cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Masih di warung mie ayam lian. Setelah kepergian sang nenek suasana menjadi tampak hening. Zidan, Rangga dan jihan duduk saling berdampingan menatap tajam menatap tajam ke arah azizah yang duduk sendirian.
"Siapa kamu?" tanya azizah pada jihan.
"Aku jihan" jawab jihan singkat.
"Kenapa kamu memanggil kakakku kakak?" Tanya azizah mengintrogasi.
"Karena dia kakakku" jawab jihan sambil menyandarkan kepalanya di bahu rangga.
"Bagaimana mungkin!, ibuku bilang kalau kakakku hanya punya satu adik, dia hanya melahirkanku dan kakakku kalian juga bukan saudaraku" ucap gadis itu polos.
"Kamu dan aku bukan saudara satu ayah" Jawab rangga cepat.
"Meskipun begitu kakak dan aku satu ibu, kan" sambar gadis itu sambil berdiri tegak membuat jihan kembali duduk dengan sikap tegak.
"Kamu salah" jawab jihan menoleh ke arah rangga dan zidan memberi isyarat pada zidan agar mau menjelaskan.
"ibumu dulu tidak menginginkannya, jadi rangga tidak ada hubungannya denganmu sekarang, paham" celetuk zidan.
"Kalian bohong, setiap ibuku merindukan kakak, ibu selalu menangis, ibuku juga bilang, meskipun kami tidak tinggal bersama, tapi hati kami bersatu dan saling merindukan satu sama lain" ucap gadis itu
sambil tersedu.
"Apa yang kalian lakukan?, Bersikap seperti ini pada anak kecil?" Tegur ayah lian.
"Aku juga masih anak kecil" jihan menimpali.
"Jihan kamu?, Kamu ini sudah besar!" Tegurnya lagi.
"Assalamualaikum, dimana neneknya" tanya pak hari yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Waalaikum salam, dia sudah pergi, rupanya kamu masih ingat jalan kesini, aku pikir kamu sudah pergi terseret banjir" ucap lian meledek.
"Aku sibuk, ada banyak pekerjaan di kantor" Jawab pak hari serius.
"Lain kali, aku tidak akan berharap lagi padamu, aku akan menelepon 911 saja" ucap lian kesal karena disaat genting pak hari selalu datang terlambat.
"Asal kamu tahu, aku buru-buru pulang, dan kenyataanya aku sampai lebih cepat kan" jawab pak hari membela diri.
"Aku mau pulang dulu, aku mau mengerjakan tugas sekolah" ucap rangga beranjak dari kursi dan melangkah pergi.
"Jihan, zidan ayo pergi" ajaknya sebelum meninggalkan tempat itu.
Merekapun beranjak berdiri dan menyusul rangga yang pergi lebih dulu.
"bawa payungnya" perintah ayah lian.
"Siap ayah" Jawab mereka kompak.
"Kakak mau kemana, kakak?" Teriak azizah sambil berlari mengejar rangga.
Pak hari menahan bocah kecil itu agar tidak mengejar rangga.
"Mereka mau pulang, aku datang untuk mengantarmu pulang" ucap pak hari pada azizah.
"Aku tidak mau pulang, aku mau kakak" ucap gadis itu sambil menangis.
"Nak, dengarkan paman, ini adalah pak polisi, jika kamu tidak mau menurut maka kamu akan..." ucap lian terhenti.
"Iya, nak, aku adalah polisi, aku mengantarmu pulang" ucap pak hari menyambar pembicaraan lian.
"Tidak mau, aku mau kakak! Kakak! Kakak!" Teriaknya sambil terus melonjak-lonjak dan menangis semakin kencang.
"Lian bagaimana ini" tanya pak hari bingung.
"Rangga tidak mau mengajaknya, kamu atur sajalah" sahut lian meminta pak hari mengurusi gadis itu.
Pagi harinya suasana terlihat cerah, para warga sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
Pagi ini bersama dengan ibunya bu titin berbelanja kebutuhan dapur di pasar tradisional yang berada tidak jauh dari rumah.
"Berapa harga kubisnya" tanya sang ibu pada pedagang.
"Sepuluh ribu rupiah per kg nya" jawab pedagang.
"Harganya sudah naik ya?"
"Ih, memang segini harganya" jawab pedagang.
"Semua bahan sayuran sekarang sudah mahal, makanan dikota begitu mahal, jika di desa kamu bisa membeli satu kg dengan harga enam ribu rupiah saja"ucapnya sambil membuang bagian luar kubis tersebut.
"Nenek semua ini sudah dikupas, tidak ada lagi bagian yang jelek, bisakah kamu berhenti mengupasnya?, Jika kamu terus mengupasnya, aku bisa rugi" ucap pedagang.
" Aku hanya mengupas daun yang jelek, sekarang ini timbanglah" ucap wanita itu memberikan kubis yang sudah dipilihnya
"Astaga, nenek, orang sepertimu seharusnya datang di saat kami sudah mau tutup, dengan begitu kamu pasti akan mendapatkan harga lebih murah, tapi baiklah akan aku timbang sekarang" ucap pedagang sambil menimbang berat kubis tersebut.
"Kamu ini hanya penjual sayuran, bisa-bisanya berkata seperti itu!, Aku ini pembeli dan kamu tidak mengizinkan aku memilih!, Kamu memandang rendah orang?, Lihat putriku, apakah dia terlihat seperti orang tidak punya uang?, Aku beritahu kalau suaminya adalah eksekutif di perusahaan Surabaya...." ucap wanita itu terpotong.
"Bu, sudahlah" sahut bu titin memotong pembicaraan ibunya.
"Mereka mengendarai mobil mewah, dan mereka juga punya banyak uang" lanjut wanita itu.
"Untuk apa ibu memberitahu orang ini?, Maaf ya pak, dia sudah tua" ucap bu titin tidak enak hati.
"Jadi berapa semuanya" tanyanya lagi.
"Oh, kubisnya dua kg, jadi dua puluh ribu rupiah" jawab pedagang itu.
"Pastikan kamu menimbang dengan benar" ucap wanita itu mengambil uang dalam dompetnya.
"Ini lihatlah sendiri timbangannya, disini tertera dua kg" ucap pedagang menunjuk timbangan tertera angka dua.
"Iya, baiklah, ini berikan kembaliannya" pinta wanita itu setelah memberikan uang dengan nominal lima puluh ribu rupiah.
Pedagang pun dengan sigap segera memberikan uang kembalian tiga puluh ribu pada wanita itu.
Tak lama kemudian mereka telah selesai berbelanja kebutuhan dapur kemudian mereka kembali pulang ke rumah.
"Sekarang lihatlah, ibu meninggalkan azizah di sana, rangga pasti tidak suka" ucap bu titin pada ibunya.
"Kamu harus memberinya waktu agar Rangga mau menerimanya" tapi sudahlah, jangan ungkit lagi, apa gunanya melakukan hal itu?" Ucap wanita itu.
"Sudahlah, jangan ungkit lagi, apa gunanya melakukan hal itu?, Ibu, membawa azizah, ke warung mie ayam lian dan hari mengantarkannya pulang" sahut bu titin.
"Asal kamu tahu, Aku hanya ingin, agar azizah bisa lebih dekat dengan rangga, kamu sudah membiarkan dia hidup tanpa kasih sayang seorang ibu, cobalah untuk mendekatinya dan perduli" ucap wanita itu memberi nasehat.
"Tapi aku tidak tahu, harus bicara apa saat bertemu dengan rangga, saat aku melihatnya aku hanya merasa.... takut" ucap bu titin lirih.
"Kalian bercerai secara tiba-tiba, apa yang pernah Ibu katakan sebelumnya?, Pada akhirnya kamu pasti akan menyesal, dan sekarang apa?, aku tidak pernah setuju kamu menikah dengan hari, aku ingin kamu bertemu dengan kakak kelasmu orangtuanya adalah pebisnis dia juga begitu mapan" cerita wanita itu.
"Dia memang terlihat mapan, beratnya saja 90 kg, bisakah Ibu tidak mengungkit apa yang sudah terjadi di masa lalu, menantumu yang sekarang tidak baik?" ucap bu titin meminta pada ibunya agar tidak mengungkit masa lalu.
"Kali ini kamu beruntung" ucap wanita itu sambil menghela nafas panjang.
"Dan juga berhentilah meminta bantuan pada hari, seperti Ibu tidak punya anak putra saja?" Ucap bu titin kesal.
"Aku tahu, kalau aku punya satu anak putra, aku sengaja melakukannya, karena aku tidak ingin memutuskan hubungan dengan rangga, lihat saja hari, anaknya saja sudah mau berganti ayah dan dia masih begitu bebas, sudah terbukti, masalah seperti ini, harus ibu yang turun tangan" ucap wanita itu panjang lebar.
Ditunggu komentarnya.