Bella gadis berusia 17 tahun, terpaksa harus menikah dengan majikan tempat ibunya (Rosma) bekerja, demi untuk membuat ikatan antara keluarganya dan si majikan. Ibunya sudah bekerja selama 8 tahun menjadi pembantu rumah tangga di tempat sang majikan, sejak ayahnya meninggal.
Barata Wirayudha, pemilik BW Group, seorang duda cerai tanpa anak, 35 tahun. Perceraiannya 8 tahun silam mengguncang kehidupannya, sehingga dia memilih meninggalkan Jakarta dan merintis kantor cabang BW Group di Surabaya.
Di kota Surabaya dia dipertemukan dengan Bu Rosma yang dipekerjakannya sebagai pembantu rumah tangga. Bu Rosma banyak berjasa untuknya. Karena itu. akhirnya Bara meminta Bu Rosma dan kedua putrinya untuk tinggal bersamanya sekaligus membiayai sekolah putri-putrinya.
8 tahun tinggal di Surabaya, Bara harus kembali ke Jakarta untuk mengurus perusahaannya yang mengalami masalah. Untuk tetap menjaga hubungan dengan Bu Rosma, akhirnya Bara memutuskan menikahi salah satu putrinya.
Setelah menikah Bella ditelantarkan Bara selama 2 tahun, tidak diperlakukan selayaknya istri. Bahkan Bara seolah menghilang begitu saja. Ikuti perjalanan rumah tangga keduanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Menuju Ke Surabaya
Pagi itu, Bella sudah bersiap meninggalkan kamar hotelnya. Memastikan tidak ada yang tertinggal lagi, ia langsung menenteng tas tangan keluar mencari taksi. Tepat saat berdiri di depan hotel, sebuah mobil sport hitam berhenti di depannya.
“Bell, masuk!” perintah Bara, setelah membuka pintu mobil dari dalam, mempersilakan istrinya masuk. Tampak Bara sedang duduk di belakang setir, dengan pakaian rapi dan lengkap dengan kacamata hitamnya.
Deg—
“Bagaimana Tuan bisa tahu aku menginap di sini,” ucap Bella pelan, nyaris tidak terdengar.
“Ayo, Bell," pinta Bara. Setelah melihat Bella tetap diam. Terpaksa ia turun dan menarik Bella masuk ke dalam mobil.
“Maaf, aku harus kembali ke Surabaya sekarang, Tuan,” tolak Bella, menepis kasar tangan Bara.
Hubungan mereka sebentar lagi akan berakhir dan ia merasa sudah tidak perlu menunduk ketakutan lagi pada suaminya. Toh, ia tidak bersalah. Ia bisa menegakkan kepalanya menatap dunia di depan sana.
“Aku juga akan ikut kalian ke Surabaya. Aku ingin menjenguk Ibu,” ucap Bara, menarik tangan Bella, mendorong paksa istrinya masuk ke dalam mobil.
Klik! Pintu mobil sport itu terkunci seketika, membuat Bella tidak bisa kabur. Bara sudah melihat sendiri, Bella yang sekarang sedikit berbeda dengan Bella dua tahun yang lalu. Gadis polos yang selalu menurut itu sudah tidak ada. Bella sekarang sudah berani menolak, berontak dan melawannya.
Bara menyusul duduk di belakang kemudi dan melajukan mobil menuju ke kediamannya.
“Kita perlu bicara, Bell,” ucap Bara saat sudah berada di dalam mobil.
“Tidak ada, aku merasa tidak ada yang perlu dibicarakan, Tuan." Bella menjawab.
“Bell, kamu salah paham,” ucap Bara, membuka pembicaraan.
“Tuan, sebaiknya kita selesaikan saja. Aku tidak akan mempermasalahkannya. Hubungan kita selama ini hanya sebatas status saja. Hanya saja aku sedikit kecewa karena Tuan dan Kak Rissa tidak berterus terang,” ucap Bella berusaha tenang.
“Bell, dengarkan aku ....”
“Aku akan menutup mulut dan mataku tentang Tuan dan Kak Rissa, juga berjanji tidak akan menceritakan apapun yang aku ketahui pada Ibu. Asal jangan membahas masalah ini lagi di depanku,” potong Bella.
“Bell, aku dan Rissa itu tidak ada hubungan apa-apa," ucap Bara, masih mencoba menjelaskan.
“Dia ... putri Kak Rissa, kan?” tanya Bella. Padahal semalam ia sudah mendengar sendiri jawabannya.
“Ya, Issabell. Namanya Issabell, Bell.” Bara merasa inilah kesempatan untuk mengatakan kepada Bella kebenarannya. Kebenaran yang selama dua tahun ini disimpan rapat olehnya dan Rissa.
"Dia juga putrimu, kan, Tuan? Aku sudah mendengarnya kemarin, gadis kecil itu memanggil Daddy padamu, Tuan,” jelas Bella.
“Ya, tetapi dia bukan putri kandungku, Bell” jelas Bara.
“Aku tidak tahu bagaimana hubungan Tuan dengan Kak Rissa. Aku juga tidak mau ikut campur. Dia putri Kak Rissa dan putri Tuan juga. Untuk kebaikan semua orang, sebaiknya kita bercerai saja, Tuan. Jadi aku tidak mengganggu kebahagiaan keluarga kecil Tuan. Putrimu pasti butuh ayah dan ibunya, butuh kalian berdua!” ucap Bella, sontak membuat Bara menghentikan laju mobilnya tiba-tiba.
Suara ban yang dipaksa berhenti secara mendadak, bergesekan dengan jalan raya menimbulkan bunyi decitan yang kencang. Suara decitan itu mengagetkan Bella sekaligus pengendara di belakang mobil Bara. Bella terhempas ke depan. Beruntung Bara membentangkan tangan kirinya di depan Bella dan membuat tubuh istrinya tertahan, tidak terpental ke depan, membentur dashboard.
“AKU TIDAK MAU MENDENGAR LAGI KATA CERAI KELUAR DARI MULUTMU, BELLA CANTIKA! SELAMANYA KAMU AKAN TETAP MENJADI ISTRI BARATA WIRAYUDHA,” tegas Bara keras dan penuh kemarahan.
Terlihat ia memukul setir beberapa kali, sebelum akhirnya menghela napas berkali-kali. Ia berusaha menenangkan diri. Bella yang dikenalnya lugu dan sederhana, entah kenapa sekarang jadi susah diajak bicara dan suka melawan semua perkataannya.
“Maaf,” ucap Bara menatap Bella sebentar, kemudian mengalihkan pandangannya ke depan. Ia bisa melihat dari jendela mobil yang tidak tembus pandang, beberapa pengendara sedang mengumpat padanya, karena menghentikan laju mobil secara tiba-tiba dan hampir menyebabkan kecelakaan beruntun.
“Walau kita menikah bukan karena cinta, tetapi aku tidak pernah mempermainkan pernikahan kita, Bell. Bisa saja aku menawarimu hitam di atas putih, kontrak dengan berbagai syarat, tetapi itu bukan aku. Bara tidak akan melakukan hal menjijikan dan pengecut seperti itu,” ucap Bara tegas.
“Mungkin di matamu, aku terlihat tidak serius dan main-main, tetapi setiap aku sudah mengambil keputusan, aku pasti bertanggung jawab. Kita akan tetap menjalani rumah tangga ini,” lanjut Bara.
“Aku punya alasan, tetapi bukan berarti selama ini aku mengabaikanmu. Aku bahkan tahu semua hal tentang istriku,” ucap Bara.
“Hanya istriku saja yang tidak peka dan peduli semua hal tentangku.”
“Aku tidak mau berdebat denganmu sekarang. Kita akan membahasnya nanti saat di Surabaya,” ucap Bara. Kemudian menjalankan mobil menuju ke kediamannya tanpa banyak bicara.
Begitu sampai di rumah Bara, tampak Rissa sudah bersiap dengan koper menunggu kedatangan Bella. Begitu Bella turun dari mobil, Rissa langsung menghampirinya. Mengajak sang adik masuk ke dalam mobil van yang terparkir, siap mengantar mereka ke bandara.
Bell, kita berangkat sekarang,” ajak Rissa, menggandeng adiknya masuk ke dalam mobil.
Bara yang turun dari mobil sport hitamnya, buru-buru berlari masuk ke dalam rumah. Tak lama, terlihat Bara keluar dengan menggendong putrinya. Mencium pipi gembul gadis kecil itu, sebelum menyerahkan ke gendongan pengasuhnya kembali.
“Daddy pergi, Issabell jangan nakal,” pesan Bara, kembali mencium gadis kecilnya.
Lambaian tangan Issabell mengiringi kepergian mereka. Bella heran melihat reaksi sang kakak yang jauh berbeda dengan Bara saat berpisah dengan putri mereka.
“Kak, apa tidak kasihan putrinya ditinggal sendirian. Dia masih kecil,” ucap Bella pada sang kakak yang duduk di sampingnya.
Rissa tidak bisa menjawab, hanya tersenyum tipis. Tidak ada perasaan sedih berpisah dengan buah hatinya.
“Putriku sudah terbiasa tanpaku, Bell.” Hanya itu yang bisa dijawab Rissa. Itu pun dia harus berbisik, takut terdengar oleh Bara.
***
Terima kasih untuk dukungannya, love you sll
Mohon bantuan like, share dan komen.
Bara dan Bella