Nona kedua Li Yue An dari keluarga pejabat merusak nama baiknya, Kehormatannya membuat semua orang membenci bahkan mengucilkannya. Namun siapa Sangka siasat jahatnya membuat dirinya menjadi seorang Permaisuri. Setiap langkah yang ia ambil akan membuatnya mengorbankan semua orang yang peduli dengannya.
Di tahun ke sepuluh setelah Li Yue An menjadi seorang Permaisuri. Dia di jatuhi hukuman mati oleh Kaisar yang merupakan suaminya karena berkolusi dengan pemberontak.
Semua kebetulan seperti sebuah mimpi semata. Dia justru terbangun kembali saat usianya tujuh belas tahun. Dimana dirinya masih di perlakukan tidak adil oleh keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selir Li Huan
Suara musik mengalun lembut di iringi tiupan angin sejuk di pagi itu. Kicau burung saling bersautan menambah suasana lebih tenang. Enam penari menari seirama alunan musik yang di mainkan. Tubuh mereka melenggok indah dengan hentakan kaki pas tidak berlebih. Para pelayan berdatangan membawa enam macam hidangan.
Seorang wanita mengenakan gaun bersulamkan benang emas menjalar membentuk gelombang. Duduk diam menikmati kemuliaan yang ia dapatkan. Tusuk konde Phoenix menancap kuat di kepalanya. Di halaman tempat tinggalnya, semua kemewahan yang ia inginkan telah terpenuhi. Hanya saja kasih sayang dari suaminya tidak pernah bisa ia dapatkan. Semenjak hari pernikahan, Pangeran Wen Ming meninggalkan istrinya Nona pertama Li Huan yang saat ini telah mengatur kediaman pribadi Pangeran.
"Nyonya semua sudah ada di luar kediaman," pelayan wanita datang
Dengan wajah sedikit terangkat tatapan merendahkan itu masih saja sama. "Biarkan mereka masuk."
"Baik."
Pelayan wanita itu segera pergi lagi memanggil semua orang yang telah di undang Selir utama.
Enam penari lainnya berdatangan dari arah pintu masuk. Semua wanita itu mengenakan gaun berwarna merah juga kuning yang di padukan menjadi satu. Semua penari memberikan hormat. "Nyonya."
Selir Li Huan memandang dingin.
Pelayan wanita itu mengerti maksud dari Selir utama. "Lakukan dengan benar," pelayan wanita itu sangat ketus.
Semua penari saling memandang satu sama lain. Sekalipun mereka enggan tetap saja semua orang harus memberikan hormat. Pemimpin utama penari berlutut memberikan hormatnya di ikuti semua pelayan lainnya. Selir Li Huan menatap puas. "Kalian bisa bangkit."
Semua penari telah bangkit.
Satu gerakan tangan, semua penari langsung menyesuaikan diri. Mereka semua menari mengikuti irama musik.
Selir Li Huan mengambil pisau buah di depannya. Memainkannya beberapa kali dalam gerakan lembut di tangannya. Tatapannya bahkan tidak bisa lepas dari ketajaman pisau yang telah terasah dengan sangat baik.
Pelayan wanita lainnya datang mendekatkan dirinya kearah Selir Li Huan. "Nyonya, adik kedua anda telah kembali."
Mendegar itu Selir Li Huan menatap tajam. Kebencian berkobar tanpa bisa di padamkan. "Hanya anak seorang budak. Juga bermimpi terlalu tinggi," seringaian itu membuat semua orang menunduk ketakutan. Tetesan darah mengalir perlahan dari genggaman tangannya. Tanpa sadar gadis itu menggenggam erat pisau tajam hingga membuat luka dalam.
Ttrreengg...
Pisau di buang.
Semua penari dan juga orang yang memainkan musik langsung diam. Mereka bersujud ketakutan.
"Minta semua orang pergi. Aku sedang tidak enak badan," bangkit dari tempat duduknya. Gaun mengambang mengikuti setiap langkah kaki Selir Li Huan.
"Baik," Pelayan wanita utama langsung meminta semua orang untuk segera pergi meninggalkan kediaman Pangeran Wen Ming.
Di dalam ruangan kamar wajah Selir Li Huan sudah sangat gelap. Tatapan matanya penuh rasa iri juga keinginan untuk menghancurkan adik keduanya. Meskipun dia tidak tahu kabar di luar benar atau tidak. Tetap saja hal ini telah membuat dirinya merasa sangat di rugikan. Seorang pelayan masuk membawa obat juga perban untuk luka. Saat tangan gadis itu di perban. Darah segar masih mengalir bahkan jatuh mengenai gaun indahnya. Pelayan wanita dengan cekatan menghentikan pendarahan baru membasuh luka dengan obat. Setiap perban di ikatkan, sesekali pelayan wanita menatap wajah Selir Li Huan penasaran. Mungkin karena tidak ada suara rintihan rasa sakit ataupun kerutan di wajahnya. Pelayan itu justru mendapati tatapan mata Selir Li Huan benar-benar mengerikan membuat pelayan wanita itu merasakan aura dingin pada bagian punggungnya.
"Nyonya sudah selesai," bangkit lalu mundur beberapa langkah.
Selir Li Huan bangkit dari tempat duduknya. Di bantu pelayannya dia melepas gaun kemegahan di tubuhnya. "Buang gaun ini. Noda darah hanya akan membawa kesialan pada ku," berjalan santai memilih gaun yang ia inginkan. Puluhan gaun indah berjahitkan benang emas berjejer di lemari panjang pada pojok ruangan.
"Baik," salah satu pelayan datang dari arah luar mengambil gaun untuk di buang.
Dan pelayan di dalam kamar masih sibuk membantu Selir Li Huan untuk berbenah diri. Gadis itu telah duduk tenang di depan kaca besar. Pantulan wajahnya membuat dirinya merasa tidak ada celah keburukan. Wajahnya sangat terawat, lembut juga cantik. Seharusnya suaminya tidak akan bisa melewatkan kecantikan ini. "Obat yang aku minta sudah kamu dapatkan?"
Pelayan itu menghentikan gerakan tangannya saat menyisir rambut Selir Li Huan. Dia menunduk, "Nyonya saya telah mendapatkannya," mengambilkan bungkusan kecil dari balik bajunya. "Dosis obat ini sangat kuat. Apa Nyonya yakin ingin menggunakannya?"
Selir Li Huan melirik tajam.
Pelayan wanita itu menunduk diam. Dia memberikan obat yang di minta Selir Li Huan. Setelah gadis di depannya mengarahkan pandangannya ke arah kaca kembali. Pelayan wanita itu baru bisa menghela nafas lega. Dia memulai menata rambut lagi.
Tusuk konde Phoenix di kenakan pada sanggul di kepalanya. "Siapkan hadiah untuk kedatangan ku menemui adik kedua ku. Dia baru saja kembali dari pengasingan. Aku harus memberinya hadiah agar dia lebih senang."
"Baik," pelayan wanita pergi menuju gudang barang berharga.
Selang beberapa menit Selir Li Huan keluar dari kamarnya menuju ke arah pintu utama. Ada enam pelayan wanita yang siap mengikuti dengan hadiah telah ada di masing-masing tangan pelayan. Kereta kuda mewah sudah siap membawanya. Salah satu penjaga laki-laki datang, dia langsung bersujud agar dapat di jadikan pijakan Selir Li Huan. Perlahan Selir Li Huan menginjak punggung penjaga laki-laki di tanah. Salah satu tangannya di genggam erat pelayan wanita agar dirinya bisa seimbang saat naik ke atas kereta. Setelah dia menaiki kereta semua pelayan berjejer diam berada di belakang kereta. Setidaknya ada dua puluh penjaga laki-laki mengikuti.
Di sepanjang jalan semua orang selalu memperhatikan arakan dari kediaman Pangeran Wen Ming.
"Dia Selir pangeran Wen Ming."
"Seorang Selir juga bisa mendapatkan kemewahan ini. Kabar yang beredar tidak sepenuhnya benar. Banyak orang bilang Selir Li telah di tinggalkan."
"Benar. Dengan kemewahan seperti ini. Bagaimana bisa di katakan di tinggalkan."
Suara dari luar kereta terdengar tanpa henti di sepanjang jalur utama ibu kota. Membutuhkan waktu hampir satu jam hanya untuk bisa sampai ke kediaman Li.
Penyambutan keluarga Li terlibat sangat megah. Nyonya Li yang mendengar anak kesayangannya datang tentu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharganya. Untuk menunjukkan jika putrinya telah menjadi wanita mulia.
Hampir semua pelayan kediaman menyambut di depan pintu utama keluarga Li. Petasan juga siap untuk di nyalakan sebagai tanda kebahagiaan. Tepat di saat kereta berhenti, suara musik di mainkan. Semua orang di luar kediaman menyaksikan keramaian yang ada di kediaman keluarga Li. Semua itu di siapkan Nyonya Li kurang dari satu jam setelah mendapatkan surat dari putrinya.
Ibu selir Shen bersama kedua anaknya juga ikut keluar. Begitu juga Li Yue An dan adik ketiganya.