Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 - Gaslighting
Luas dan begitu tertutup. Ruangan ini tidak sembarangan orang bisa masuk. Nuansa dark royal blue dan putih terlukis penuh pada dinding ruangan. Kilau dari cat tembok menambah kesan elegan dan mewah pada warnanya. Pusat dari ruangan itu adalah meja makan yang mewah dan besar. Meja berwarna hitam dan mengkilap adalah jual poin yang utama. Tidak lupa kursi - kursi yang bertengger begitu serasi dengan meja makan. Lampu gantung besar berwana putih menambah kesan mewah pada pusat ruang makan. Furniture yang memenuhi ruangan makan tidak terlalu banyak tapi cukup untuk menghilangkan kekosongan pada ruangan.
" Private dinning room Shimizu memang luar biasa. " Puji Pria paruh baya itu pada teman wanitanya.
" Kau benar anak ingusan itu memang hebat. " Sarkas wanita itu sambil menyantap makanannya.
" Ayolah Leta Kau harus akui keponakan mu memang pantas ada di perusahaan ini. Lepaskan saja ambisimu itu, Kau sudah mendapatkan Shimizu Mall dan Shimizu Fashion di tanganmu itu lebih dari cukup. " Keluh Pak Heru pada Leta yang tidak ada hentinya merasa puas.
Rahang Leta mulai tegang. Gigi itu menyertakan menahan emosi. Terlihat tangan yang memegang alat makan itu begitu tercengkram erat. Satu hentakan tangan Leta pada meja begitu keras.
" Yah Dia memang hebat, Aku mengakui itu. " Pisau makan itu tertancap dan meninggalkan bekas pada meja. " Aku merasa tidak adil disini. " Tekan Leta penuh kekecewaan dan dendam.
Pak Heru hanya bisa menggeleng pelan melihat Leta yang keras kepala. Bagi Pak Heru itu sudah menjadi pemandangan yang biasa. Pak Heru hanya tidak bisa membiarkan Leta jatuh dalam ambisi yang gelap. Bahkan Pak Heru merasa sedikit jengah harus berapa lama lagi Dia menoleransi Leta yang begitu terobsesi menjatuhkan keponakannya itu. Putus asa dan merasa bersalah, karena mewajarkan hal yang tidak benar, memenuhi pikiran Pak Heru.
" Lalu adil menurutmu adalah Kau yang menjadi pemilik Shimizu. " Geram Pak Heru mengakhiri makannya.
" Ayolah Heru, tolong aku sekali ini lagi! " Tatap Leta begitu manipulatif.
" Tidak. " Tegas Heru.
" Kenapa tidak. Kau harus membantuku, ini bukan kejahatan? " Tatapan mendominasi itu menjerat Heru dalam kendalinya.
Heru mulai melihat dirinya sendiri yang terperangkap dalam tatapan Leta. Tatapan manipulatif itu seperti mencoba merenggut tekad Heru ke dalam kegelapan. Heru merasa dirinya menyedihkan.
" Kau mengancamku? Berhenti melakukan itu? Aku tidak mau melakukannya! " Bentak Heru pada Leta, perlu usaha untuk memberanikan tekadnya itu.
" Jadi kau tidak mau membantuku. " Leta menghampiri Heru yang kamu karena amarah yang memuncak.
Kini mereka saling berhadapan. Wajah tajam Leta terlihat begitu menakutkan. Heru merasa sedikit gemetar dalam hatinya.
" Kau lupa dengan apa yang telah aku lakukan?. " Lana mendorong pundak Heru dengan telunjuknya. " Kau lupa siapa yang membantu perusahaan mu itu. Kau lupa siapa yang berjasa disini. " Todong Leta dengan nadanya yang begitu tinggi.
" Kau mengulang ucapan itu. Kau mengungkitnya kembali. " Jengah. Tangan Heru mulai menyibakan rambutnya dengan remasan begitu keras pada rambutnya diakhir. " Kau selalu memperalat rasa terima kasihku." Lanjutnya putus asa.
Senyum seringai kejam itu kini terlihat pada wajah Leta. " Tapi kau menerima tawaranku. " Leta sedikit terkekeh di akhir kalimatnya.
" Aku Terima karena aku tidak tahu kau membantuku dengan cara yang kotor. " Heru membela dirinya.
" Kau kotor. " Dengan wajah penuh amarah Heru menunjuk keras Leta dihadapan wajahnya.
" Aku kotor. " Leta tertawa terbahak-bahak.
" Aku bersih aku hanya menawarkan dan mereka menerimanya. " Lanjutnya begitu manis penuh kejahatan.
Mata Leta mulai tajam mendominasi. Tubuhnya tegap dan rasa percaya diri yang begitu menjijikkan Dia tunjukkan.
" Dan kau Heru kotor. Berhentilah menjadi orang yang bijaksana. Kau munafik. Kau sama dengan mereka, yang menerima uangku. Kau bahkan tetap menjalankan perusahaan dengan baik. Alih-alih Kau berhenti. "
Mata Heru mulai menurun, Dia menyadari sesuatu dalam dirinya. Heru kembali termakan kata - kata Leta yang manipulatif dan benar apa adanya. Manipulatif dan fakta itu menjadi satu menghujam mental Heru. Melihat Heru mulai terpengaruh, Leta menghampiri Heru. Mulutnya kini mulai mendekati pendengaran Heru.
" Ini mudah, tidak terlalu berat. Ini hanya trik kecil tapi akibatnya begitu besar. " Bisik Leta begitu lembut dan manipulatif.
" Kau hanya perlu menghentikan pengiriman barangmu padanya sampai tanggal launching. " Senyum puas terulas pada bibir merah Leta di akhiri dengan belaian halus pada pundak Heru.
Pelukan Leta mulai merenggang. Leta mendapati Heru yang begitu lesu dan tertekan. Senyum puas kembali terulas. Leta dengan perlahan menjauhkan dirinya dari Heru. Lengan panjang dengan jari jemari yang lentik itu mulai meraih tas hitam yang berada di atas meja.
" Terima kasih makan malam yang berkesan ini. Saya pamit. " Leta mulai melenggang keluar ruangan meninggalkan Heru dengan segala kekacauan yang Leta berikan.
Suara langkah hak sepatu Leta begitu bergema terdengar. Saat suara itu hilang Heru mulai terduduk lelah dengan mental yang terus tertimpa.
" Harusnya aku tak menerima tawaran tangan cantik itu. "