NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkah

Anak Pembawa Berkah

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Single Mom / Janda / Ibu Pengganti
Popularitas:4M
Nilai: 4.8
Nama Author: lijun

Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Andreas duduk termenung di ruang keluarga seorang diri. Ia sedang memikirkan cara agar bisa mendekati anaknya dan tidak membuat Ayana takut.

Saat ini Andreas juga sedang meminta Bimo untuk mencari tahu lagi tentang Ayana. Mencari tahu tentang ke seluruhan masa llau wanita itu. Apa pagi tentang kematian sang suami yang katanya akibat kecelakaan.

Rasanya sangat janggal bagi pria tampan itu. Jika Ayana seorang gadis, tidak mungkin bayi yang baru sebulan lahir sudah dapat merasakan apa yang di rasakan orang yang mengasuhnya.

Setulus apapun si pengasuh itu, kecuali ada sesuatu yang mengikat mereka. Dan itulah yang ingin di cari tahu oleh Andreas. Pemikirannya yang selalu berpikir kritis dan menggunakan logika memang terkadang membuat heran. Tapi itulah dirinya.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya bu Nina yang baru datang bersama pak Bastian.

"Bayi itu dan ibunya," jawab Andreas.

"Apa kamu meragukan kalau bayi yang bersama Ayana adalah anakmu?" Tanya pak Bastian pula.

"Entah lah, rasanya aneh saja. Apa yang menyebabkan mereka memiliki ikatan batin sekuat itu tanpa ada sesuatu yang menjadi pengikatnya. Maksudku, pasti ada sesuatu yang membuat anakku terikat dengannya secara emosional."

Bu Nina dan pak Bastian saling pandang, memang terkadang mereka pusing sendiri mendengar argumen Andreas.

"Bisa kamu jelaskan dengan detail? Mama sudah capek dan sedang malas berpikir," pinta bu Nina yang malah melihat helaan napas panjang dari Andreas.

"Logikanya, kalau perempuan itu hanya sekedar menyelamatkan nyawa anakku lalu mengasuhnya. Kedekatan emosi mereka pasti belum sekuat itu, apa lagi anakku masih bayi dan baru berumur satu bulan. Dia belum tahu apa-apa bahkan hanya bisa menangis. Apa lagi dalam waktu sesingkat itu mereka anakku bisa merasakan kegundahan perempuan itu. Meski dia gak teriak atau mengeluarkan emosinya, namun gejolak perasaannya itu seperti mampu di rasakan oleh anakku. Itu lah yang membuatku berpikir saat ini, Ma, Pa."

Kedua orang tua Andreas mengangguk paham sekarang. Kenapa mereka malah tidak kepikiran sampai ke sana? Pada hal mereka sudah memiliki 2 anak dan Andreas salah satunya. Tapi malah anak mereka yang pikirannya lebih terbuka akan hal itu.

"Kamu benar juga, Nak. Apa mungkin Ayana memberikan ASI pada Abian? Soalnya Mama pernah gak sengaja lihat ke arah dada Ayana yang begitu terlihat besar dan berisi. Seperti saat Mama dulu menyusui kamu dan adikmu, kalau kalian belum menyusu dan sudah waktunya maka dada Mama akan terasa besar dan penuh."

Mendengar penjelasan sang mama, Andreas yang tadinya duduk bersandar sontak saja duduk dengan tegak dan ekspresi wajahnya sangat serius. Orang tuanya sampai bingung melihat perubahan anak mereka.

"Ada apa, Ndre?" Tanya pak Bastian.

"Aku baru ingat apa yang di jelaskan Polisi kala itu tentang perempuan yang menghubungi mereka, Ma, Pa."

"Memangnya penjelasan yang mana? Kalian gak kasih tahu Mama dengan jelas waktu itu," kata bu Nina menuntut.

"Jadi waktu itu Polisi sempat mengatakan kalau mereka mengetahui kecelakaan itu dari seseorang yang menelpon. Dan saat Polisi datang, ada seorang wanita yang sedang menggendong bayi di dekat motornya. Wanita itu nampak ketakutan tapi berusaha kuat. Wanita itu juga katanya bawa dua tas, Polisi sempat tanya dan katanya tas itu berisi perlengkapan si wanita sama bayinya. Jadi masih ada dua kemungkinan di sini, bayi yang bersama perempuan itu. Entah itu anaknya sendiri atau memang anakku," jelas Andreas panjang lebar.

Bu Nina berdiri dari duduknya lalu mendekati Andreas. Dan tanpa permisi atau berucap, wanita paruh baya yang masih cantik itu menjewer telinga anaknya begitu saja.

"Itu artinya kamu meragukan penglihatan Mama, iya? Jelas-jelas wajah Abian duplikat kamu waktu bayi. Tapi kamu malah bilang anaknya atau anakmu, dasar bocah semprul."

Andreas memegangi tangan bu Nina yang menarik telinganya sembari mengaduh kesakitan.

"Aduh ... Udah dong Ma, sakit. Lagian itu kan cuma pemikiran ku doang berdasarkan logika dari apa yang di sampaikan Polisi waktu itu," kata Andreas.

Pria itu masih berusaha melepaskan jeweran mamanya yang tidak main-main sakit dan panasnya.

"Kamu itu terlalu pakai logika jadi sok tahu, coba sekali-kali kamu pakai perasaan kamu. Apa yang kamu rasakan tadi siang waktu ketemu sama Abian?"

Bu Nina menatap garang sang anak yang sedang menggosok telinga setelah di lepaskannya tadi. Pak Bastian hanya bisa pura-pura berdehem sembari menahan tawanya, ia seolah kembali melihat kebiasaan istrinya dulu saat anak mereka nakal ketika kecil.

"Ya gak ada rasa apa-apa, Ma. Kan Abian manusia bukan buah atau makanan yang bisa di rasa-rasa."

Kalimat Andreas malah memancing kekesalan bu Nina kembali. Wanita paruh baya itu kini bukan menarik telinga Andreas, melainkan mencubit perut.

"Astaga kamu benar-benar keterlaluan ya, Andreas. Bisa-bisanya kamu bilang begitu di saat seperti ini, hm."

"Aduh ... Aduh ... Aww ... Sakit Ma, ampun ..." Rintih Andreas yang kesakitan karena cubitan sang mama tidak main-main.

"Rasain kamu, nakal banget jadi anak," kata bu Nina melepaskan cubitannya dari perut Andreas.

Pria itu berpindah tempat dari sisi sang mama ke sisi sang papa yang sejak tadi menjadi penonton aksi istri dan anaknya.

"Kan apa yang aku bilang gak salah, Ma. Kalau mau tahu rasa dari sesuatu ya harus di cicip atau di coba dulu baru tahu," ucap Andreas dengan polosnya.

"Astaga ... Lihat anak kamu itu, Pa? Pusing Mama lihatnya. Masa iya dia gak ngerti sama maksud ucapan Mama tadi. Kamu itu terlalu banyak kencan sama kertas ya begini jadinya," ujar bu Nina menatap suami dan anaknya gantian.

"Si Mama, kalau anaknya susah di bilangin saja ngomongnya anak Papa. Kalau anaknya pinter dan berprestasi ngomongnya anak Mama. Gak adil," gerutu pak Bastian.

"Papa juga begitu kali," sinis bu Nina tidak terima.

Andreas melihat mama dan papa nya gantian.

"Kok malah jadi Mama sama Papa yang adu argumen? Masalah rasa-rasa tadi sudah selesai, ya?"

Lagi-lagi pernyataan polos Andreas memancing kekesalan bu Nina. Tadinya wanita itu sedikit teralihkan karena ucapan suaminya. Kini ia kembali ingat lagi masalah yang belum selesai dengan anaknya.

Pak Bastian sendiri tepuk jidat mendengar ucapan Andreas. Sudah di upayakan penyelamatan, malah anaknya menggali sendiri lubangnya.

"Nah, iya benar. Urusan kita belum selesai ya Andreas, kamu bener-bener keterlaluan ya gak ngerti maksud Mama."

Pandangan bu Nina beralih pada Andreas dan menatap kesal sekaligus marah pada anaknya.

"Ya jelasin dong Ma supaya aku paham," kata Andreas yang ingin cari aman.

"Maksud Mama tadi itu, sewaktu kamu melihat Abian tadi siang. Apa kamu gak merasakan getaran di hati atau malah berpikir seperti melihat diri sendiri. Karena wajah Abian benar-benar duplikat kamu waktu bayi, Mama yakin 1000%," jelas bu Nina.

Barulah Andreas paham maksud sang mama. Karena ia memang sejatinya pria kaku yang tidak pernah menjalin hubungan. Saat akan memulai membuka hati untuk sang istri, malah kurang komunikasi dan bertatap muka karena sibuk masing-masing.

"Bilang dong sedari tadi kalau itu ya Mama ... Eh iya iya." Andreas tidak jadi melanjutkan kalimatnya kala mendapatkan pelototan dari sang Mama.

"Maaf, Ma. Tapi memang Andreas merasakan apa yang Mama bilang tadi sewaktu lihat Abian. Namanya Abian, Kan? Benar-benar pintar ia memberi nama pada anakku. Rasanya aku..."

"Rasa-rasa, gak usah pakai rasa-rasa nanti kamu binasa."

Bu Nina menghentikan ucapan Andreas sembari memasang wajah garang dan mengulang kata-kata yang menjadi masalah mereka tadi.

Andreas menggaruk kepala yang tidak gatal melihat kepergian mamanya.

1
Sri Wahyuni
Luar biasa
Hashimah Othman
terbaik akhirnya sinta di cerai kan.... ikut terus cakap Ibu mu yg baik itu... makan yg terbaik juga kamu dapat....
Sugina
mkny jdi orang jgn belagu dn angkuh. suami baik mlh gk di urusin
Siswati Ningsih
Luar biasa
Hashimah Othman
thor bila SI Rudi nak cerai kan sinta... suaminya patut tegas thor
Andalas 476
bisa mikir juga ternyata ni Bocah..🤔😁
Ida Darwati
tapi gantung mba, cuma disini ceritanya padahal bagus,, awal sedih penuh perjuangan
Rini Handayani
Luar biasa
Ida Darwati
wah wanita cerdas,, harus di gitukan punya kel suami yg toxic mantap ayana
Ema Jason Ema
berbicara sama orang yg egois gak ada pedahnya yg ada hanya lelah mning tinggalin udah istirahat sana anderas suruh pulang ja mantan mertua yg gak jelas
Andalas 476
yg salah itu Sifat bin Watak Istri + Mertua = Buang jauh-jauh 😵
Ema Jason Ema
pak pol nya gak peka yg melapor dan yg bawa bayi orang yg sama hanya satu lanjut ah tour penasaran
Sugina
pulang kn saja, wanita yg gk guna gtu kasar bngt
Yuniarsih Yuni
Luar biasa
Andalas 476
Kasian Ayah nya klo ampe Lecet gitu...😂
Ester Hadasa Ruru
Luar biasa
Sintia Dewi
syukur akhirnya pisah juga selmat jd duda rudi smga hidupmu lbh baik dgn psangan yg lbh baik baik baik berkali2 lipat dr sinta sinting/Good/
Dewi Dama
Luar biasa
Atik Marwati
selain korupsi yo maling barang to
Sintia Dewi
rudi gw gemes bgt kpan lu ceraikan si sinta ini..empet bgt baca rumah tangga kalian/Grievance/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!