan bisnis lainnya.
Putra dan Siska telah resmi menjadi sepasang suami isteri.
Semua mengucapkan selamat kepada Putra dan Siska.
Semua terlihat bahagia dengan acara meriah tersebut.
Namun, tidak bagi Putra.
Sejak tadi ia memikirkan perasaan Rania. Namun, ia juga harus tetap mengabdi kepada Jendral Agung.
Putra begitu sakit kepala dengan situasi yang membuatnya begitu sulit dan terjepit.
"Selamat komandan! Akhirnya anda menikah juga." Peluk Dicky kepada Putra.
"Terima kasih, Dicky." Jawab Putra.
Keduanya saling berpelukan.
"Komandan, Rania sangat mencintaimu. Sempatkanlah meminta maaf kepadanya!" Bisik Dicky kepada Putra agar tidak terdengar oleh Siska.
Putra bergeming mendengar ucapan Dicky.
Keduanya melepaskan pelukannya, Putra menatap mata Dicky. Dicky memejamkan matanya sejenak guna memberikan sebuah kode kepada Putra.
Ya, kode bahwa Dicky telah mengetahui hati mereka.
Putra mengangguk tanda mengerti.
***
"Putra, kamu belum tidur? Apakah kamu menungguku?" Tanya Siska kepada Putra.
Putra yang tengah duduk di balkon kamarnya, sedikit termenung dengan ucapan Dicky yang mengusik pikirannya seraya menghisap cerobong asapnya.
Putra menoleh kearah Siska. Siska yang datang mengenakan pakaian tidurnya yang cukup tipis menembus pandang, membuat Putra berdecak perlahan.
"Aku belum mengantuk, kamu tidur saja jika ingin tidur lebih awal." Jawab Putra dengan nada cueknya, ia kemudian menghisap kembali cerobong asapnya.
Siska mengerucutkan mulutnya.
"Putra, memangnya kamu tidak ingin malam pertama denganku?"
Rania ikuti apa kata hatimu ... lepaskan masalalu dan tata kembli masa depan mu dgn mmbuka hatimu buat seseorg yg bsa terima kmu apa ada nya..
tetap semangat dan buang perlahan perasaanmu tentang putra...
masalalu biar lah berlalu .masa depan sedang menanti mu... yg sudah terjadi buat lah mnjdi pembelajaran buat kmu .
klw jodoh tak akan kemana Rania... pasti akan terima kmu apa ada nya...
semngt Rania ..
jdi lah tman baik buat Rania iptu... tmnin dia disaat dia terpuruk krna kenyataan putra.jgn lah kmu pergi krna mngetahui knyataan tentang Rania...
Rania .. kmu hrs smngt .. dan hrs bhgia... hrs bsa mnjdi diri sndri ... jgn mw di atur ma kuasa jendral agung itu