Aluna, gadis berusia delapan belas tahun dengan trauma masa lalu. Dia bahkan dijual oleh pamannya sendiri ke sebuah klub malam.
Hingga suatu ketika tempat dimana Aluna tinggal, diserang oleh sekelompok mafia. Menyebabkan tempat itu hancur tak bersisa.
Aluna terpaksa meminta tolong agar diizinkan tinggal di mansion mewah milik pimpinan mafia tersebut yang tak lain adalah Noah Federick. Tentu saja tanpa sepengetahuan pria dingin dan anti wanita itu.
Bagaimana kehidupan Aluna selanjutnya setelah tinggal bersama Noah?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 006
Vincent menyimpan kembali ponselnya setelah selesai berkirim pesan dengan Noah.
Tatapannya tertuju ke arah Aluna yang sejak tadi diam membisu. Berbeda dengan Aluna sebelumnya.
“Dimana pakaianmu?” Vincent bertanya sambil menebak kalau Aluna sengaja membungkus tubuhnya karena gadis itu tidak memakai apapun.
“Ethan merobeknya. Dia hampir saja—”
“Sudah, tidak perlu dijelaskan. Aku sangat tahu kalian pasti baru saja menghabiskan malah panas bersama dan terganggu karena kedatanganku, bukan?” Vincent hanya menebak.
Dia yakin kalau dugaannya tidak pernah salah.
“Menggelikan sekali!” ejek Vincent.
Aluna menundukkan wajahnya. Vincent pasti sudah salah paham padanya. Tetapi, Aluna tidak berhak menjelaskan apapun pada pria ini.
Semua orang pasti mengira Aluna bukanlah wanita baik-baik dan menganggapnya sudah kotor.
Sementara Vincent, ia juga tidak mau tahu sama sekali tentang apa yang terjadi pada Aluna.
Bagi Vincent, wanita itu sangat merepotkan. Mungkin pengecualian untuk Aluna. Dia adalah satu diantara wanita beruntung itu.
“Sebelum kembali, mampir dulu ke toko pakaian,” pintanya.
Jeremy melongo. Mobil mereka saja sudah mulai memasuki kawasan hutan. Dipastikan di depan sana tidak ada toko pakaian yang masih buka.
“Ini sudah pukul satu malam. Mana ada toko pakaian yang buka,” sahut Jeremy.
Mobilnya hampir saja oleng ke samping mendengar candaan Vincent.
“Dobrak dan ambil beberapa pakaian yang cocok untuknya! Jangan lupa bra dan celana dalam yang sesuai dengan...” Vincent tak melanjutkan ujarannya. “Kamu pasti tahu. Jadi, lakukan saja perintahku!”
Wajah Vincent memerah. Bisa-bisanya bibirnya bicara keceplosan begitu. Saat keadaan darurat begini, dia malah memikirkan hal yang tidak-tidak.
Aluna membuat fokusnya buyar!
Tawa Jeremy pecah. Untuk pertama kalinya, dia melihat Vincent gugup dan memperhatikan seorang wanita asing.
“Bosan hidup?”
“Ck! Baiklah, baiklah. Aku akan melakukannya!” seru Jeremy. Vincent benar-benar pemaksa.
Jeremy memarkirkan mobilnya. Ia berhenti di depan butik yang berada tak jauh dari kota. Karena sudah tutup, Jeremy terpaksa menghancurkan kaca dan mengambil beberapa gaun yang dipajang beserta dalamannya.
“Ini, ambilah,” kata Jeremy menyodorkan beberapa gaun ke arah Vincent.
“Hmm.” Vincent menyambar gaun tersebut sembari mendengus kesal.
“Untung saja dia cantik dan sedikit menggemaskan. Kalau tidak, aku tidak akan sudi melakukan hal memalukan seperti ini. Mencuri gaun di butik demi seorang wanita.” gumam Vincent sambil memijat pelipisnya.
Sedangkan Aluna, gadis itu sudah lebih dulu masuk ke alam mimpi. Rasa kantuk juga lelah menghampirinya.
“Gadis ini benar-benar tidak tahu malu! Seenaknya saja tidur di mobilku dan lihat itu, air liurnya sangat menjijikan!” Vincent bergidik.
••••
“Ampun, Tuan! Jangan sakiti aku... aku janji akan melunasi semua hutang-hutangku sesegera mungkin. Tapi tidak sekarang, aku tidak punya uang sebanyak itu,” ucap Hugo.
Dia memohon dan berlutut di hadapan Noah.
Akibat doyan berjudi mabuk-mabukan, Hugo terlilit hutang yang menumpuk dimana-mana. Dia bahkan tidak sanggup membayarnya sepeserpun.
Hugo terpaksa meminjam uang pada salah satu anak buah Noah dan sekarang pria itu harus berhadapan langsung dengannya.
Noah menatap tajam Hugo. Tatapan yang seakan-akan mengulitinya hidup-hidup.
“Apa jaminan yang akan kamu berikan untukku?” Noah berdiri membelakangi Hugo, meremas jari-jari tangannya dengan posisi menghadap keluar jendela kaca.
“Aku... aku akan memberikan keponakanku padamu. Dia sangat cantik dan memiliki tubuh yang indah. Aku yakin anda pasti akan tertarik,” jawab Hugo.
Tubuhnya bergetar ketakutan saat moncong senjata milik Noah sudah menempel di kepalanya. “Tuan...”
Pria tampan berwajah dingin serta sorot mata setajam elang itu menyeringai tipis.
“Kamu pikir aku tertarik dengan tawaranmu?” Noah menunduk, berbisik tepat di samping wajah Hugo. “Aku bisa mendapatkan banyak wanita seperti itu dengan sekali jentikan jari, sialan!”
“Hutang tetaplah hutang. Tawaranmu aku tolak!” pria itu membenarkan posisinya lalu merapikan jas dan menyimpan kembali senjatanya.
“Bawa dia ke markas! Jadikan dia sebagai umpan untuk memancing keluar Ethan Storm!” Noah memberi perintah pada salah satu anak buahnya.
Kemudian, pria itu bergegas keluar dari sana.
“A—apa dia bilang? Keluarga Storm?” gumam Hugo ketar-ketir.
Bukankah satu minggu yang lalu, Hugo menjual Aluna pada Ethan? Lalu, bagaimana jika Noah tahu kalau gadis yang dia tawarkan ada bersama mereka?
“Sialan! Sejak dulu, keponakanku itu memang selalu membawa kesialan untukku. Tahu begini, aku tidak akan membesarkannya!” batin Hugo mengerang kesal.