~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan lima gadis cantik
Kelima orang gadis cantik yang baru saja check in di hotel Aurora—Dina, Citra, Sinta Bella, dan Meilani—memutuskan untuk duduk di sebuah kafe kecil yang nyaman, tidak jauh dari Hotel Aurora. Perut Mereka lapar dan perlu diisi sebelum kantuk menyerang.
Mereka sedang menikmati makanan ringan dan minuman sambil tertawa lepas, membahas berbagai hal, termasuk boneka yang mereka temukan beberapa waktu lalu di ruang tamu salah satu sahabat. Boneka yang mereka beri nama Anna, persis seperti boneka setan di luar negeri bernama Anastasia.
Entah bagaimana awalnya tapi diantara kelima gadis itu, Dina memulai obrolan tentang boneka seram yang ditemukannya di salah satu rumah sahabat.
"Eh, serius deh, kalian nggak takut sama boneka Anna itu? Mukanya tuh kayak habis berantem sama setrika!"
Citra menyahut setelah nyaris tersedak. "Hahaha! Mukanya memang beneran kusut, Din! Aku tuh masih heran kenapa kita sepakat kasih nama Anna. Kayak nama orang baik-baik gitu, padahal bonekanya serem banget."
Meilani ikut menimpali. "Iya, ya! Dan coba lihat bajunya! Warna merah pudar kayak habis dicuci 50 kali tanpa pelembut. Udah gitu, rambutnya kusut banget. Apa itu sengaja dibikin kayak gitu biar terkesan vintage?" Ucapnya sambil membuka kembali galeri fotonya.
Bella yang masih asik memakan salad sayurnya juga angkat bicara. “Vintage apaan? Itu mah horor, Mei! Aku yakin kalau boneka itu dijual di pasar loak pun nggak ada yang mau beli. Bayangin deh, kalau malam-malam kamu lihat Anna duduk di pojokan, pasti langsung lari!"
Sinta yang paling tidak tertarik membahas masalah itu akhirnya buka suara juga. "Aku nggak ngerti deh, kenapa kita nggak buang aja sih itu boneka?”
Meilani tidak terima. Baginya boneka Anna itu estetik dengan penampilannya yang kuno. "Eits, jangan salah! Boneka Anna itu kan unik banget, aku yakin nilai jualnya tinggi kalau aku pasang di e-market. Pake caption “spirit doll” gimana setuju nggak?”
Dina menjentikkan jarinya, “Ide bagus, kasih keterangan tambahan. Bonekanya bisa hilang sendiri, hahaha!"
"Din, kamu jangan mulai deh. Malam ini aku tidur sekamar sama kamu, lho. Kalau aku dengar suara-suara aneh dari kopermu gara-gara si Anna, aku bakal langsung kabur!" Si penakut Citra berkata dengan merajuk.
Mereka pun tertawa bersama, tanpa menyadari jika candaan mereka tengah mendatangkan malapetaka.
"Ngomong-ngomong, kalian sadar nggak? Mata boneka Anna itu kayak ngikutin kita, deh, kalau kita gerak." Bella tiba-tiba saja berpikir tentang hal aneh.
Citra melotot ke arah Bella, "Hih, Bell, jangan bikin suasana jadi serem! Ntar aku jadi males balik ke kamar. Lagian, aku yakin mata Anna itu bukan ngikutin, tapi kayak juling. Kayak nonton kita sambil bingung mau fokus ke mana!"
"Hahaha, iya, iya Cit! Tapi serius, boneka itu kayak simbol persahabatan kita juga, nggak sih? Kita ketawa terus gara-gara dia." Meilani berkata sambil mencondongkan bahunya ke depan dengan ekspresi serius.
Dina mengangguk. "Setuju. Meski jelek banget, Anna itu kayak bagian dari kita sekarang. Cuma jangan sampai dia benar-benar hidup aja, oke? Aku masih sayang nyawaku!"
Citra memeluk wajahnya sambil protes. “Kamu ini Din, aneh-aneh aja emangnya boneka bisa ngambil nyawa orang?!?”
Semua tertawa sambil mengaduk minuman mereka, membayangkan kemungkinan-kemungkinan aneh dengan boneka Anna. Meski boneka itu jelek dan sedikit menyeramkan, mereka sepakat untuk tetap menyimpannya—hanya demi obrolan seru seperti ini.
"Eh, ngomong-ngomong soal boneka, kalian pernah dengar cerita tentang roh yang terjebak dalam boneka?" Dina kembali melemparkan topik.
Citra langsung memelototi Dina. "Na, jangan mulai! Aku udah ngerasa nggak nyaman dari tadi kamu ngomong soal Anna. Sekarang kamu bawa-bawa roh penasaran lagi? Serius?"
Dina mengabaikan protes Citra. "Jadi gini, katanya ada perempuan bernama Mary yang meninggal nggak wajar, arwahnya gak tenang, dan entah gimana malah ‘pindah’ ke boneka. Orang-orang yang punya boneka itu mulai ngalamin hal-hal aneh kayak suara langkah di malam hari atau bonekanya pindah sendiri."
Bella mengerutkan dahi, pura-pura serius. "Jadi maksudmu, Anna itu kayak roh penasaran versi diskonan? Hahaha, kalau arwahnya benar-benar ada, dia pasti stres berat tinggal di boneka sejelek itu."
Citra melayangkan protes, "Hush, Bell! Jangan ngomong sembarangan! Kalau ternyata benar ada roh dalam Anna gimana?"
Dina mendekat ke Citra , berbisik dengan nada misterius. "Cit, bayangin kalau Anna malam ini berdiri di pojok kamarmu, mukanya juling, rambutnya acak-acakan, sambil ngomong pelan, 'Ayo main bersama … Hihihi!"
Citra menjerit kecil, dan reflek memukul lengan Dina. "Dinaaa! Jangan bercanda begitu, aku serius takut!"
Citra menatap Dina kesal. "Kalau aku nggak bisa tidur malam ini, kamu tanggung jawab, ya!"
Bella tertawa sambil mengangkat bahunya. "Yaelah, santai aja kali. Lagian, kalau memang Anna ada arwahnya, aku yakin dia nggak bakal ngapa-ngapain. Dia cuma bakal duduk disana sambil mikirin nasib."
Bella menimpali. "Hahaha! Iya, arwahnya pun mungkin kesal. ‘Kenapa aku harus masuk ke boneka ini? Kenapa bukan boneka Barbie?’"
Dina tertawa sambil menunjuk ke arah Bella. "Aduh, Bell, lucu banget! Kebayang nggak sih, Anna malam ini ngeluh ke arwah-arwah lain: ‘Aku dipermalukan sama anak-anak ini!’"
Meilani berusaha mengakhiri obrolan dengan tegas. "Udah, udah! Kita nggak boleh ngomongin yang aneh-aneh lagi! Malam ini aku bakal bungkus si Anna pakai selimut tebal dan taruh dia di koper. Titik!"
Dina menggoda sambil tersenyum misterius. "Yakin, Rin? Kalau tiba-tiba koper kamu terbuka sendiri gimana?"
Citra mengerang kesal. “DINAAAAA!”
Obrolan mereka kembali penuh dengan tawa bercampur sedikit ketegangan. Meski mengaku takut, mereka diam-diam menikmati cerita seram itu, terutama karena boneka Anna yang jelek membuat semuanya terasa lucu sekaligus mengerikan.
Setelah kembali dari kafe, kelima gadis itu menuju kamar mereka masing-masing di Hotel Aurora. Citra, yang sejak tadi sudah ketakutan dengan cerita tentang boneka Anna, masuk ke kamarnya dengan perasaan tak nyaman.
Rina membuka pintu kamarnya perlahan. Begitu masuk, ia merasa udara di dalam kamar terasa berbeda—lebih berat dan dingin dari biasanya. Nafasnya terasa sesak, dan bulu kuduknya berdiri.
Dia memandang sekeliling kamar yang tampak normal. Tapi ada sesuatu yang tidak terlihat, sesuatu yang membuatnya merasa seperti dia tidak sendirian di sana.
“Cuma perasaan, cuma perasaan ...” gumamnya dalam hati, mencoba meyakinkan diri. Tapi langkah kakinya terasa berat setiap kali ia mendekati tempat tidur. Rasanya seperti ada banyak mata yang mengawasinya.
“Door, mikir apa sih Cit? Sampai muka ditekuk gitu? Masih mikir boneka jelek itu?” Bella mengejutkan Citra sambil mengedipkan kepala ke arah sudut kamar dimana boneka itu disimpan di dalam koper.
Citra tersenyum masam, ia meletakkan tasnya di meja dan mencoba bersikap biasa. “Ah, enggak kok cuma ngerasa … serem.”
“Jangan ngelamun aneh-aneh,” bisik Bella dengan senyuman. “Itu boneka cuma benda mati yang nggak ada hubungannya sama roh jahat!” lanjut Bella lagi.
“Iya sih tapi ..,”
KLIIK!!
Lampu kamar tiba-tiba saja mati membuat Citra ketakutan. “Bella, apa apaan sih!”
“Nih, buat buktiinke kamu kalau roh itu nggak ada!” Bella menarik Citra mendekat lalu keduanya berdiri tepat di depan kaca.
“Mau apa sih?!” Protes Citra yang mulai ketakutan.
“Sstt, udah diem aja! Lihat dan perhatikan!”
Bella menyalakan korek api di tangannya dan membiarkan api menyala. Ia melirik ke arah Citra yang menatapnya dengan takut.
“Bloody Anna … Bloody Anna … Bloody Anna …,”
Bella terdiam sejenak sebelum meniup api di tangannya. “See, nggak ada arwah seperti yang kamu takutkan!” ia berjalan menuju saklar dan menyalakan kembali. “Taraaaa, nggak apa-apa kan? Boneka Anna itu tetap duduk manis di tempatnya tak bergerak sekali pun!”
“Udah ah, ngantuk aku. Udahan yuk, time to sleep Cit. Bangunin aku besok siangan ya?” Bella dengan santainya memejamkan mata, menaikkan selimut dan tak lama kemudian dengkuran halus terdengar di telinga Citra.
Citra duduk di tepi tempat tidur, memeluk lututnya erat-erat sambil menatap ke arah koper. Samar, telinganya mendengar hal aneh. Langkah kaki kecil ... atau suara benda yang bergeser.
Jantungnya berdetak lebih cepat. “Tenang Citra itu cuma suara dari kamar sebelah,” ia mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya tetap melayang pada boneka Anna.
Apakah mungkin ada sesuatu di dalam boneka itu?
Citra akhirnya mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke grup mereka.
[Guys, ada yang lagi nggak bisa tidur? Aku mau ngobrol bentar ...]
Tidak ada yang membalas. Semua sudah terlelap atau mengabaikan pesan itu.
Dia pun hanya bisa menarik napas panjang dan memutuskan untuk menyalakan lampu kamar semalaman. Ia berharap pagi datang lebih cepat. Hingga sapaan lembut membuatnya tersentak.
Citra ..,
Bersambung ..,