Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Aksi Wei Guanlin
"Bukankah kalian terlalu banyak bicara, aku menjadi ragu bahwa kalian ini seorang pria." Wei Guanlin mencibir ketiga pemuda dihadapannya, ia kesal melihat ketiga pemuda itu terus menghina kekasihnya.
Ketiga pemuda itu menoleh kearah sumber suara, mereka terkejut saat melihat Wei Guanlin.
Bukan karena ucapan gadis itu yang membuat ketiga pemuda itu, melainkan wajah gadis itu yang menurut mereka sangat sempurna.
Mereka tidak begitu memperhatikan orang yang berada disamping Zhou Fan sebelumnya karena mereka lebih terfokus kepada Zhou Fan.
Zhou Han yang melihat kecantikan Wei Guanlin tiba tiba terukir senyum kecil di bibirnya.
"Siapa wanita ini....dia begitu cantik, bahkan aku belum pernah menjumpai wanita secantik dirinya." Zhou Han berkata di dalam hati, tiba tiba muncul keinginan untuk merebut Wei Guanlin dari Zhou Fan.
"Siapakah nona cantik ini? sepertinya nona tidak berasal dari desa ini, kalau nona berkenan saya bisa menemani nona berkeliling desa ini, mungkin nona telah ditipu oleh pemuda disamping nona, dia adalah sampah yang terkenal di seluruh desa bahkan kota, nona bisa mempercayai saya jika nona berkenan." Zhou Han menjelekkan Zhou Fan dihadapan Wei Guanlin, ia merasa Wei Guanlin mengikuti Zhou Fan karena telah ditipu oleh Zhou Fan.
Wei Guanlin diam saja, ia ingin melihat reaksi Zhou Fan setelah ada seseorang yang menggodanya secara terang terangan.
Tapi harapannya tidak sesuai dengan apa yang dilakukan Zhou Fan, pemuda itu hanya diam sambil menatap datar Zhou Han serta temannya.
Zhou Fan diam karena dia yakin bahwa Wei Guanlin tidak akan meninggalkannya, apalagi dibandingkan dengan Zhou Han yang mempunyai sifat seperti itu, pasti Wei Guanlin lebih memilihnya, pikir Zhou Fan dengan percaya diri.
Berbeda dengan pandangan Zhou Fan, Zhou Han menyeringai sambil berkata.
"Lihat.... dia diam saja, karena memang yang kukatakan merupakan suatu kebenaran," ucap Zhou Han semakin percaya diri.
"Lebih baik nona ikut dengan saya saja, saya lebih bisa diandalkan daripada si sampah disampingmu nona." Zhou Han berkata kepada Wei Guanlin, tapi pandangannya menatap hina Zhou Fan.
"Wanita cantik seperti nona tidaklah pantas jika bersama dengan dia yang seorang sampah." Zhou Han terus merendahkan Zhou Fan.
Wei Guanlin tersenyum getir, ia tiba tiba merasa sedih saat membayangkan keseharian Zhou Fan dulu, dihina, dicemooh, ditinggalkan orang terdekatnya, sungguh sesuatu yang sulit jika ia sendiri mengalaminya, rasa kagumnya kepada Zhou Fan semakin bertambah setelah ia menyadari kesulitan yang Zhou Fan alami.
Wei Guanlin sekali lagi menoleh kearah Zhou fan, melihat pemuda itu tetap tenang meskipun dihina begitu, pasti pemuda itu sepertinya sudah kebal dengan hinaan, pikir Wei Guanlin.
"Jika dia tidak pantas lalu siapa yang pantas, kau?" Wei Guanlin berkata dengan nada marah.
"Tentu saja, siapa lagi jika bukan saya." Zhou Han merentangkan tangannya sembari menolah ke arah temannya.
"Huh.. Kau tidak layak!" Wei Guanlin mendengus kesal.
"Dia, yang kau sebut sampah, menurutku jauh lebih baik dari pada dirimu, menurutmu kau jenius dengan kultivasimu yang hanya di tingkat mahir bintang 2." Wei Guanlin sudah tidak bisa menahan kekesalannya, ia sekarang sedang sangat kesal, melihat Zhou Fan diam saja saat jelas jelas ada yang menggodanya, Wei Guanlin berharap setidaknya Zhou Fan mengatakan bahwa Wei Guanlin adalah miliknya.
Ketiga pemuda itu tidak bisa untuk tidak terkejut mendengar ucapan perempuan di hadapannya, mereka sangat marah sekarang karena mereka merasa direndahkan oleh seorang wanita, mereka bertiga selalu menjadi idola para wanita di Desa Giok, para gadis muda selalu berteriak histeris saat melihat mereka datang, tapi sekarang mereka malah direndahkan oleh seorang perempuan yang terlihat seumuran mereka.
"Saudara Han sudah memberikanmu sebuah pilihan yang mudah, kenapa kau malah mempersulit keadaan." Zhou Yi berkata dengan nada marah.
"Kalian bertiga tidak perlu banyak omong kosong, kalau kalian ingin maju, maju saja sekalian jangan satu per satu." Wei Guanlin berkata sambil menatap ketiga pemuda di hadapannya dengan pandangan meremehkan.
"Tidak perlu kita bertiga, aku saja sudah cukup." Zhou Yu maju selangkah, belum dia mengeluarkan senjatanya Zhou Yu sudah terbaring karena terkena tekanan petarung tingkat master puncak.
Zhou Han serta Zhou Yi yang melihat temannya tumbang tanpa perlawanan, kakinya tiba tiba terasa berat untuk melangkah maju.
"Zhou Yu yang di tingkat petarung mahir bintang 1, langsung pingsan setelah terkena auranya saja ?" Zhou Han berkata pelan, untuk pertama kalinya dia merasakan ketakutan dan itu dihadapan seorang perempuan, di dalam hati ia terus menyalahkan Zhou Fan atas semua yang menimpanya hari ini.
Sama seperti Zhou Han, kondisi Zhou Yi juga tidak lebih baik daripada Zhou Han, ia sungguh menyesal karena telah menyinggung seseorang yang seharusnya tidak ia singgung, Zhou Yi juga menyalahkan semua ini kepada Zhou Fan, menurutnya semua ini tidak akan terjadi jika tidak bertemu dengan Zhou Fan.
"Kalian berdua apakah tidak ingin maju." Wei Guanlin memandang wajah kedua pemuda yang kini telah berubah pucat itu.
"Maafkan kami nona, kami tidak akan mengulanginya lagi, mohon kerendahan hati nona." Zhou Yi berkata dengan sedikit membungkuk kapada Wei Guanlin.
"Cih ternyata sangat lemah, tidak seru sama sekali." Wei Guanlin berkata dengan nada menyesal.
"Ayo kembali." Wei Guanlin menoleh ke arah Zhou Fan barada, yang diangguki oleh pemuda itu.
Setelah kepergian Zhou Fan dan Wei Guanlin Zhou Han dan Zhou Yi mendekati Zhou Yu yang sudah terlihat membuka matanya.
"Saudara Yu apakah kau baik baik saja." tanya Zhou Yi.
"Hmm..."Zhou Yu hanya mengangguk lemah mendengar pertanyaan temannya.
"Ini semua salah si sampah itu." Zhou Han berkata dengan lantang.
"Ya... itu benar, kalau kita tidak bertemu dengan si sampah itu, pasti tidak akan seperti ini." Kali ini Zhou Yi mengeluarkan pendapatnya.
"Kita harus mencari kesempatan untuk membalasnya." Zhou Han berucap kepada teman temannya.
"Itu sudah pasti, saudara Han." Zhou Yi menyetujui usulan Zhou Han, Zhou Yu yang baru sadar dari pingsannya hanya bisa mendengarkan pembicaraan tersebut, ia masih terlalu lemas untuk berbicara.
****
Sampai di kediaman, Wei Guanlin langsung menuju ke kamarnya tanpa memperdulikan Zhou Fan, ia masih kesal dengan pemuda itu.
Zhou Fan yang melihat Wei Guanlin pergi tanpa menghiraukannya menyipitkan mata.
"Sepertinya dia marah..." Zhou Fan sudah yakin bahwa Wei Guanlin akan marah padanya, meskipun dia tahu Wei Guanlin berharap dia dapat membelanya, tapi dia hanya diam karena dia merasa belum saatnya ia menunjukkan kekuatannya.
Zhou Fan mengikuti Wei Guanlin ke kamarnya, tapi saat Zhou Fan ingin masuk, pintunya terkunci dari dalam.
"tok tok tok...,"
Tidak ada balasan dari dalam kamar Wei Guanlin, Zhou Fan berpikir untuk mendobrak pintu kamar Wei Guanlin, tapi saat Zhou Fan bersiap, pintu kamar itu sudah terbuka dan memperlihatkan seorang gadis cantik.
"Apa kau marah..." Zhou Fan bertanya sambil meraih tangan Wei Guanlin.
"Tidak, siapa yang marah." Wei Guanlin mencoba untuk tidak memperlihatkan kekesalannya dihadapan Zhou Fan, karena ia yakin pemuda itu memiliki penjelasan yang masuk akal terhadap sikapnya tadi.
"Hmmm?" Zhou Fan mendekatkan wajahnya ke wajah Wei Guanlin, memeriksa apakah gadis itu tengah berbohong atau tidak.
"Apa yang kau lakukan..." Wajah Wei Guanlin memerah saat wajah Zhou Fan sangat dekat dengan wajahnya.
"Baiklah... aku percaya, tapi kenapa kau terlihat buru buru saat tiba di kediaman." Zhou Fan berkata memutuskan untuk percaya setelah tidak bisa menemukan titik kebohongan di wajah Wei Guanlin.
"Mmm... ah kau dengar tidak, sepertinya ibu sekarang memanggil kita untuk makan malam." Wei Guanlin mencoba mengalihkan pembicaraan dengan alasan panggilan Zhou Qian.
Zhou Fan paling tidak bisa mengabaikan sesuatu jika berhubungan dengan ibunya, dan pada saat itu memang Zhou Fan juga mendengar panggilan ibunya.
****
udah pikunkah authornya ?????
Kocak si author 😂😂