Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan
Ana dan Kayla pulang dengan perasaan campur aduk. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka.
Sampai di rumah, Kayla langsung memasuki kamarnya. Begitu juga dengan Ana.
Ana kembali menangis nasib tragis yang menimpa hidupnya.
"Ternyata, penantian ku sia-sia." gumam Ana tersenyum miris.
Apalagi saat menatap senyum yang dulu pernah berikan Sahil untuknya, kini beralih untuk wanita lain. Bahkan Sahil masih menatapnya dengan tatapan bingung.
Setelah mendengar semuanya, Ana memang langsung meninggalkan Kinan. Namun sebelumnya, Ana juga bertanya tentang sosok yang menyebabkan Sahil hilang ingatan. Namun Kinan tidak mempunyai petunjuk apapun.
Di tempat lain, Kinan duduk termenung di dalam kamarnya. Sedangkan Sahil sedang bermain bersama anak mereka.
"Jadi, wanita tadi. Beneran istriku?" tanya Sahil memasuki kamar dan duduk disisi Kinan.
"Maafkan aku ..." ujar Kinan merebahkan kepalanya di bahu Sahil.
"A-aku sungguh gak tahu jika, kamu sudah punya istri dan anak." isak Kinan. "Dan aku juga ingin mengatakan kejujuran padamu ..." ujar Kinan menatap dalam mata Sahil.
"Katakan lah ..." seru Sahil siap mendengarkan.
Kinan pun mulai menceritakan asal muasal anak pertamanya. Dia juga mengatakan alasan sebenarnya dia menikahi Sahil.
"Maafkan aku ..." Kinan berlutut di depan Sahil.
Sahil sendiri bingung, mau menyalahkan Kinan juga percuma. Lagipula Kinan lah, yang menyelamatkannya. Dan Kinan pula, yang membantunya sampai seperti ini.
"Tolong jangan tinggalkan aku, aku sungguh mencintaimu bang ... Aku sangat mencintaimu." lanjut Kinan, menatap Sahil yang bingung.
"Saat itu aku kalut, dan memanfaatkan kamu yang lupa ingatan. Maafkan aku, tolong maafkan aku." mohon Kinan.
Sahil membangunkan tubuh Kinan yang masih saja berlutut. Dan memeluk erat tubuh wanita yang telah memberinya seorang putri.
...🍁🍁🍁...
Arkan pulang kerja, namun anehnya rumah terlihat sepi. Padahal ini masih jam delapan malam.
Karena merasa aneh, Arkan pun langsung ke kamar ibunya. Untuk melihat keadaannya.
"Ibu ..." ujar Arkan mengetuk pintu kamar.
Tidak ada sahutan, sehingga Arkan kembali mengulangnya. Namun, sudah tiga kali mengetuk, Ana tidak kunjung menyahut, ataupun keluar.
Arkan pun memutuskan untuk membuka pintu kamar Ana. Terlihat disana ibunya yang sedang duduk menatap keluar jendela.
"Ibu, kenapa?" tanya Arkan menyentuh bahu Ana.
Ana gelagapan dan buru-buru menghapus air matanya.
"Ibu ada apa? Kenapa menangis?" tanya Arkan panik.
"Ayahmu ..." Ana tidak bisa melanjutkan ucapannya. Karena kenyataan pahit yang diterimanya.
"Ibu rindu ya? Aku juga ..." lirih Arkan duduk di samping ibunya.
"Bukan, tapi lelaki masih hidup dan sudah mempunyai putri dengan wanita lain." lirih Ana kembali menjatuhi air matanya.
Butuh beberapa saat untuk Arkan mencerna ucapan ibunya. Namun, dia paham apa yang dikatakan ibunya. Akan tetapi, dia butuh waktu.
"Gak mungkin ..." sahut Arkan.
"Bahkan dia ada disini, di dekat kita. Bukan lagi di tempat dia merantau dulu." lanjut Ana.
"Dimana? Berikan aku alamatnya." ujar Arkan.
Ana bangkit untuk mengambil sesuatu di dalam tasnya. Dan memberikan secarik kertas yang diberikan Kinan padanya.
"Ini adalah alamat Ayahmu sekarang, kamu bisa menemuinya." ungkap Ana.
Menurut Ana, Arkan juga harus tahu yang sebenarnya. Karena bagaimanapun, Arkan adalah anaknya.
Dengan menggenggam secarik kertas itu, Arkan keluar dari kamar. Dan Ana sendiri malah mendatangi ke rumah Firman, abang pertamanya. Yang kebetulan baru saja pulang merantau.
"Bang ..." panggil Ana, pada sosok lelaki pengganti ayahnya.
Firman yang sedang merokok di teras, menoleh pada Ana dengan wajah sembab.
"Ada apa? Kenapa?" beruntun Firman.
"Bang, dadaku sesak sekali ..." Ana mengadu sembari memukul-mukul dadanya.
"Kita kerumah sakit. Arkan dan Kayla dimana? Kenapa kamu bisa kesini sendiri?" tanya Firman panik.
"Bang, Sa-sahil udah nikah lagi." ujar Ana membuat Firman mematung.
"Ma-maksud kamu? Sa-sahil masih hidup?" seru Firman. "Dimana dia?" lanjutnya.
"Dia sudah menikah lagi bang, dia sudah punya anak dengan wanita lain." isak Ana.
Dan Ana menceritakan apa yang sebelumnya diceritakan oleh Kinan padanya. Termasuk Sahil yang hilang ingatan akibat di pukuli oleh dua orang asing.
"Lebih baik, kamu tenangkan dirimu terlebih dahulu. Dan kita akan coba cari solusi untuk masalah ini." ujar Firman mengepal tangannya.
Di tempat lain, Arkan sampai di depan sebuah rumah sederhana. Disana dengan jelas dia bisa melihat lelaki yang sedang membersihkan bambu, untuk pagar.
Lelaki yang selalu ada dalam doanya, ternyata dengan tega menoreh luka yang begitu dalam terhadap dirinya.
Karena di kandung emosi, Arkan langsung menghampiri Sahil yang baru saja duduk istirahat.
"Dasar lelaki brengsek." teriak Arkan menonjok pipi Sahil.
Jelas Sahil terkejut, apalagi Arkan datang secara tiba-tiba.
Kinan yang membawa minum langsung berlari menghampiri suaminya, yang sedang meringis kesakitan.
"Kamu tahu? Delapan belas tahun aku hidup seperti anak yatim. Delapan belas tahun aku terus mendoakan keselamatanmu, delapan belas tahun, aku selalu menanti kepulanganmu. Tapi sekarang apa? Kamu malah bahagia dengan wanita ini? Wanita yang merebut kebahagian seorang anak?" teriak Sahil.
Kinan bisa menangkap, jika lelaki di depannya anak Sahil dari perempuan yang tadi di temuinya.
"Nak, tolong jangan pukuli ayahmu, karena disini aku yang salah." ujar Kinan.
"Memang, memang kamu bersalah karena telah menghancurkan hati wanita lain." berang Arkan. "Dan kamu, akan aku anggap kamu telah mati. Dulu, aku memang berharap, jika suatu hari kamu kembali. Tapi, tidak untuk sekarang." tutur Arkan melenggang pergi.
"Nak ,,, maafkan ayahmu ..." Sahil bangkit mengejar langkah Arkan yang semakin menjauh.
"Aku bukan anakmu, anakmu telah tiada sejak hari ini." ujar Arkan sebelum menaiki sepeda motornya.
"Aku harus bagaimana? Karena sesungguhnya aku pun tidak mengingat tentang kalian sama sekali. Maafkan Ayahmu, yabg tidak sengaja menyakiti kalian ..."
Kinan menatap Sahil dengan perasaan bersalah, namun dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa.
Untungnya rumah mereka berada di ujung jalan, jadi tidak ada tetangga yang melihat kejadian itu. Kalo tidak, habis lah Kinan dibuat malu untuk selamanya.
Namun bukankah itu resiko? Resiko bagi seorang perempuan yang bisa dikatakan pelakor. Pelakor walaupun tanpa sengaja.
Arkan menangisi nasibnya. Dia yang dulunya bahkan tidak pernah menangis, saat diejek teman-temannya jika tidak memiliki ayah. Dia tidak pernah menangis, saat melihat teman-temannya memiliki sesuatu yang bahkan ibunya tidak mampu membelikannya.
Tapi, tidak untuk sekarang. Dia menangis. Menangis karena kecewa pada lelaki yang dianggap sebagai pahlawan. Dia menangis mengingat betapa kecewanya ibunya sekarang. Dia menangis mengingat betapa terlukanya adiknya sekarang.
Dan Arkan menghentikan sepeda motornya di sebuah tempat sepi. Kemudian berteriak sepuasnya. Seolah-olah mengeluarkan segala beban dan juga perasaan di hatinya.
"Sahil masih hidup ... Kita akan ketahuan ..." Firman mengirim pesan untuk Jefri, adiknya. Atau, abang kedua dari Ana.
ana yg tersakiti,Kinan yg menikmati
dan si Jefri dan firman perlu di ruqyah 😁😁