Apa arti hidup bagi Ashkar...
Sepanjang perjalanan di kehidupan ini, tidak ada hal baik terjadi...
Seakan dunia tidak pernah menerima dirinya...
Keadilan tidak pernah datang untuk menyelamatkan...
Dan orang-orang hanya menganggap bahwa hidupnya adalah kesalahan...
Memang apa yang salah dengan hidup sebagai seorang pengangguran...
Hingga kematian datang dan iblis memberi penawaran...
"Bantu kami mengalahkan para pahlawan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daftar riwayat hidup
(note : cerita ini hanya kisah fiksi dan karangan semata, bukan untuk mendeskripsikan sebuah agama atau bentuk kepercayaan, apa lagi membuat agama baru. Jadi mohon bijak dalam membaca.)
Kini Ashkar memasuki istana para dewa jahat, penuh kekaguman mana kala semua ornamen dan perabotan disana terbuat dari emas yang berkilauan.
Tidak hanya itu, lantai terbuat dari batu marmer, bersih, tanpa noda atau pun debu, pahatan tujuh patung emas berdiri megah di tengah-tengah kolam ikan di dalam aula.
Bagi Ashkar yang hidup di jalanan, memandangi gedung bertingkat seratus lantai di kota sudah menjadi hal menakjubkan.
Namun jika dibandingkan dengan istana surga, semua gedung-gedung itu, kini tidak lebih dari serpihan rengginang semata.
Hingga dalam kekaguman Ashkar, dia mengingat ucapan Mordred sebelumnya...
"Bisa aku bertanya ?." Ucapnya.
"Tentu, aku akan menjawab semua pertanyaan mu." Cukup santai Mordred menanggapi Ashkar, walau ekspresi wajahnya tidak tergambar keramahan.
Sedikit hati Ashkar merasa tawaran Mordred tentang tujuannya adalah hal menarik, karena mendapat hidup kedua seakan menjadi kesempatan memperbaiki semua penyesalan di kehidupan masa lalu.
"Tapi aku sudah mendapat kesempatan untuk pergi ke surga, jadi katakan alasannya kenapa aku harus menerima permintaan mu dan apa aku mendapat keuntungan ?." Ucap Ashkar sebagai bentuk perbandingan.
Mordred menepuk kening, dia tertawa keras terbahak-bahak, seakan semua yang Ashkar katakan adalah lelucon terlucu untuk di dengar olehnya.
"Kenapa kau tertawa ?, Apa kau gila ?."
"Tidak sopan menyebut dewa itu gila, kau bisa sial nanti." Balas Mordred lepas lelah selesai tertawa.
Ya bisa dibilang, aku sudah merasakannya sepanjang hidup...
Ashkar tidak mengerti...." Kalau begitu maaf jadi, katakan apa yang lucu dari pertanyaan ku."
"Hei, asal kau tahu, di Surga itu tidak menyenangkan, biar aku ceritakan sedikit tentang surga. Disana kau hidup nyaman, aman dan tenang." Jawab Mordred.
Semakin Ashkar tidak mengerti, atau mungkin jalan pikiran antara dia dan dewa memang terbalik...."Itu terdengar bagus, jadi apa yang salah ?."
Mordred kembali tenang dan bersikap seperti biasa, sebelum dia menjawab pertanyaan Ashkar jentikan jari di tangannya yang berkuku tajam, memanggil para pelayan serupa malaikat namun bersayap hitam untuk membawa meja dan kursi.
Ashkar dipersilahkan duduk sebelum Mordred bercerita, beberapa buah-buahan, secangkir anggur dan kudapan lain dengan tampilan mewah pun datang.
"Apa aku bisa minta kopi panas ?." Saut Ashkar kepada pelayan.
"Pikirkanlah, segala hal di surga sudah tersedia tanpa perlu bersusah payah, hidup tenang tanpa masalah, semua orang berperilaku baik tanpa ada yang salah. Dan kau berpikir itu menyenangkan ?." Ucapnya serius.
Gimana ?, Gimana ?...
Benar sekali ada yang salah dengan logika Mordred..."Hmmm aku masih bingung ?."
Mordred berpikir sejenak untuk menjelaskan lebih rinci...."Dalam hidup segalanya akan terasa menyenangkan kalau kita berjuang mencapai tujuan. Bukankah itu benar ?."
"Itu tidak salah..." Jawab Ashkar.
Dia menerima kopi panas dari pelayanan malaikat bersayap hitam.
"Tapi di surga tidak ada Pengorbanan, tantangan, pengalaman, pertarungan, kesenangan, penderitaan, rasa sakit, rasa sedih, kecewa, bahkan perut mulas pun tidak ada." Ucap Mordred sembari menggebrak meja.
Ashkar terkejut hingga kopi yang dia tiup pun tumpah ...
"Kau harusnya sadar, bahwa itu semua adalah harga dari perjuangan yang membuat manusia menikmati kehidupan, benar kan ?."
"Ya, aku sedikit setuju." Entah kenapa Ashkar mengangguk lagi dan merasa paham.
"Kalau begitu, aku menawarkan perjanjian, akan aku beri kesempatan hidup kedua dengan kekuatan yang membawamu dalam perjuangan mencapai tujuan." Tegas Mordred menunjuk hidung Ashkar selagi meniup kopi panas di cangkirnya.
Satu teguk kemudian... "Tapi kenapa kau ingin aku mengalahkan pahlawan ?."
Bagi Ashkar ini aneh, karena bagaimana pun juga dia adalah manusia dan tentu berpihak kepada norma Pancasila sila ke lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Kau itu banyak tanya...."
"Aku hanya tidak ingin tertipu... Sekali saja aku di tipu oleh bisnis MLM." Ungkap Ashkar.
"Itu salah mu sendiri, karena percaya cara mudah untuk bisa kaya." Sindir Mordred.
"Maaf saja kalau begitu, setelahnya aku merasa pesugihan jauh lebih masuk akal." Balas Ashkar dengan menggerutu.
"Hmmm baiklah, jadi gini. Di cerita mana pun, dalam film, dalam novel bahkan buku pelajaran sejarah. Iblis akan selalu kalah melawan pahlawan, iblis adalah makhluk jahat dan harus di basmi dan menjadi hal wajib, jika tidak, maka tidak akan seru." Ucap Mordred berekspresi mendramatisir.
"Itu pun aku tahu."
"Apa kau tidak kasihan dengan kami, bangsa iblis. Selalu dan selalu menjadi kambing hitam sejarah, kami disalahkan, kami merasa terhina dan kami dianggap jahat, bahkan melihatnya saja aku seperti ingin menangis. Walau memang sudah menjadi gambaran iblis dalam skenario takdir, tapi itu adalah cara kami menjalankan tugas dan mereka semua tidak mau tahu." Perjelas Mordred berekspresi sedih.
Itu seperti memberi pertunjukan drama, sebagaimana seorang suami memohon ampun, saat di usir istri karena terlalu lama menganggur, hobi memancing dan lupa kewajiban mencari nafkah.
Hati Ashkar terketuk..."Lalu kau ingin aku mengubah takdir itu, supaya bangsa iblis menang melawan pahlawan dan image iblis tidak lagi dilihat sebagai antagonis."
"That right, kau cepat tanggap." Mordred mengacungi jempol.
"Ok, ok, aku paham perasaan mu, tapi bagaimana denganku, jika aku berada di pihak iblis, bukankah kesempatan ku masuk surga akan hilang, kemudian aku dihukum di neraka, rugi dong." Kembali Ashkar meminta konfirmasi lebih lanjut.
"Tidak, tidak, aku sudah mengajukan proposal kepada tuhan sejati. Kalau aku ingin mengubah takdir iblis untuk kesempatan terakhir sebelum kiamat datang, dan kau terpilih menjadi subjek yang mendukung program ku. Jadi tindakan di kehidupan kedua ini tidak akan berpengaruh terhadap surga yang kau dapatkan sebelumnya." Perjelas Mordred saat menunjukkan kertas proposal di hadapan Ashkar.
Setelah membacanya Ashkar semakin paham..."Itu membuatku sedikit tenang."
Sejenak Ashkar memikirkan segala kemungkinan yang terjadi untuk pilihan menjadi subjek dewa jahat.
Dia tidak menganggap bahwa itu adalah hal buruk, meskipun dari sudut pandangnya bangsa iblis tetap tergambar sebagai wujud dari makhluk penuh dosa. Tapi di sisi lain dia pun merasa iba ketika tahu alasan Mordred untuk bisa membahagiakan pengikutnya demi sebuah kemenangan.
Ashkar kini memiliki jawaban pasti... "Baiklah aku setuju, akan aku lakukan, aku ingin merasakan hidup baru yang penuh tantangan dan perjuangan."
Mordred tersenyum lebar, baginya adalah ekspresi kebahagiaan karena rencananya berjalan lancar, tapi untuk Ashkar dia tidak senang melihat gigi-gigi runcing itu tepat di depan mata.
"Terimakasih, setelah ini kau akan aku bertemu dengan semua dewa jahat untuk mendapat berkah mereka." Mordred berdiri dan bersiap pergi.
"Satu pertanyaan lagi." Kembali Ashkar bertanya.
"Apa itu ?." Mordred tidak menolak untuk menjawabnya.
Ashkar tidak melupakan pertanyaan mendasar ini..."Kenapa harus aku ?."
Kembali lengkungan bibir dengan senyum penuh gigi runcing itu tampak menyeramkan, dan memang bentuk wajah Mordred memang tidak pantas untuk tersenyum.
"Tidak ada manusia yang lebih menderita dan berjuang lebih keras seperti dirimu." Jawab Mordred.
Ya, aku sudah berjuang keras, aku tidak merasa menjadi paling menderita, tapi aku tahu bahwa semua yang aku lakukan selama ini adalah untuk bertahan hidup.
"Sepertinya tahu segalanya tentangku."
"Ya aku melihat daftar riwayat hidup yang kau miliki." Itu alasannya.
Aku lebih merasa ini seperti perekrutan karyawan pabrik dari pada dunia para Dewa.
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...